"Aku tahu, apa yang akan kau tanyakan padaku, Rangga," kata Patih Giling Wesi mendahului.
"Kau mempermainkan aku, Paman," agak dingin suara Rangga.
"Sama sekali tidak, Rangga."
"Lantas, mengapa berpura-pura tidak tahu tentang Prabu Galung?"
"Aku memang tidak tahu sama sekali di mana Prabu Galung berada ketika itu," tenang suara Patih Giling Wesi.
"Mustahil!" rungut Rangga seraya mengalihkan pandangannya pada Prabu Galung.
"Kau berhak untuk marah, Rangga. Kau memang patut marah karena aku meninggalkanmu tanpa memberitahu lebih dulu."
Rangga diam saja.
"Pagi-pagi sekali, saat kau belum bangun, aku sudah berjalan-jalan mencari makanan untuk kita. Di saat itu, kulihat seseorang merunduk-runduk di antara semak belukar. Aku memergokinya, dan ternyata dia Panglima Jamali. Dari Panglima Jamali lah aku tahu di mana Prabu Galung berada. Saat itu, Panglima Jamali juga tengah berburu. Maaf, kalau aku tidak sempat memberitahukanmu lebih dahulu. Karena...."
"Kenapa?" desak Rangga.
"Aku terlalu gembira mendengar Prabu Galung masih hidup bersama dua ratus prajurit, panglima, dan punggawa. Serta para pembesar kerajaan lainnya yang sempat melarikan diri begitu Istana Galung jatuh. Aku jadi lupa denganmu, Rangga. Maaf...," ada nada penyesalan pada suara Patih Giling Wesi.
Rangga menatap pada laki-laki gemuk itu, kemudian tersenyum memaklumi. Perasaan kesal yang diawali dengan kecemasan, langsung pupus seketika.
"Kau memaafkan aku, Rangga...?" ucap Patih Giling Wesi berharap.
"Lupakan saja," sahut Rangga seraya tersenyum.
"Terima kasih."
"Paman, kulihat tampaknya sudah siap tempur. Apakah memang...."
"Benar, Rangga," Patih Giling Wesi memutuskan kata-kata Pendekar Rajawali Sakti.
"Kami memang telah bertekad untuk merebut kembali Istana Galung. Hampir seluruh prajurit yang tercecer sudah berkumpul kembali. Memang masih banyak juga yang belum diketahui nasibnya. Tapi aku yakin, pasti mereka akan segera bergabung di Kerajaan Galung."
Rangga terdiam. Dipandangi para prajurit yang sedang beristirahat, kemudian pandangannya beralih ke arah Prabu Galung yang sudah bangkit berdiri. Laki-laki tua yang selalu mengenakan jubah Putih itu melangkah menghampiri Patih Giling Wesi dan Pendekar Rajawali Sakti. Patih Giling Wesi dan Rangga segera memberi hormat.
"Apakah sudah selesai pembicaraan kalian, Paman Patih?" tanya Prabu Galung lembut.
"Ampun, Gusti Prabu. Perjalanan ini agak terhambat sedikit," ujar Patih Giling Wesi bersikap penuh hormat.
"Tidak mengapa, Paman Patih. Dan kau, Rangga, sungguh kuharapkan bantuanmu untuk bergabung bersama kami semua," Prabu Galung beralih menatap pada Rangga.
"Dengan senang hati. Tapi hamba tidak bisa berangkat bersama-sama," sahut Rangga hormat.
"Aku maklum, Rangga. Dan sebelumnya kuucapkan terima kasih atas kesediaanmu."
"Silakan, jika Gusti Prabu hendak meneruskan perjalanan ini."
Patih Giling Wesi melambaikan tangannya. Dua orang prajurit menghampiri sambil menuntun dua ekor kuda. Prabu Galung dan Patih Giling Wesi segera melompat naik ke punggung kudanya masing-masing, di ikuti para prajurit, panglima, serta punggawa. Rangga bergerak ke samping memberi jalan.
"Sampai bertemu lagi di Istana Galung, Pendekar Rajawali Sakti!" ucap Prabu Galung memberi salam. Rangga hanya membungkukkan tubuhnya sedikit.
Prabu Galung menghentakkan tali kekang kudanya. Kuda Putih dengan kaki hitam itu meringkik nyaring, kemudian berlari cepat. Patih Giling Wesi segera menggebah kudanya, diikuti oleh para prajurit Kerajaan Galung. Debu berkepul kembali di udara, tersepak kaki-kaki kuda yang berjumlah ratusan itu. Sementara Rangga masih tetap berdiri di tempatnya, memandangi ratusan prajurit yang mengiringi rajanya.
"Suiiit..!" Rangga bersiul nyaring bernada aneh. Rajawali Putih yang memang masih menunggu di atas, langsung menukik turun. Pada saat itu, rombongan Prabu Galung sudah tidak terlihat lagi. Rajawali Putih mendarat tepat di depan Rangga. Kepalanya terangguk-angguk, dan sayapnya mengepak beberapa kali.
"Ada apa?" tanya Rangga seraya mendekati.
"Khraghk!" Rajawali Putih menunjuk ke arah Kerajaan Galung dengan kepalanya.
"Jelaskan lagi," pinta Rangga mencoba untuk mengerti. Rajawali Putih membuat gerakan-gerakan menggunakan kepala dan sayapnya. Rangga memperhatikan dengan kening berkerut dalam.
"Kau melihat Rajawali Hitam di sana?" Rangga ingin memastikan.
"Khraghk!" Rajawali Putih menganggukkan kepalanya.
"Aneh..., mau apa dia di sana...?" Rangga bertanya-tanya sendiri.
"Khraghk...!"
"Baik. Secepatnya kita ke sana sebelum Prabu Galung sampai."
Pendekar Rajawali Sakti itu segera melompat naik ke punggung Rajawali Putih. Dan seketika itu, Rajawali raksasa itu melesat naik membumbung tinggi ke angkasa. Suaranya begitu keras memekakkan telinga. Lesatannya bagaikan kilat menuju Kerajaan Galung.
"Lebih cepat lagi, Rajawali Putih!" seru Rangga keras.
"Khraghk...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
21. Pendekar Rajawali Sakti : Sepasang Rajawali
AcciónSerial ke 21. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.