Seekor kuda berjalan perlahan mendekati gerbang istana kerajaan Liu Wei. Beberapa prajurit istana yang tampak penasaran akhirnya mendekatkan diri kearah kuda tersebut.
Yuang Shim, salah satu prajurit tersebut membelalakan matanya. Laki-laki itu melihat seorang perempuan yang sudah kehilangan kesadarannya. Belum lagi, terlihat banyak luka pada tubuh gadis tersebut.
Ingin memastikan identitas gadis itu, Yuang lebih mendekat, menggeser posisi rambut yang menutupi wajah gadis tersebut.
"Astaga. Panggil tabib istana! Ini Putri Jia" ucapnya sambil berusaha menurunkan sang Putri dari atas kuda.
^^^
Ternyata kabar sang Putri yang terluka sudah tersebar luas di istana. Tampak saat ini Putra Mahkota Renshu berserta Raja Liu Wei sedang duduk bersama. Mereka masih saling bertatapan setelah mendengar keadaan Putri Jia.
"Aku ingin kau mengurus masalah ini Putra mahkota!" printah tegas Raja Liu Wei.
"Baik ayah!" ujar Putra mahkota Renshu tegas.
"Aku tidak ingin dipandang oleh masyarakatku sebagai Raja yang tidak peduli. Walau bagaimanapun, Jia tetap juga menjadi salah satu masyarakat kerajaan ini" jelas Raja Liu.
"Saya akan mengurus segalanya. Apa ayah tidak ingin mengunjungi Putri Jia?" tanya Renshu penasaran.
"Aku akan mengunjunginya. Tapi nanti, saat gadis nakal itu sudah sadar"
"Aku akan bawa yang mulia Ratu kesana. Agar gadis itu benar-benar bisa bertingkah layaknya Putri kerajaan" jelas Raja Liu geram.
^^^
Diruangan itu, kembali Meng Mei menangisi sang Putri. Kali ini yang berbeda hanyalah cara Putri kehilangan kesadaraanya.
Meng Mei masih Setia me-lap seluruh kulit tuan putrinya, Jia. Suaranya juga sesekali sesegukan karna menahan tangis.
Terlalu banyak lecek pada kulit sang Putri. Ia semakin sedih tak kala memikirkan ejekan dan hinaan dari Putri lain, akibat bekas luka Putri Jia.
Xera mendengar nada sesenggukan. Matanya mengerjab perlahan, mulutnya mendesis merasakan sakit.
"Tuan Putri, anda sudah sadar?" ucap Meng Mei sambil menghapus air matanya.
"Aku dimana?" tanya Xera pelan.
Gadis itu berusaha bangun, namun sekali lagi ia mendesis perih.Tangannya secara reflek memegang perutnya. Ingatan-ingatan mulai kembali menyerangnya, mulai dari dia yang melarikan diri dari istana, mengubah warna rambut, hingga menolong gadis-gadis dari para bandit.
Tidak ingin memikirkan lukanya, Xera meraih sejumlah rambutnya dengan cepat.
Masih coklat, batinnya.
Ia menghembuskan nafasnya legah. Setidaknya, sesi kabur dari istana kemarin masih menyisahkan sesuatu.
"Sudah berapa lama aku pingsan Meng Mei?" tanya Xera, kemudian memperbaiki cara duduknya."Sekitar 3 hari Putri. Ada menginginkan sesuatu? Saya akan memanggil para tabib untuk memeriksa kondisi anda" ucap Meng Mei berdiri.
Belum sempat Meng Mei mencapai pintu, suara Xera menghentikan langkahnya.
"Jangan. Aku baik-baik saja. Aku tidak butuh mereka semua" ucap Xera dingin.
Tidak jadi pergi, Meng Mei memutuskan untuk kembali duduk dibawah tempat tidur Xera. Meng Mei masih Setia memandangi tuan putrinya.
Xera terlihat berfikir. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan.
"Bagaimana menurutmu jika aku keluar dari istana ini Meng Mei?" tanya Xera pelan. Mata gadis itu masih memandang kedepan. Tatapan matanya benar-benar kosong.
"Aaaapa? Tolong jangan tinggalkan saya Putri. Saya mohon" ucap Meng Mei menunduk.
"Kau mau ikut?" Xera terkekeh.
Meng Mei gegelapan, tidak tahu mau menjawab apa."Nona, sebaiknya anda jangan pergi meninggalkan istana. Diluar sana berbahaya" jelas Meng Mei. Mau bagaimanapun, ia tidak ingin tuan putrinya berada dalam keadaan berbahaya.
"Yang mulia Raja memasuki ruangan!" teriak salah satu penjaga.
Xera hanya menaikan salah satu alisnya. Ia melihat berombongan Raja serta permainsuri memasuki ruangannya.Meng Mei segera berdiri, menunduk hormat dan menyingkir dari depan Xera.
Raja Liu terlihat kaget melihat perubahan dari Putri Jia. Warna rambutnya sangat mirip dengan ibunya. Bukan hanya raja, tapi semua orang yang ikut masuk kedalam ruangan juga tampak terkejut.
Penampilan Xera saat ini sangat mirip dengan mantan permainsuri. Semua pandangan orang-orang yang mengatakan bahwa mantan permansuri selingkuh, mulai meragukan.Karena Xera memang memiliki kemiripan dengan mantan permainsuri. Dan juga, jangan lupakan sebenarnya sifat Xera yang hanya sebelas duabelas dengan sifat Raja mereka.
Jika orang lain melihat, orang itu pasti langsung bisa menebak bahwa Xera memang anak kandung raja.
"Tampaknya kau sudah baik-baik saja Putri Jia" ucap Raja Liu memecahkan keheningan.
"Seperti yanh anda lihat" ucap Xera datar.
"Tolong jaga kesopanan anda Putri Jia" ucap permainsuri Ying pelan.
Xera hanya memandang datar kearah mereka. Sama sekali tidak ada raut ketakutan. Toh, jika ia akan mati, dia tidak peduli.
"Aku dengar kau menebas habis para bandit yang mencuri para Putri bangsawan" tanya raja.
Xera hanya menaikan bahunya. Ia tidak berusaha menarik perhatian raja karna baru melakukan sebuah tugas yang mulia.
Raja Liu membelalakan matanya tidak percaya. Ia merasa tidak asing dengan sifat Putri Jia.
"Bisakah kalian keluar? Aku ingin istrahat" ucap Xera kembali memabringkan dirinya.
Memunggungi semua orang. Ia benar-benar kesakitan sebenarnya.
"Sebelum saya keluar, aku akan memberitahu, bahwa mulai saat ini kau dilarang keluar dari istana Putri Jia" ucap raja Liu tegas, kemudian berbalik meninggalkan Putri Jia.
Tidak ada yang bisa menghentikanku, batin Xera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princes Soul (DREAME)
Historical FictionFOLLOW DULU, BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA. •Jiwa yang berbeda• Xera merupakan mantan penjinak bom, yang bekerja dibawah Negara. Namun, semenjak kejadian naas yang menimpa dirinya, Xera berbalik melawan Negaranya. Disaat kematian mere...