01

36 1 0
                                    

Tulisan ini terlahir dari imajinasi yang sengaja dituangkan ke dalam bentuk benda kasat mata jika terjadi kekeliruan pada tempat, nama, dan apapun yang tidak sesuai dengan kehendak para pembaca mohon di maafkan karena ini hanya fiksi belaka yang manis namun tak semanis kenyataan. mwehehehee...🤣🤣

Banyak typo juga bertebaran karena penulis amatir ini menulis dengan barbarnya.

Mohon kerjasamanya untuk vote dan komen ya (koreksi typo juga gak masalah), ditunggu ke kritisan, idealis dan barbar kalian dalam berkomentar...

selamat membaca semua 😘😘

🌸🌸🌸

Pada dasarnya aku ini penjelajah, jadi kupastikan aku akan sampai pada tempat itu untuk menejelajah bahkan aku akan menetap di tempat yang dingin yang kurasa dinginnya sama sepertiku itu, di hatimu.

Senin, Jakarta.

Sedang berlangsung  upacara bendera di SMA NUSANTARA sebuah sekolah menengah atas swasta namun masuk ke sekolah golongan elit. sekolah ini masih berada di bawah yayasan ARKATAMA sebuah yayasan yang didirikan keluarga Arkatama dari nol hingga sekarang masuk ke jajaran elit namun ada beberapa oknum petinggi di sekolah ini melakukan kecurangan namun belum sampai di telinga pemilik yayasan. 

Para siswa sedang berbaris rapi sejak satu jam yang lalu, seperti biasa setelah selesai upacara bendera akan diadakan sidak pada seluruh siswa-siswi SMANTARA(singkatan Sma Nusantara). Tiba-tiba terlihat Pak Baron selaku guru BK menyeret 5 siswa 2 diantaranya perempuan. Mereka berlima di jejerkan di depan menghadap barisan murid yang lain dengan keras Pak Baron berkata diiringi bisik bisik para siswa yang lain.

"Lihat mereka lagi mereka lagi apa kalian tidak bosan setiap hari senin seperti ini, membolos upacara bendera, pakaian tidak rapi dan tidak lengkap, terlebih kamu Key apa kamu tidak malu dengan sikap kamu ini hah?" kata Pak Baron lantang. terdengar bisik bisik dari para siswa siswi yang lain ada yang memuji mereka berlima namun banyak juga yang menjelekan mereka. 

"Saya bukan seenaknnya hanya saja saya pikir cukup sudah kewajiban saya mengikuti upacara bendera sampai pada pengibaran sang merah putih selesai karena ketika amanat menurut saya tidak penting dan tidak berguna, kecuali amanat yang diberikan berlaku juga bagi kalian semua yang sedang berada di ruang kepala sekolah , ruang komite dan ruang guru!" kata key dengan menggunakan microfon dengan sengaja agar didengar oleh semuanya termasuk para petinggi. Dia Keyva Arlette Arkatama.

Ia tidak takut mengatakan hal itu, karena toh itu sekolah yang akan diturunkan kedia karena dia anak tunggal keluarga ARKATAMA. Namun itu bukan yang pertama kalinya ia menggunakan suaranya, karena semenjak jajaran petinggi di ganti beberapa bulan yang lalu berbarengan dengan masuknya siswa-siswi kelas satu baru dan tahun ajaran baru karena jajaran lama sudah habis masa jabatan termasuk kepala sekolah yang sudah dua kali masa jabatan. Hal itulah yang membuat Keyva tidak diketahui para petinggi baru dan keyva dengan sengaja tidak membongkar identitasnya karena dari awal ia sangat menolak petinggi baru terlebih  si Kepsek gundulnya.

Namun beda dengan pak baron meski beliau tau Keyva merupakan anak pemilik sekolah atau yayasan ia tetap bersikap tegas pada Keyva maupun anak donatur yang lainnya menurutnya semua itu bentuk abdinya kepada sekolah ini. Pak baron mengetahui bahwa keyva tidak menyukai jajaran petingg sekolah baik kepsek , komite, maupun beberapa guru ia pun begitu maka daari itu pak baron memaklumi keyva namun bukan berarti keyva bebas dari hukuman pak baron ia tetap dikenakan sanksi. 

Sama halnya dengan keyva satu orang menyahut lagi. "Kami telah mengikuti kewajiban kami untuk mengikuti upacara bendera tetapi untuk cara berpakaian kami itu hak kami sekalipun sekolah memiliki aturan tapi jika mereka tikus-tikus besar sekolah melanggar dan menyalah gunakan kuasanya atas peraturan sekolah mengapa kami tidak boleh? perlu saya sebutkan apa yang juga di langgar mereka? bahkan saat pengibaran bendera beberapa dari mereka sempat-sempatnya bermain handphone , mengobrol dan ada beberapa yang memakai rok dan baju yang hampir menyerupai pegawai club dalam bentuk formal. Lalu menyalahkan kami? saya rasa pakaian kami tidak kekecilan hanya saja kami cuma memakai celana panjang dan kemeja seragam sekolah yang di keluarkan tanpa dasi. Saya pikir itu jauh lebih baik daripada mereka dan kami mengikuti pengibaran bendera dengan tertib bahkan dengan atribut lengkap saat itu, kami pergi saat kami rasa itu cukup, apa kami salah?." SKAK! Pak Baron diam ia tau bahwa dirinya  memang akan kalah jika berbicara dengan dua dari lima orang ini. Terlebih jika yang menjawab adalah Kelana. Kelana Semesta Akendra.

KELANAWhere stories live. Discover now