Namamu

101 7 3
                                    

Ini tulisan gua yang pertama ya. Berdasarkan cerita nyata loh. Selamat membaca ^_^,

***

Namaku Nadia Anatasya, biasa di panggi Nadia. Jenis kelamin perempuan. Sejak lahir aku tinggal di kota yang mana terkenal dengan julukan "Kota 1000 Industri".

Melalui cerita ini aku ingin menceritakan beberapa kejadian setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Setelah lulus dari SMP, aku hanya memilih SMA Negeri di daerahku sebagai tempat untuk melanjutkan jenjang pendidikan, Mengapa aku pilih SMA tersebut untuk melanjutkan pendidikan ? dikarenakan hanya SMA Negeri itulah yang paling dekat dengan rumahku, namun tak kusangka-sangka, sekolah ini menyimpan segudang cerita dan prestasi, cerita mistis, cerita cinta, dan cerita lainnya.

Oiyaa SMA ini juga yang menjadi tempat masa-masa terindahku, mulai mencari jati diri yang sebenarnya, mulai memilih teman yang baik dan tidak baik, teman tidak baik bukan berarti dijauhi tetapi hanya menjaga diri saja agar tidak terbawa keburukannya, dan banyak hal lainnya. Pasti semua orang akan mengerti jika sudah melewati masa-masa seperti ini.

Aku akan menceritakan sedikit mengenai teman dan masa cintaku, mengapa akan aku ceritakan? karena cerita cinta yang aku jalani ini, sangatlah berbeda dengan yang lainnya, mereka diluar sana mungkin mengenal cinta yang sangat romantis dan terkadang seperti permen karet, diawali sebuah rasa manis sampai mungkin dinikmati tetapi sesudah hambar, pasti akan dibuang eh tapi masalah dibuang tergantung dari pasangan itu sendiri sih. Mungkin ceritaku ini sedikit aneh dari kebanyakan orang karena diawali dengan kepahitan dan menyakitkan, namun masing-masing dari kita menyadari bahwa ini hanyalah sebuah takdir Tuhan, maka masing-masing dari kita menyikapi semuanya dengan penuh kedewasaan dan nanti akan ku ceritakan soal percintaanku di SMA.

-----ooo-----

Awal masuk SMA yaa begitu, masih terbiasa dengan siklus SMP, masih rajin-rajinnya buat ngerjain tugas, ngumpulin tugas dengan tepat waktu, kata teman – teman sih aku itu orangnya rajin makanya mereka ga heran kalo juara kelas dengan mudahnya kuraih, tapi mereka gatau kalo aku pun terkadang merasa terbebani karena tugas yang ada, semakin lama justru bukan semakin terbiasa dengan tugas yang ada melainkan malah terasa bosan karena tugas yang kukerjakan tak pernah habis, hampir setiap hari tugas dari guru selalu bertambah padahal tugas-tugas yang kemarin saja belum tentu selesai.

Masa SMA ini awalnya menurutku sangatlah membosankan karena pulang jam tiga sore, tugas yang begitu banyak dan tidak pernah habis, dalam artian tugas dari guru ini belum selesai tapi udah nambah tugas lagi dari guru lain serta seterusnya dan mata pelajaran yang semakin sulit. Namun ada satu sahabat yang selalu menguatkanku dan menemaniku pada saat transisi tersebut, namanya adalah Yuni, ia adalah teman dekatku saat SMP dulu, tetapi kita tidak pernah sekelas sebelumnya, saat SMA kelas satu kita duduk semeja, karena saat itu kita satu kelas.

Yuni ini anaknya tidak banyak kemauan atau anak sekarang mah bilangnya ga neko-neko, pinter juga anaknya, dia itu lebih tinggi dariku, makanya ketika ngobrol dengannya leherku terasa pegel. Kita ini selalu berdua dalam keadaan apapun selama di sekolah, seperti makan berdua, jajan berdua sampai duduk diselasar kelas pun berdua, saking seringnya berdua, teman-teman kita sampai banyak yang bilang kalo kita tuh mirip, mirip ? padahal aku tak pernah merasa seperti itu, ada hubungan darah saja tidak.

-----ooo-----

Aku dan Yuni jalan keluar kelas, tidak sengaja dia melihat seorang lelaki dan Yuni berkata kepadaku:

"Liat cowo yang itu deh Nad, mirip sama si Adi tau, cuma dia ga pake kacamata aja, coba kalo pake pasti mirip!" tegas Yuni.

"Iyaa sih sedikit, masih inget aja lu sama si Adi." ucapku sambil menggoda Yuni, oiya Adi ini temen sekelasnya dulu waktu SMP, dia itu salah satu anggota break dance yang total anggotanya tiga orang, waktu itu memang cukup terkenal di sekolah kami, dan banyak yang mengaguminya termasuk Yuni.

-----ooo-----

"mamaaang" goda Yuni kepada mang Asep (jualan siomay). Saat itu aku disamping Yuni, jujur aku tidak bisa bersikap seperti dia apalagi sampai menggoda seseorang, cuma bisa bercanda yang sekiranya temen deket aja, itu pun kalo udah kenal lama dan tidak sevulgar dia. Kalo kata temen-temen sih aku ini orangnya pendiem dan tidak mudah bergaul apalagi kalo sama cowo, udah dijamin mati kutu deh.

"Iyaaa neng geulis" jawab mang Asep (neng geulis = anak cantik).

"mau siomay dong" kata Yuni.

"Yaa iyaa atuh mau siomay, kalo mau cireng mah ke sana" kata mang Asep sembari menunjuk.

"Kalo mau mamang kemana ?" goda Yuni.

"Kemana-mana hatiku senang" canda mang Asep.

"ha ha haa ishhh!" Yuni mulai gregetan dengan mencubit bahu mang Asep.

Yuni dan mang Asep sudah biasa bercanda karena memang umur kita tidak terlampau jauh, hanya saja nasib mang Asep yang kurang beruntung karena faktor ekonomi.

"Ehhh beli berapa ini teh neng" tanya mang Asep

"5000an mang, 2 bungkus ya sama buat dia" kata Yuni sembari menunjuk ke aku yang dari tadi hanya bisa diam.

"Ini teh siapa ? lebih geulis dari kamu Yun" goda mang Asep kepada aku(geulis = cantik).

"Sok atuh kenalan mang"

"Michael!!" tutur mang Asep sembari menjulurkan tangannya kepadaku.

"Gausah genit" potong Yuni sembari mencubit tangan mang Asep, karena memang posisi Yuni berada di tengah-tengah aku dan mang Asep.

"ihh meuni galak kos kucing garong wae" cetus mang Asep (meuni galak = galak banget, kos kucing garong wae = kaya kucing garong aja). Aku hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.

"Nih siomaynya neng" ucap mang Asep

"Ditraktir Nadia ya mang" ungkap Yuni dan langsung melarikan diri begitu saja. 

"dididididiiiiiii, suee emang si Yuni!" kesalku.

"nih mang" kataku menyodorkan sejumlah uang.

"yang sabar neng punya temen kaya dia mah"

"he he he"

Jalanlah aku menuju kelas sendirian.

"Hmmm ada anak itu." ujarku menggerutu dalam hati.

"Ohh namanya Martin." lanjutku dalam hati setelah berpapasan dengan lelaki yang mirip dengan Adi.

Aku melihat Yuni sedang duduk sembari makan siomay yang tadi dibeli di bangku depan kelas, aku pun menghampirinya dan berkata :

"Suee kamu , main kabur-kabur aja" gerutu aku.

"Yaa maaf siihh"

"Ehh Yun, tadi gua liat yang mirip Adi, lu mau tau ga namanya?" tanyaku kepada Yuni karena memang aku jajan bareng tapi dia kan tadi lari duluan dan sepertinya dia tidak melihat keberadaan Martin.

"Serius Nad siapa namanya?" seperti seseorang yang sedang menggebu-gebu.

"Tadi sih kalo ga salah namanya Martin."

"Bener Nad ga salah liat ?" meyakinkan jawabanku dengan penuh penasaran

"Kayanya sih iyaa." sedikit menggoda Yuni dengan mencolek dagunya.


***

Gimana ceritaya ? Karena baru nulis, gua butuh banget kritik dan saran dari kalian. Jangan lupa vote yaa biar gua tambah semangat nulisnya. Makasih yang udah mau baca cerita ini ^_^

Langit dan BumiWhere stories live. Discover now