"Zahra"
Suara melengking yang amat ku kenali. Nathalia, sahabat yang sudah seperti keluargaku.
"Iya?" Aku menatap Nathalia yang sudah didepanku dengan nafas tersenggal - Senggal
"Kelas dimulai jam berapa?" Tanya Nathalia
"Nanti satu jam lagi, emang kenapa Nat?"
"Syukur deh, yaudah Yuk masuk kelas"
Aku mengangguk. Kami pun menuju kelas diujung koridor kampus.***
"Zahra, nanti buku - buku ini dibawa keperpustakaan" perintah bu Mita,
"Baik bu" jawabku menurut
Kelas usai, semua mahasiswa meninggalkan kelas. Aku bergegas mengambil setumpuk buku untuk dikembalikan diperpustakaan.
"Semangat Zahra, aku tunggu dikantin" Nathalia hendak meninggalkanku, namun tidak semudah itu ferguso. Ku tarik lengannya
"Eeh lepasin, udah laper banget nih" gerutu Nathalia
"Bantuin aku dulu, ke kantinnya bareng. Oke?" Aku memberikan setumpuk buku pada Nathalia, dia memasang wajah masam yang membuatku geli.
"Kok diem? Ayok Nat, ke perpus" aku berjalan meninggalkan Nata
"Hei, zahraa! Tungguin!"
Begitulah Nathalia, dia baik. Walaupun kami berbeda keyakinan, tidak menghalangi kami untuk menjalin persahabatan.
"Assalamualaikum kak Nadia"
"Waalaikumsalam Zahra. Loh ada Nathalia juga, tumben ikut?"Tanya kak Nadia admin perpustakaan kampus
"Kalo nggak dipaksa ngga bakalan ngikut kak" gerutu Nathalia. Kak Nadia menggelengkan kepala "yang ikhlas dong Nat"
"Tuh nat, yang ikhlas" timpalku
Nathalia mendelik kearahku. Aku berlindung dibalik tumpukan buku yang kubawa.
"Kak, ini ditaruh dimana?"
"Dimeja paling ujung sana"
"Siapp kak"
Aku dan Nathalia menuju meja dipojokan perpustakaan. Setelah meletakkan buku, aku melihat - lihat buku yang barangkali menarik untuk kubaca.
Ketika cinta berbuah syurga
Mataku menangkap sebuah karya dari Habiburrahman El Shirazy. Ku raih buku itu.
drrrrt
Ponselku bergetar, ternyata umi.
"Assalamualaikum umi"
"Waalaikumsalam Zahra"
"Ada apa mi?"
"Nanti kalau pulang mampir toko pak salim. Beliin umi kismis ya"
"Iya mi, Insya Allah"
"Hati - hati ya nak, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, iya mi"
Aku kembali memasukkan ponselku ke tasku.
"Ehm" suara berat mengagetkanku, aku pun berbalik. "Iya?"
Dia melangkah semakin mendekat, aku pun melangkah kebelakang hingga mengenai rak buku. Seketika ku tutup mataku.
Ini orang mau ngapain sih. Gumamku"STOPP" kedua tanganku kedepan menahan badanya yang kini semakin mendekat
"Ada apa? Saya mau mengambil buku yang ada dibelakang anda" katanya
"Oh" aku segera pergi meninggalkan pria itu. Zahraa apa sih yang dipikiran kamu.
"Zahra, kamu kenapa? Kok wajahmu merah gitu?" Nathalia menyelidik
Aku memegang wajahku
"Eng-gak kok, ayo kita pulang""Hei, zahraa. Jangan cepet - cepet jalannya"
Astaghfirullahaladziim, fokus Zahra Fokus!
***
"Nat, kamu duluan aja. Aku mau mampir dulu ke toko pak salim. Tadi disuruh umi""Oke, hati - hati" aku mengangguk
Nathalia meninggalkanku dan aku pergi menuju toko pak salim.
***
"Assalamualaikum pak Salim""Eh neng Zahra, waalaikumsalam. Masuk neng" sambut pak salim ramah
"Kismisnya masih ada pak?"
Pak salim mengangguk.
Aku berjalan diantara rak - rak yang berisi berbagai macam makanan
Untunglah satu kotak kismis masih tersisa.
Ku raih sekotak kismis itu, tapi ternyata ada tangan lain yang meraihnya.
Ah, Dia lagi?"Buat kamu saja" aku menyodorkan sekotak kismis itu padanya
"Nggak, kamu aja" dia memberikanya lagi padaku
"Beneran?" Lelaki itu mengangguk.
"Yaudah terima kasih" aku meninggalkan dia dan menuju kasir
"Pak salim"
"Iya neng? Udah?"
"Iya pak udah, ini berapa pak?"
"Kaya biasanya neng, harga masih sama" Kata pak salim
Aku mengambil beberapa lembar uang didompet.
"Nak Alif, beli kurma aja? Kismisnya nggak jadi beli?"
Aku berbalik, Oh. Ternyata sama pria itu
"Iya lagi pengen kurma pak"
"Pak ini uang pas, Zahra pamit pulang dulu pak. Assalamualaikum" aku menyela pembicaraan mereka dan meninggalkan toko
"Waalaikumsalam, hati - hati Zahra"
****
Aku duduk dibangku halte. Ku dengarkan murottal Surat Ar-Rohman dengan headset terpasang ditelingaku
Alif, jadi pria itu bernama Alif.
Astaghfirullahaladziim kenapa jadi kepikiran dia. Ya Allah khilaf khilaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku
RomantizmDari pada sibuk mencari, sudah saatnya untuk memantaskan diri