🍁Tersenyumlah🍁

40 5 0
                                    

Happy Reading bosque....

“Di matamu, mungkin hidupmu tidak berarti. Tapi coba pandang hidupmu itu dari mata orang lain, dan dari sana kamu akan tahu, kalo hidupmu itu sangat berarti.”
-Banyu Maha Putra-

---------------🍁🍁🍁🍁🍁🍁----------------

Sore harinya sekitar pukul 6, Lintang baru saja pulang dari pasar membeli bahan-bahan masakan yang kurang untuk makan malam bersama Banyu nanti. Lintang turun dari motornya, memarkirkannya di bagasi.

“Gara-gara cowok itu gue harus capek-capek ke pasar kaya tadi,” gumam Lintang kesal, kemudian ia menekan bel rumahnya.

Bel berbunyi, sesorang membuka pintu.

Lintang terkejut ketika yang ia dapati adalah wajah Banyu, laki-laki menyebalkan yang sengaja mengundang dirinya sendiri untuk makan malam di rumahnya, “Lo!? Ngapain lo di sini? Makan malamnya kan jam 8?” tanya Lintang pada Banyu. Banyu terlihat memakai celemek dan memegang pisau dapur di tangannya.

“Lo dari mana aja sih? Lama banget! Kita dari tadi nungguin, mau masak gak ada bahannya.” Banyu menutup pintu, lalu memekik, “Tante Jenni ... Lintang udah pulang.” Banyu mengambil bahan masakan dari tangan Lintang dan bergegas menuju ke dapur.

“Hah? Jeni? Anak itu sudah gila,” gumam Lintang dengan berkacak pinggang.

Suasana di rumah Lintang menjadi sangat ramai. Bahkan ibu dan pamannya Banyu sudah datang lebih awal di sana. Banyu dan Jihan sedang membantu Jennifer memasak di dapur. Sedangkan Kevin tampak senang, ia mendapatkan baju baru berwarna putih bertuliskan Basketball yang diberikan oleh Banyu. Maryam sendiri sedang asik mengobrol dengan ibu dan pamannya Banyu di ruang TV.

“Kak, liat deh, bajunya bagus, kan?” tanya Kevin sambil menunjukan baju barunya.

“Dari siapa?” tanya Lintang sinis.

“Kak Banyu,” jawab Kevin sambil tersenyum.

Lintang berdecak kesal, ia menuju ke dapur, memasang muka masam, “Mah!” panggil Lintang.

“Bentar, Nak.” Jennifer masih fokus memasak dengan Banyu, “Lalu habis ini masukan apa lagi?” tanya Jennifer pada Banyu.

“Nah, Habis ini Tante Jenni masukin daun bawang sama tomat,” jawab banyu ikut menghiraukan Lintang.

“Makasih, Nak.”

“Makasih untuk apa Tante Jenni? Aku cuma pengen liat mertua aku seneng, itu aja. Ya kan, Jihan?” ucap Banyu pada Jihan yang sedang asik memperhatikan keduanya memasak. Jihan mengangguk.

“Kamu so sweet sekali, Banyu,” ucap Jenifer.

Lintang yang sedari tadi hanya mendengarkan kini bulu kuduknya merinding melihat tingkah ibunya yang sudah mulai aneh. Sepertinya Jennifer sudah mulai terkena pelet dari Banyu.

“MAMAH!” pekik Lintang kesal, “Lintang mau ngomong.” Lintang menarik Jennifer keluar dapur. Dia menghembuskan nafasnya kasar. “Sebenernya ini rumah kita atau rumah dia sih, Mah!” cerca Lintang dengan sedikit penekanan.

“Loh kamu ini gimana, ini kan rumah kita, kok pake nanya,” jawab Jennifer seadanya.

“Maksud Lintang, kenapa cowok aneh itu bertingkah seakan-akan ini rumahnya, mana dia manggil Mamah pake nama Jenni lagi, hih geli,” cetus Lintang sambil menggidikkan bahunya.

“Lintang anak Mamah, kayanya kamu butuh istirahat.” Jennifer mengusap rambut Lintang lembut.

“Nah, betul tuh, lo terlalu ribet jadi orang,” sahut Banyu yang entah sejak kapan dia ada di sana.

CollapseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang