Minggu pagi, surganya bagi pemalas. Qaila menggelung selimut sehingga melilit tubuhnya. Telinga seolah tuli akan kegaduhan di luar sana. Sudah jadi ritual bagi keluarganya untuk berkumpul di hari minggu, bahkan kakak perempuannya yang sudah berumah tangga juga akan datang di hari minggu, memboyong keluarga kecilnya.
Ketukan pada pintunya tidak berhenti dari setengah jam yang lalu. Bukan ketukan yang keras. Dari suaranya dia sudah tahu siapa pelakunya.
"Bunda! Bangun!" suara teriakan kecil membuatnya menggeram kesal. Keponakannya yang selalu mengekorinya saat berkunjung. Masih tidak mengindahkan dan mencoba kembali menyamankan dirinya. Memang sudah tidak terlalu pagi, jam menunjuukan pukul 9 dan anak gadis itu betah dengan segala kemalasannya.
"Awas! Bial Mas yang beltindak," telinga Qaila menangkap suara yang tidak asing lagi baginya.
"Buk!"
Kali ini bukan ketukan halus lagi, lebih tepatnya hantaman.
"Buk! Buk!"
Kali ini lebih keras.
"Mbak, Qai! Bangun! Eza mau main!"
Dengan mata yang belum bersih dari kotoran alias belek dia bangun dan mengusak rambutnya karena frustasi.
"Kenapa gua populer banget sih dikalangan bocah-bocah?" gerutunya tapi tetap membuka pintu.
Pintu terbuka dan matanya menangkap tiga sosok anak kecil yang saling bergandengan tangan di ambang pintu. Lengkap dengan sosok tinggi dengan pakaian santainya. Menatap Qaila dengan alis terangkat sebelah.
"Mbak, Qai beleknya dibelsihin dulu dong!" kata salah satu bocah. Qaila masih mencerna ucapan Eza dan matanya menatap Rezca yang juga masih menatapnya. Sedari tadi.
Tiga kurcaci tadi secepat kilat menerobos pertahanan Qaila yang sangat mudah ditembus karena dalam mode linglung. Bersiap menambah kesan berantakan kamar gadis itu. Sementara itu dia masih bingung di ambang pintu.
"Bersihin beleknya! Sekalian mandi trus ke taman belakang, udah ditungguin dari tadi." Rezca melangkah meninggalkan Qaila yang baru sadar akan keadaannya. Rambut berantakan, baju tidur kusut akibat gelut dengan selimut, jangan lupakan matanya yang masih dihinggapi kotoran. Dengan cepat dia berbalik badan membersihkan matanya dan memeriksa aroma tubuh serta mulutnya, dia tidak mandi sepulang pemotretan tadi malam. Bukan hal yang aneh, itu kebiasaannya.
"Ah, ilernya juga masih ada tuh!" suara Rezca membuatnya kembali menoleh ke belakang. Dilihatnya Rezca menyembulkan kepala dan tersenyum padanya.
Tanpa menunda dia langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya. Menyapukan tanggannya pada area bibir, membersihkan aliran yang merembes dari mulutnya.
"Wuaaa!" teriak Qaila.
Betapa terkejutnya dia melihat tiga bocah laki-laki sedang menatapnya dengan wajah putih dengan bedak.
"Tak!"
"Mama!" teriaknya lagi saat mendapati botol dengan tulisan Hermes 24 Faubourg kesayangannya tergeletak dengan cairan yang berceceran di lantai. Matanya yang tadinya enggan terbuka lebar kini tanpa paksaan nyaris mengeluarkan bolanya.
Tiga bocah di hadapannya menatap Qaila dengan takut. Sementara Qaila berjalan pelan dan berjongkok menatapi botol kaca itu nanar.
"Bunda...." lirih salah satu keponakannya. Qaila hanya menatap dengan air mata yang nyaris lolos dari kelopak matanya. Saat anak laki-laki itu hendak menghampirinya, Qaila mengangkat tangannya sebagai intruksi untuk tidak mendekatinya.
"Jangan bergerak! Kalian di situ aja," katanya dengan suara bergetar.
"Nanti kena beling ...." lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EX & MY NEXT
RomanceQaila si gadis galau, karena baru diputusin mas mantan. Di saat udah bisa move on, mas mantan malah dateng. Benar-benar tepat waktu, karena hubungan Qaila dan Arshen lagi terpuruk. VISUALISASINYA : DOYEON as Qaila LUCAS as Rezca EUNWOO as Arshen YOO...