HERE IN THE OCEAN
MR.
Dua tahun kemudian..
Pemandangan lautan yang terhampar luas - hanya nuansa biru dan putih yang dapat ia lihat.
Jennie duduk menikmati hembusan angin di tempat para awak biasanya beristirahat.
Ia bertanya kepada dirinya sendiri, bagaimana bisa ia berakhir disini.Jennie lupa, Ia yang memilih untuk hidup dijalan seperti ini. Menikmati profesinya sebagai seorang pelaut wanita, dan sekarang yah.. ia tengah mengarungi samudera.
Samudera, ombak, lautan, dan cinta.
Jennie kembali berpikir, sebelumnya ia tak pernah berniat menemukan seseorang sebelum ia berhasil kembali dengan selamat menuju daratan dan menyelesaikan praktek kapal yang tengah ia lalui sekarang.
Tapi, kehadiran seseorang yang mampu membuat jantungnya berdebar tak karuan itu sungguh menganggu.
Yah.. sangat menganggu, membuatnya tak dapat berkonsentrasi dengan tugasnya.
Membuat waktu tidurnya semakin pendek karena mengingat wajah orang itu, dan membuatnya semakin penasaran bagaimana mungkin ia bisa berakhir menyukai seorang perempuan?Menghela napas sejenak, Jennie berpaling ketika sebuah suara langkah kaki seseorang mendekat.
Ia tersenyum, lalu menyerahkan sebuah kursi untuk seseorang itu duduki.
Tanpa banyak kata, mereka berdua terdiam - menatap satu sama lain seolah rasanya cukup lama mereka berada di sana, memandangi sorot mata yang tegas namun lembut itu dalam diam, senyuman hangat yang terbentuk dari kedua sudut bibirnya sungguh akan selalu Jennie rindukan."Bulan depan, kau sudah bisa pulang.." katanya membuka suara.
Terdengar datar, namun Jennie tahu ada yang berbeda dari nada suara wanita itu.
Apa mungkin, ia tengah bersedih?
Selama hampir 23 bulan ia berada di kapal ini, Jennie tidak pernah sama sekali melihat wanita dihadapannya itu bersedih.Seperti saat Jennie dan yang lainnya menangis hanya karena kepergian Halim yang memutuskan untuk berhenti menjadi pelaut, cukup lama Halim bekerja dan menemani wanita itu.
Selalu berada di sisinya, tapi memang pada dasarnya sang Kapten yang dijuluki manusia dengan hati sekeras batu itu tak pernah menunjukan sisi lain yang ia miliki selain wajah datar, dan sikap tenangnya yang kelewatan.
"Aku pasti akan merindukan kalian.."sahut Jennie pelan, menghela napas pendek lalu memalingkan muka sejenak.
Jennie tidak ingin kepergiannya itu membuat mereka para awak kapal ini bersedih, terkhusus untuk wanita yang sekarang tengah memandanginya dengan lekat.
Seakan takut jika hari ini adalah hari terakhir mereka untuk dapat saling bertatap muka, berbicara, menyampaikan pesan satu sama lain dengan isyarat cinta.Wanita dihadapannya menghembuskan napas panjang," Aku ingin Kau tetap tinggal. Tapi.." katanya menjeda sejenak lantas menelan ludah. "Aku tidak bisa mengatur hidupmu." sambungnya lirih.
Jennie tersenyum, mencoba meraih telapak tangan dingin sang kapten dan mengusapnya dalam diam.
Jennie pada akhirnya tahu, ada sifat yang tidak pernah ditunjukkan Lalisa kepada awak kapal yang lain.Wanita ini, sangat manja dan memiliki hati yang lembut tidak seperti perkiraannya dulu.
Satu tangannya terulur mengusap wajah wanita itu dengan sayang, menatap kedua manik cokelat sendu yang terus menatapnya dalam diam.Jennie tahu, ini bukanlah akhir untuk mereka.
Seperti lautan yang tidak memiliki ujung dan batas, seperti itulah perasaan mereka.
Kedua tangan Lalisa bergerak menggeser kursi Jennie agar lebih mendekat kearahnya, sejenak wanita itu tersenyum kecil lalu menarik pergelangan tangan Jennie, membawa Jennie untuk masuk kedalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Here in the Ocean• JENLISA(GxG)
Short StoryShort Story. [GxG] Yuri Area. Pernah dengar bagaimana lautan bercerita tentang cinta? Bagaimana semilir angin laut datang menyapa rambut hitam kelam mu yang basah. Nyanyian balada pelaut, kumpulan pemuda berlengan bak popeye tertawa riang dikeliling...