Pelari

45 5 0
                                    


Haii. Sebelumya gua mau berterima kasih buat yang udah mau baca cerita ini. Happy reading ya guyss !!!

***

Bel pulang sekolah pun berbunyi, biasanya sih aku tidak langsung bergegas pulang melainkan mengerjakan tugas bareng Yuni sama Risa terlebih dahulu sembari menunggu ayah menjemputku.

Saat mengerjakan tugas tiba-tiba ayah menelponku.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam yah, ayah udah di depan sekolah?"

"Belum neng , kayanya ayah hari ini ga bisa jemput kamu dulu yaa , masih banyak kerjaan soalnya di kantor , kamu gapapa kan naik angkot dulu ?"

"Ohh yaudah yaah , gapapa ko"

"Uangnya ada kan neng ?"

"Yaa kalo ayah mau transfer dengan senang hati aku terima ko heheh"

"Uang yang 100 juta ayah transfer udah abis emangnya ?"

"Udah abis yaah"

"Buat apa ?"

"Buat modal dia yah , modal ngebahagiain aku"

"Hissss , anak ayah masa udah ngerti cinta-cintaan sih nanti ayah ngerasa diduain loh"

"Tenang aja , ayah mah tak tergantikan oleh siapapun ko di hati Nadia"

"Gombal aja , yaudah nanti kamu hati-hati aja ya naik angkotnya"

"Yaa lagian ayah yang mulai , iyaa siap kapten"

"Assalamu'alaikum neng"

"Wa'alaikumsalam"

Yaa begitulah kedekatan aku dengan ayah, ayahku adalah orang yang hebat, orang yang penuh dengan canda tawa walau hati dengan pikiran kadang tak seirama.

Karena telah mendapatkan kabar tersebut dari ayah , aku pun melanjutkan untuk mengerjakan tugas bersama Yuni dan Risa.

"Eh Ris , kamu kenal Martin ga ?" Yuni membuka obrolan

"Kenapa emangnya ?" tanya Risa

"Dia suka tuh" sahut Aku

"Yee kata siapa ? orang ngga ko" tutur Yuni

"Buktinya tadi pas istirahat kamu malu-malu" kataku

"Hmmmm ngga ko" kata Yuni

"Beneran suka ga nih Yun, soalnya aku tau banget soal Martin" tanya Risa kepada Yuni

"Kok bisa" ku potong pernyataan Risa

"Lah ko kamu yang kepo sih Nad" sewot Yuni

"Ko kamu jadi sewot gitu sih sayang" goda Risa kepada Yuni

"Ahhh ngga ko" ucap Yuni

"Jadi gini , aku itu udah kenal Martin dari dulu dulu dulu banget , dari jaman masih dirahim he he he" tutur Risa

"Maksudnya kamu kembarannya Martin ?" tanyaku

"Ya ngga dong" kata Risa

"Terus ?" tanya Yuni

"Kamu beneran suka ga Yun sama dia ? Kalo beneran nanti aku lanjutin ceritanya" tutur Risa

"Ga suka sih , cuma dia tuh mirip sama si Adi aja , temen aku pas SMP" ucap Yuni

"Hmmm gitu , sebenernya Martin itu sepupu aku" tutur Risa

"Apa iya" potongku dan Yuni berbarengan karena pernyataan Risa memang membuat kami kaget

"Beneran" tegas Risa

"Padahal yaa dia itu anak Ustad tau , tapi yaa gitu deh , sampe orang tuanya aja udah ngebiarin dia buat memilih jalannya sendiri" lanjut Risa

"Hmmm begitu , emang dia ga diomelin gitu sama orang tuanya" kataku

"Ya diomelin , cuma begitu anaknya" tutur Risa

"Eh aku pulang duluan yaa , udah di WA mamah disuruh pulang katanya takut kemagriban" potongku

"Sama siapa pulangnya ?" tanya Yuni

"Sendiri aja gapapa ko naik angkot" kataku

"Beneran ?" tanya Risa

"Iyaa tenang aja" kataku

Setelah membereskan peralatan sekolah kedalam tas aku pun berpamitan. "Aku pulang yaa" , "Iyaa hati-hati dijalan" merek berucap berbarengan.

Dari sekolah ke jalan raya perkiraan 500 meter , karena angkot cuma ada di jalan raya itu aja jadi mau gamau ya harus jalan dulu. Ukuran jalan dari sekolah menuju jalan raya kira-kira memiliki lebar hanya tiga meter saja. Di sepanjang perjalanan menuju jalan raya , aku melihat banyak sekali segerombolan siswa nongkrong di warung yang sedang merokok dan berbincang , kalo dilihat dari bed sekolah yang ada di baju orang-orang tersebut kayanya sih dari berbagai sekolah , entah ada acara apa , aku ga paham. Beberapa meter sebelum sampai ke halte untuk menaiki angkot , tiba-tiba terdengar suara gemuruh banyak orang dari arah sekolah menuju ke jalan raya.

"Waduuhhh ada yang ga beres nih" kataku dalam hati

Ternyata anak-anak yang tadi nongkrong sepertinya ingin mengadakan tawuran dengan sekolah lain.

"Tapi dimana mereka akan bentrokan , di jalan raya depan ? jika ia , bagaimana nasibku ini" lanjutku

Disaat anak-anak gerombolan itu melewatiku , tak sengaja melihat Martin dalam gerombolan anak-anak itu , iya Martin , Martin yang wajahnya mirip dengan Adi. Berpenampilan sesuka dia dengan baju yang tak karuan , kalo ada guru BP liat pasti langsung dijewer.

Sesampainya di halte , aku dapat dengan jelas melihat mereka bentrok dengan sekolah lain di jalan raya. Tak lama dari itu tiba-tiba mobil polisi pun datang , mereka lari berhamburan mengarah ke sekolah.

Tiba-tiba seseorang di hadapanku. Aku tak mengenali dia karena memang dia menggunakan slayer untuk menutupi wajahnya. Tangannya seolah berusaha mengajakku berlari.

"Ngapain ?" tanyaku

"Lari ke dalam sekolah"

"Aku kan ga ikut bentrok"

"Iyaa ga ikut , tapi itu liat lambang sekolah lu"

Aku yang waktu itu seperti orang tak sadar memilih untuk berlari, kita pun berlarian dengan posisi tangannya memegang tanganku , seolah memastikan bahwa dibelakangnya , aku akan baik-baik saja.

"Udah , lepas!!!" hentakku kepadanya dan memustuskan untuk berenti berlari.

Ia pun berhenti berlari , melepaskan genggamannya , lalu menoleh dan tanpa sepatah katapun ia melanjutkan perjalanannya dengan berjalan sembari melepas slayer yang tadi digunakan. Sekedar mengajak kenalan saja tidak , sangatlah berbeda dengan pria pada umumnya.

Aku yang waktu itu langsung berputar balik merasa sedikit bersalah , karena tidak sempat berterimakasih kepadanya. Sempat terlintas dibenakku , siapa gerangan yang memilih mengajakku berlari itu , sebegitu pedulinya kah dia hingga mengajakku berlari yang sedang di halte ? ntahlah suatu saat nanti jika aku sudah tau orangnya yang menolongku tadi siapa , aku akan berterimakasih kepadanya.


***

Yang kepo ayo vote !!! jangan lupa tulis kritik dan saran di comment ya. Gua bakal update lagi kalo votenya udah sampe 10. Gapapa kan ? heheh


Langit dan BumiWhere stories live. Discover now