Would you be my girlfriend?

143 18 6
                                    

Pagi pukul 07.00, Shena pergi ke rumah Gio untuk berangkat bersamanya. Ya, memang Shena dan Gio sering berangkat ke sekolah bersama. Sesampainya di rumah Gio, ternyata Gio masih tertidur dengan pulas.

"Gio!! kok lo belom bangun sih!" ucap Shena kesal, tapi Gio hanya mengusiknya saja.

"Gioo bangunn! Kita bisa telat! cepetann!" ucap Shena dengan nada yang keras dan cempreng.

"Sabar Shena, lo cerewet banget sih, masih pagi juga," ucap Gio yg masih mengantuk.

Akhirnya Gio pun beranjak dari kasurnya dan memutuskan untuk langsung mandi.

***

Dan akhirnya mereka berangkat menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, Shena dan Gio langsung menuju kelas.

"Untung aja gak telat, coba kalo misalnya tadi gue gak bangunin lo cepet-cepet, pasti telat terus suruh bersihin toilet," ucap Shena.

"Yaudah lah Shen, yang penting sekarang lo gak dihukum, gausah ngoceh-ngoceh terus, pusing gue dengernya," ucap Gio yang langsung pergi menuju tempat duduk nya. Shena pun juga akhirnya duduk di tempatnya.

***

Kegiatan belajar pun sedang berlangsung. Seluruh siswa di kelas pun fokus mendegarkan materi yang disampaikan oleh guru tersebut, kecuali Gio yang sedang fokus melanjutkan menyusun mimpinya yang tertunda karena di bangunkan oleh Shena tadi. Setelah itu bel istirahat pun berbunyi, seluruh siswa akhirnya pergi ke kantin, berbeda dengan Gio, ia lebih memilih menuju rooftop untuk merokok. Ya, memang Gio dikenal sebagai siswa yang brutal tapi ia memiliki banyak kelebihan selain jago main basket, ia juga memiliki suara yang sangat indah, bahkan wanita-wanita di sekolah banyak yang menyukai Gio, entah itu kakak kelas atau dede gemas, sudah hal biasa bagi Gio.

Shena tadinya berniat ingin mengajak Gio untuk ke kantin bersama. Tapi itu hal mustahil bagi Shena, karena seorang Sergio Amarcio tidak akan pergi ke kantin kecuali ia sedang benar-benar haus dan lapar. Akhirnya Shena memutuskan untuk pergi ke kantin dan menyusul Gio yang berada di rooftop.

"Gio!" ucap Shena keras. Tapi Gio yang hanya menoleh saja tak menghiraukan Shena.

"Lo kebiasaan deh kalo lagi istirahat gini kerjaan nya cuman ngerokok, lo gak laper apa? Nih gue bawa makanan sama minuman, kita makan bareng disini," ucap Shena sambil membuka makanan tersebut.

"Terima kasih Shena sayang, lo emang bener-bener sahabat paling baik didunia ini," ucap Gio sambil mengelus kepala shena.

'Gimana gue gak jatuh hati ke lo Gi, kalau lo selalu bersikap kaya gini' ucap Shena dalam hati.

***

Bel pun berbunyi tapi bel kali ini menandakan bahwa bel pulang. Seluruh siswa pun bingung tapi mereka bahagia karena dipulangkan lebih cepat dari biasanya. Seluruh siswa pun akhirnya meninggalkan sekolah. Ada yang langsung pulang ke rumah atau nongrong-nogkrong dulu dengan teman-teman.

"Gio, kita mau langsung pulang atau main dulu?" tanya Shena.

"Lo pulang aja, soalnya malem ini gue ada janji mau ketemu orang," ucap Gio

Shena hanya mengangguk dan langsung pulang diantar oleh Gio.

Sesampainya Shena di rumah, Shena langsung kepikiran tentang ucapan Gio tadi.

"Gio ada janji ketemu sama siapa ya, tumben banget dia begitu, biasanya kalo mau ketemu orang bilang dulu ke gue, tapi kali ini malah engga atau mungkin dia bilang nya nanti," ucap Shena yang bingung dan berbicara kepada dirinya sendiri.

***

Gio pun pergi menemui orang yang sudah ada janji dengan nya, dengan berpakaian rapih dan wangi seperti memakai satu botol parfum sekaligus. Gio menemui orang tersebut di salah satu tempat yang sangat indah dan romantis.

"Sorry Mei, udah nunggu lama ya?" tanya Gio kepada Meira sambil duduk di kursi yang sudah disediakan.

Ya, ternyata Gio menemui Meira. Meira Anantasya, wanita yang tidak kalah cantik nya dengan Shena. Meira merupakan siswa yang cantik, pintar, dan memiliki suara yang indah seperti Gio. Meira siswa kelas 11 sama seperti Gio, mereka memang satu sekolah namun berbeda kelas, Meira siswa kelas 11 ipa 1 sedangkan Gio berada di kelas 11 ipa 3.

"Engga kok, gue juga baru nyampe," jawab Meira

Mereka berbincang-bincang dengan asik entah membicarakan soal musik atau yang lainnya. Gio dan Meira memang sering menyanyi bersama, entah di cafe atau acara sekolah. Mereka memang dekat, bahkan Gio nyaman ketika berada di dekat Meira. Selain memiliki hobi yang sama Meira juga asik untuk diajak berbicara. Begitupun dengan Meira, ia sangat senang ketika berada di dekat Gio, walaupun Gio adalah laki-laki brutal.

Setelah mengobrol hingga lupa waktu, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

"Mei, lo pulang gue anter aja gimana?" tanya Gio.

"Gak usah Gi, gue bisa pulang sendiri," jawab Meira.

"Gak usah ngebantah Mei, ini udah malem banget, gak baik cewek pulang jam segini. Jadi, sekarang lo gue anter pulang ya. Gak ada bantahan Mei, naik sekarang," tegas Gio.

Meira pun hanya mengangguk, memang benar apa kata Gio tidak baik jika dirinya pulang sendiri, apalagi sudah hampir larut malam gini.

Setelah sampai di rumah, Meira pun langsung turun dari motor yang di goncengnya.

"Makasih ya Gi, jadi gak enak ngerepotin lo," ucap Meira dengan rasa tak enak hati.

"Santai aja kali Mei, kayak ke siapa aja," jawab Gio singkat.

"Oiya Gi, mampir dulu aja ke rumah, gimana?" tanya Meira lagi.

"Gak usah Mei, gak enak udah malem, nanti disangkanya yang enggak enggak lagi," ucap Gio.

"Oh yaudah deh, gue masuk dulu ya Gi, sekali lagi makasih udah nganterin gue balik," ucap Meira sambil tersenyum dan meninggalkan Gio.

"Mei," ucap Gio keras sehingga membuat langkah Meira berhenti dan menoleh ke arah Gio.

"Kenapa Gi?" tanya Meira bingung.

"Em... Gue mau bicara," ucap Gio.

"Bicara apa lagi Gi? Kok serius banget kayanya," ucap Meira penasaran.

Tanpa basa basi lebih lama akhirnya Gio pun memberanikan diri untuk berbicara kepada Meira.

"Would you be my girlfriend?" tanya Gio sambil menahan rasa gugupnya.

Hening, tidak ada jawaban dari Meira, iya, Meira kaget dengan ucapan Gio tersebut. Berasa mimpi, seorang Sergio Amarcio menyatakan cinta kepada nya. Tentu Meira senang dengan ucapan Gio, ternyata Gio memiliki perasaan yang sama dengan nya.

"Mei," ucap Gio yang membuyarkan lamunan Meira.

"Gimana?" ucap Gio lagi, dengan nada lembut dan penasaran.

"Yes i will Gi," jawab Meira dengan senyum yang lebar dan dibalas senyum gembira oleh seorang laki-laki brutal yaitu Sergio Amarcio.

***

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang