(1 ) Pagi Setelah Putus

139 10 1
                                    

"Tok! Tok! Tok!"

Wanita paruh baya berdiri di depan daun pintu bercat putih dengan tangan yang tidak berhenti mengetuk. Pagi ini sudah terhitung lebih dari tiga kali dia harus bolak-balik dapur dan kamar itu.

"Qai, kamu gak ada kelas?" tanyanya masih aktif menggedor pintu.

Di dalam ruangan itu seorang gadis masih nyaman dengan selimut yang membaluti tubuhnya. Tisu bekas berserakan tidak jauh dari tempatnya berbaring. Dia memang tipe gadis yang berantakan tapi kali ini bukan itu alasan di balik jajahan tisu bekas di kamarnya.

"Ini kali terakhir mama bangunin kamu ya, Qai! Sekarang udah jam 8, kalau kamu telat dan gak bisa masuk kelas itu bukan salah mama."

"Akh!" teriaknya sesaat setelah membuka paksa kedua kelopak matanya. Tangannya reflek menyentuh matanya.

"Anak gadis kok susah banget dibangunin ...."

Dari luar masih terdengar suara wanita paruh baya menggerutu. Sekarang tidak hanya matanya yang merasa perih tapi juga kepalanya ikut berkolaborasi dengan rasa pusing.

Berhasil mengumpulkan nyawanya dengan terburu dia bangkit dan menyambar handuk. Dalam bayangannya dia sudah bergerak secepat kilat tapi pada kenyataan langkahnya benar-benar gontai. Dia mengambil sikat gigi dan bersiap membersihkan giginya. Matanya menatap refleksi dirinya pada cermin.

"Muka cantik gini masih aja diputusin," katanya.

Setetes air mata menetes membasahi pipinya. Bibirnya mencebik bergetar menahan raungan tangis. Bahkan jejak air mata tadi malam belum sempat dibersihkannya.

"Kenapa sih gua harus cinta sama cowok brengsek kaya mas Rezca? Hik ... hik ...."

Dia tetap melanjutkan acara sikat giginya walau terkadang gumaman tidak jelas masih muncul dan diselingi rengekan. Tangannya yang bebas juga bergerak untuk menghapus hasil cipratan busa pasta gigi.

~My Ex & My Next~

Duduk di depan meja rias masih menatap wajahnya yang lebih berantakan dibandingkan kamarnya. Tangannya mengambil skincare sebagai langkah awal menciptakan topeng kebahagian di balik kesuraman wajahnya. Salahkan letak skincare-nya yang tepat berada di samping jam weker.

"Mama!" teriaknya setelah mengetahui fakta yang sesungguhnya. Tak ayal teriakannya membuat wanita paruh baya dengan style ala dapur lengkap dengan apron dan spatula berlari tergopoh menghampiri sumber suara.

"Kenapa? Ada apa? Malingnya dimana?" tanyanya sarat dengan panik.

"Waa!" teriak wanita paruh baya itu setelah bertatap mata dengan si sumber gaduh.

Yang ditanyai hanya menatap dengan garang. Jika di dunia komik mungkin wajahnya berwarna merah dengan ekstra asap dan tanduk.

"Ini masih jam 7 dan mama bilang tadi apa?" todongnya dengan kesal.

"Halah. Kirain ada apa, kamu itu emang harus digituin biar bangun. Kamu tadi juga gak subuhan, kan? Males banget sih jadi anak gadis. Mimpi apa mama punya anak yang malesan kayak mau. Latar perang dunia pun kalah sama kamar kamu. Itu lagi, kenapa mukanya jadi makin jelek?" cerewet nyonya besar itu tapi tangannya bergerak memunguti tisu-tisu bekas di kamar anaknya.

"Cantik gini dibilang jelek. Ini kan karena aku habis nangis aja tau, Mah." jawab Qaila menanggapi ocehan ibunya.

"Kenapa? Putus lagi?" tanya ibunya yang sudah menyender di tembok dekat meja rias.

Yang ditanya hanya mengangguk dengan mulut mencebik nyaris menangis lagi.

"Kaya bocah aja! Udah gede masih nangis karena diputusin," ledek ibunya semakin membuat wajah Qaila suram. Tapi tangannya masih lancar mengoles segala macam skincare ke wajahnya.

MY EX & MY NEXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang