🍁1. Malaikat Penghapus Air Mata🍁

50 13 7
                                    

"Jika kamu punya masalah, menangislah jika itu membuatmu hilang sendu, tapi jangan sampai berlarut, Karena kamu masih punya Allah. Gelar sajadahmu, buka tanganmu lebar-lebar dan berdoalah."
-Jennifer-


------------------🍁🍁🍁🍁🍁-------------------

"Ini saputangan buat bersihin baju lo, gue lari karena gue mau ambil saput tangan ini, dan mengenai apa yang lo bilang tadi," laki-laki itu tersenyum, "Lo enggak bakal nemuin itu semua dalam diri gue."

"Enggak usah," ucap Lintang sinis.

"Ssst ... ssst ... ssst! Enggak boleh nolak bantuan orang, enggak baik. Lagi pula kalau lo enggak nerima saputangan ini, entar lo nyangka gue enggak bertanggung jawab, ya kan?"

"Guys, ayo pergi. Orang ini enggak waras," cetus Lintang sambil membalikkan badan, ia berniat pergi dari sana, ia paling malas jika berhadapan dengan cowok sok akrab seperti laki-laki di hadapannya itu. Tapi tangan kanannya lebih dulu dicekal oleh laki-laki itu, sehingga Lintang harus membalikkan badan lagi.

"Lepas!" Lintang menghentakkan tangannya, sehingga cekalan dari laki-laki itu terlepas, "Enggak usah pegang-pegang, bisa?" pekik Lintang sedikit emosi.

Laki-laki itu tersenyum, "Ini saputangannya, tolong diterima," ucap laki-laki itu sambil meletakkan saputangan di telapak tangan mulus Lintang, "Nama gue Banyu Maha Putra, panggil aja Banyu. Salam kenal," ujar laki-laki itu, lalu berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan Lintang, Susan, dan juga Glen.

"Gue suka cowo itu," kata Glen sambil terkekeh.

"Ya ampun, Tang. Dia cakep banget ... gue suka mata cokelatnya," ucap Susan sambil tersenyum menatap kepergian laki-laki tadi.

Lintang justru menggidikkan bahunya, "Kalian berdua udah gila!"

Kemudian mereka semua duduk, menerima makanan dan minuman yang ia pesan dari mba kantin. Sedangkan saputangan dari laki-laki tadi, Lintang membuangnya ke tong sampah. Ia tidak peduli dengan laki-laki modus seperti itu.

*****

"Kalian tahu enggak murid baru di sekolah kita?"

"Iya-iya gue tahu, ih ganteng banget...."

"Katanya sih pindahan dari Jakarta gitu. Kenapa cowok secakep dia harus pindah ke Bandung, ke sekolah kita lagi, kan gue jadi gak bakal fokus sekolah kalo gini ceritanya."

"Ih iya bener banget, gue tadi ketemu dia di Kantin, sampe sekarang gue enggak bisa berhenti mikirin dia. Habisnya dia ganteng banget jadi cowok."

Satu hari ini Lintang dibuat risih dengan ocehan-ocehan seluruh siswa sekolah SMA Xaverius tentang kedatangan anak baru yang katanya ganteng banget itu. Setelah sarapan dari Kantin, di manapun, kapanpun, yang Lintang dengar hari ini hanya pujian-pujian tentang anak baru di sekolahnya tersebut. Bahkan dia sempat mendengar kalau guru-guru wanita di sekolahnya juga mengoceh hal yang sama. Oh god, what haven to my school?

"Glen?" panggil Lintang pada Glen yang duduk satu meja bersamanya. Glen dan Lintang memang satu kelas dan juga satu meja di kelas XII IPA 1. Oleh karena itu mereka berdua adalah sahabat yang sangat dekat tapi tidak pernah akur. Sedangkan Susan, dia adalah anak XII IPS 5. Berbeda kelas dengan mereka tapi tidak pernah mengurangi keeratan persahabatan mereka bertiga.

CollapseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang