Black Window

1.7K 212 33
                                    

" Ibuuuu Xav menendang kakiku tadi!" Teriak Alex pincang dengan bola basket di tangannya. Dia terlihat seperti bocah berumur 12 tahun saat itu.

" Habis mau bagaimana? Dia selalu menang. Jadi ya kata ayah curang sesekali tidak masalah asal menguntungkan. Itu namanya strategi bisnis." Xavier membela dirinya
Sementara Alex mengembungkan pipinya kesal.

Mrs. Harleen melirik suaminya yang tampak asyik menyembunyikan wajahnya di balik koran

" Itu salah Xavier, menang atau kalah ditentukan kemampuan. Bukan dari dasar kecurangan. Apapun yang terjadi kamu tidak boleh curang." Tunjuk Mrs. Harleen dengan tatapan tajam ke arah suaminya

" Tapi sayang, dunia ini harus seimbang. Yang kalah dan yang menang harus rata. Jika terlalu banyak juga tidak baik untuk pemikiran kan?" Mr. Andrew membela diri.

" Ssshhhtt minum saja obatmu. Urusan anak anak serahkan padaku, cukup kau saja yang jadi pasienku jangan mereka juga. Dasar virus!"

Mr. Andrew tertawa lepas mendengar omelan istrinya

" Xavier cepat minta maaf pada adikmu!" Tunjuk ibu muda itu

" Tapi ibu, kemarin Alex mendorongku juga. Itu juga perbuatan salah kan. Jadi aku tidak perlu minta maaf." Xavier enggan

Namun...

" Ayo dorong aku!" Alex melangkah ke hadapan kembarannya.

" Apa?" Xavier mengernyit

" Kata ibu perbuatanku salah kan. Jadi ayo dorong aku karna kemarin aku mendorongmu. Perihal kecuranganmu tadi aku akan memaafkanmu." Celotehnya

" Kenapa begitu?" Xavier memicing

" Karna kita saudara kan. Kata ibu kita harus saling menjaga dan memaafkan. Maafkan aku Xavier aku sering menjahilimu." Jawab Alex memegang telinganya penuh rasa sesal

Xavierpun tersenyum lalu memeluk kembarannya itu damai

" Aku juga minta maaf karna telah curang tadi ya. Mulai sekarang aku akan melindungimu adikku." Ucapnya

" Tidak! Kau yang adik!" Alex melepas pelukannya kesal

" Aku lahir lebih dulu jadi aku kakakmu adekku." Goda Xavier

Harleen dan Andrewpun tertawa melihat tingkah ke dua putranya

Sejak kecil, aku lebih dekat dengan ibu, tak memperdulikan apapun selain apa yang dikatakan hatiku

Sementara Xavier, dia begitu dekat dengan ayah. Mendengarkan semua kata katanya dan tumbuh menjadi pria bijaksana serta tangkas.

Andai bisa waktu diputar kembali, aku merindukan masa masa itu.

Alex menutup jendela kamarnya setelah melamunkan masa kecil mereka yang bahagia.
Hari itu hari senin, ia meraih ranselnya lalu melangkah ke luar dari kamar setelah merapikan diri.

" Heii kau mau ke mana? Sarapan dulu!!" Teriak Mrs. Harleen

" Aku terlambat ibu." Jawabnya tanpa menoleh, Mrs. Harleen mengerti, jika putranya itu enggan menatapnya berarti ia sedang menyembunyikan kesedihan di matanya. Ia pun melirik ke dinding di mana foto Xavier terpajang manis saat wisuda kelulusannya beberapa tahun yang lalu

" Nak, bahkan sampai detik ini... Adikmu masih merindukanmu melebihi kita semua." Gumamnya dengan mata berkaca kaca

Alex mengendarai mobilnya ke academi. Tapi... Saat ia hendak membuka pintu setibanya di sekolah seni itu...

YOURS ( Not My Husband )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang