Kantin

45 1 2
                                    

Malam itu ketika aku selesai menemui tuhan bersama temanku, kantin kampus sangat ramai, gemericik hujan kecil bercipratan, mengganggu para pejalan kaki yang melangkah ke kantin. "bu teh tarik panas satu yah" ucapku yang langsung berlalu 

"eh lupa, meja yang itu yah, ketiga dari pojokan" aku berbalik lupa mengatakan dimana mejanya. 

"iyahhhh, bawel ih" jawaban si ibu khas dengan mata bulat dan alis menukik, 

"srull?" tanyaku kepada si Nasrul "itu saha sihhh?" 

"lahhhhhh?" ucap si nasrul "lucu nyaaa" Nasrul terkekeh menggesek hidungnya yang tidak gatal. 

EHHH? mataku langsung membesar, "maba kayanya srul, urang belum pernah liat"

"iya mungkin" Nasrul mengakhiri percakapan, kurang tertarik karena dia sudah punya pacar, kalau pun ada wanita cantik dia hanya cukup tau, tidak pernah sampai suka apalagi selingkuh.

EHHHHHH 

Wanita itu pergi dengan rombongan mejanya, mereka membicarakan topik lumrah seperti orang berkenalan, alamat rumah, kerja dimana? Kuliah disini karena apa? lumrah, hal itu sering terjadi ketika bertemu dengan orang baru, apalagi akan satu kelas dan berteman. 

"eh zul, gimana event? Urang belum tau teknisnya" ucap si pak yan, dia teman sekaligus menjadi volunter acara Comunication Film Festival. Acara yang diselenggarakan dalam beberapa bulan kedepan sebagai tugas akhir mata kuliah event management.

"oh iyahh, jadi rapat kemarin baru pembagian jobdesk sama divisi. Maneh kebagian MC, tapi belum dapet pasangan. Atau ek solo wae? Kaya hidup?"

"solo we da jomblo si pak yan mah hahahaha" si nasrul memotong pembicaraan.

"Aishhhh, belum lahhh, segalanya harus pake siasat. Tau-tau urang nanti punya pacar haha" senyum si pak yan angkuh.

"tahh bener pak yan, buktikan!!" aku tertawa melihat sikap si pak yan dari dulu tidak pernah berubah, dalam hal percintaan temanku yang satu ini tidak pernah berhasil. Percaya atau tidak, laki-laki lulusan pesantren ini belum pernah pacaran sejak lahir, aku bisa memaklumi bila itu terjadi di sekolahnya yang lama. Tapi setelah dua tahun satu kampus denganku dia belum pernah memiliki pacar juga, yang dibicarakan selalu siasat dan siasat, yang pada akhirnya perempuan itu dimiliki laki-laki lain.

"halahhhhh, terus aja siasat sampe maneh perjaka tua! Kalo suka hajar lah, bukan banyak siasat-siasatan" Nasrul menepuk dahinya heran.

"ada masanya kalem" si pak yan tersenyum dan menggesek hidungnya.

"udah udah, pak yan kalo bisa mah, maneh cari juga pasangan Mcnyaaa. Jadi biar cepet" pembicaraan itu aku potong.

"sip aden Lintang!"

Gemericik hujan di luar kantin sudah selesai, jalanan sangat padat oleh para pengendara motor yang dari tadi menunggu hujan reda, kami beranjak pulang karena sudah larut, jika harus bermalam di kantin itu tidak mungkin. Mata bolotot ibu kantin akan jadi masalah.

Malam itu aku mengingat beberapa hal, dari mulai jilbab hitam dengan jaket jeans cantik membungkus wanita itu, juga suasana kantin yang sangat ramai, rintik hujan yang bercipratan, para pengendara motor yang menggunakan jas hujan.

Aku masih penasaran karena pertemuan sepihak yang indah itu, kenapa sepihak? karena seharusnya pertemuan itu saling berhadapan minimal untuk menyapa satu sama lain, bagaimana akan menyapa? mengetahui namanya saja tidak. Besoknya aku berencana untuk pulang malam lagi, alasanku bertambah, bukan sekedar berbincang mengenai kehidupan dengan teman-temanku, yaitu menunggunya. 

Waktu menunjukan sekitar setelah maghrib, atau setelah isya aku hanya menggap itu malam yang tak terlalu malam,

PLAK!!!
"Zulkarnaen!!" di tepuk pundaku sama si Nasrul

AWWW

"apa siii!!"

"ituuuuu, ituuu si lucu"

Malam kedua itu aku menemukan keindahan yang sama, menemukan cerita malam pertama yang belum selesai, mengakhiri kerinduan yang hanya berlangsung 25 jam itu. Kali ini tubuhku dibuat panas dingin, bergetar kuat, lemas, bahagia, segala bentuk rasa tercampur dalam seper sekian detik.

Nafasku berat diiringi mengusap pelipis mata yang tidak basah,
"hey Lintang Zulkarnaen, biasa aja si hahaha" si Nasrul mengkaburkanku,

"ehhhh?? Biasa aja kok"

"ahhhh, dari tadi maneh di tanya, malah ngelamun hahaha" Nasrul terkekeh melihat wajahku yang merah, "makin lucu yah, pake jilbab pink lagi"

"apasi!" aku tak mau terlihat aneh. 

"tapi zul cek urang mah cocok sihhh" Nasrul mulai serius, mataku langsung melebar "cocok sama orang lain, asal bukan sama maneh hahhaha" Nasrul menepuk dahinya dan tertawa.

Rasa yang kumiliki saat ini bukan sekedar melihat wanita cantik begitu saja,
Dia cantik tapi,
Tapi rasa ini bukan atas cantik, lantas? semua pertanyaan sulit yang tanpa jawaban muncul di kepalaku. Mungkin ini yang dikatakan Tedjo, jika kamu tak dapat memilih cintamu untuk siapa, maka ketahuilah, jika kamu tau Dian Sastro itu cantik, Vanesha pemeran film Dillan sebagai Milea itu cantik, dan jika Chelsea Islan itu cantik kenapa rasa ini memilihmu? jawaban itu hanya milik tuhan dan waktu saja.

Aku semakin sadar ketika dia hadir di hari kedua itu, yakin bila dia satu kampus denganku hanya saja aku masih tidak tau jurusannya, dan apakah dia mengambil kelas reguler siang atau malam. Besok atau lusa aku akan mengetahui siapa nama dan jurusannya,
"iyah aku biasa naik Grab, kemarin juga naik Grab" suara itu nyaring, mengetahui dia diantar Grab membuatku ingin mengatakan, aku mau kok nganterin kamu pulang pergi, full selama empat tahun kamu kuliah disini lirihku.

"nahhh loh!!! Ingetttt ingetttt semuanya milik Alloh" si Nasrul membuyarkan semua fokusku. 

"siapa srulll?" temanku si yanuar aneh dengan pembicaraan kami, 

"engga haha" nasruk menggesek hidungnya "itu si lucu yang pake jilbab pink, si zul ngeceng haha" 

"yang itu? iyah sih lucu" si pak yan membenarkan semua pandanganku kepada wanita itu. "gaskeun lintangggg" 

"apa sih pak yan, biasa wae da" aku tak mau terlihat semakin aneh didepan temanku, 

"geus lah mun moal ku urang yeuhhh" si nasrul semakin terkekeh menyenggol bahuku.
"EHHHHH ZUL ZUL" kata Yanuar, "kok pergiii?"
hahhh? siapa yang pergi?
"itu lintang si lucu kok pergi?" yanuar menepuk dahinya tertawa,
Aku mengedikan bahu,

Sial mungkin ini terlalu malam juga untuknya seperti hari kemarin.

"boleh sihhh, sok gas aja" nada si pak yan serius,

"apasi eh, urang cuma liat wanita cantik aja. Ga lebih"

"halahhhh, kalo maneh cuma liat wanita cantik aja ga akan malu-malu gitu" si Nasrul tertawa lagi "emang well sihh, tapi cobain aja deketin. Jangan cuma berkhayal kaya si pak yan hahahaha" Nasrul tertawa sambil menepuk bahu si pak yan. "siasat, siasat, busiat hahahaha, bener engga pak yan?" halis Nasrul mengangkat.

"kenapa jadi ke urang lagi ehh, kan lagi ngobrolin si aden Lintang Zulkarnaen!" wajah pak yan mulai memerah.

"udahah udah, oh iya minggu depan rapat COFFEST lagi yahhh, urang kemarin lupangasih tau. Kalo urusan tempatnya nanti di WA lagi" aku menengahi denganmengganti topik. Hari itu berakhir dengan ajakan pulang dariku "balik yuu!"semua bersiap menuju parkiran

Peluk Aku Lintang ZulakarnaenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang