Detective Dohyon

395 84 22
                                    

Malam itu, Seungyoun, Hangyul dan Dohyon benar-benar terjaga. Tidak mau mengalihkan fokusnya dari rumah indah di seberang mereka. Gorden kamar Seungyoun yang terletak di lantai 2 itu sengaja dibuka, lampu dimatikan mereka hanya mengandalkan cahaya bulan seolah pengintaian besar-besaran tengah terjadi.

" Jadi dia hanya tinggal bersama ibunya? " tanya Dohyon. Seungyoun mengangguk.

Sebelum mereka melakukan pengintaian ini, Seungyoun memberanikan diri untuk bertanya pada orang-orang sekitar mengenai lelaki mungil itu. Tak banyak orang tahu, dia hanya mendapatkan info bahwa pria itu tinggal bersama ibunya yang bekerja di distrik sebelah.

" ITU DIA ! " seru Seungyoun, sukses membangunkan Hangyul yang sedari tadi terkantuk-kantuk.

" Apa? Pria itu? " tanya Dohyon heran.

" Iya. Dia. "

Mereka bertiga meneliti dengan seksama.

Dilihatnya Wooseok tengah berjalan menuju rumahnya dengan beberapa buku yang ia dekap. Seungyoun meneliti gerak-gerik pria itu sampai matanya tak berkedip.

" Tidak ada yang aneh. Plan B. " celetuk Dohyon.

" Kau yakin? " tanya Hangyul. Dibalas dengan anggukan Dohyon.

Dohyon mengambil paperbag berisikan kue beras yang mereka beli tadi, dia bergegas pergi diikuti 2 hyungnya dibelakang.

Dohyon memencet bel beberapa kali sebelum akhirnya Wooseok muncul dari balik pintu rumahnya.

" Ada apa? " tanya Wooseok.

Nada bicara Wooseok benar-benar datar, hingga mampu membuat ketiganya menelan ludah dan mematung untuk beberapa detik.
Dohyon melangkah mundur, memberikan paksa paperbag yang sedari tadi ia pegang ke tangan Seungyoun.

Seungyoun melotot heran sesaat sebelum Dohyon mendorong tubuh hyungnya itu ke tempat tadi dia berdiri.

" Ini. Ucapan selamat datang sebagai tetangga baru " ucap Seungyoun seraya menyodorkan paperbagnya pada Wooseok.

Wooseok melihat paperbag itu sesaat, dia memunculkan dirinya tepat di hadapan Seungyoun.

" Apa ini? " tanya Wooseok. Kepalanya harus mengadah keatas karena lawab bicaranya lebih tinggi darinya.

" Kue beras "

" Oh. Terimakasih " Wooseok mengambilnya, membungkukkan sedikit tubuhnya kemudian berbalik bermaksud untuk kembali ke dalam rumahnya.

" Namaku Cho Seungyoun! "

" Nam Dohyon " dia melambaikan tangannya dari belakang tubuh Seungyoun.

" Lee Hangyul. Senang bertemu denganmu " sapa Hangyul membungkukkan tubuhnya sedikit.

" Ah.. " Wooseok melirik pada rumah besar di seberangnya.

" Ada apa ini? " sebuah suara dari seorang perempuan mendekati mereka.

" Eomma? " Wooseok berseru, membuat ketiga lainnya mengetahui bahwa sosok perempuan itu adalah ibunya.

" Oh Annyeonghaseyo Ommonim " ketiganya membungkuk.

" Nde. Annyeonghaseyo. Kalian... "

" Kami penghuni rumah itu. Kami hanya memberikan sedikit bingkisan untuk kalian, sebagai tetangga baru " ucap Seungyoun.

" Terimakasih nak. Oh, mau mampir? "

Seungyoun, Hangyul dan Dohyon terduduk di sofa kayu yang memiliki ukiran indah. Terlihat mereka beberapa kali mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut rumah itu.

Ibu Wooseok datang dengan nampan berisikan minuman dan camilan di tangannya. Dia berbincang ringan dengan mereka hingga sampai dimana mereka membicarakan hidangan makan malam. Ibu Wooseok yang menyukai kegiatan memasak tidak segan untuk menceritakan pengalamannya sebagai Chef di sebuah restoran Samgyeopsal, membuat ketiga anak muda itu membayangkan setiap detail makanan di otak mereka.

" Wooseok-ah, berikan mereka sepotong bagian daging ayam di lemari pendingin " ibu Wooseok sedikit berteriak.

Wooseok berjalan keluar dari perpustakaan kecil miliknya menuju ke lemari pendingin. Pintu kamar kecil dimana tersimpannya buku-buku milik Wooseok itu sedikit terbuka hingga mampu Dohyon lihat isi ruangannya.

Wooseok berjalan ke meja dimana mereka berkumpul. Memberikan potongan daging ayam segar yang sudah terlapisi bubble wrap rapi.

" Kalian pernah mencoba daging lain selain daging ayam? " tanya Wooseok.

" Kami mencoba semua jenis daging " Hangyul terkekeh.

" Daging manusia? " tanya Wooseok.

Ketiganya menatap Wooseok.

" Kim Wooseok.. " ibunya tersenyum.

.
.
.
.

" Apa kau tak lihat bagaimana cara dia berbicara? Mengatakan daging manusia seolah itu sudah sering ia temukan setiap hari " Lee Hangyul mengacak rambutnya frustasi.

Seungyoun hanya menyenderkan kepalanya ke sofa sembari menutup matanya.

" Hyung.. Aku hanya berfikir jika pria bernama Kim Wooseok itu hanyalah pria biasa. Pria kutu buku yang tidak bisa bersosialisasi, dia tak punya teman karena nada bicaranya yang aneh dan tatapannya yang menakutkan. Hanya itu " ucap Dohyon.

" Tidurlah.. Kalian hanya memikirkan hal tidak penting seperti ini. Kita sudah mati kalau memang benar dia psikopat " ucap Seungyoun tak bergeming dari posisinya.

Hangyul hanya terdiam.

" Aku melihat bagaimana ruangan itu dipenuhi buku-buku yang tersusun rapi. "

" Apa? " tanya Hangyul.

" Kamarnya. Itu seperti perpustakaan kecil. Ah sudahlah.. Aku mau tidur " Dohyon membanting tubuhnya ke kasur lantai. Menyisakan Hangyul yang masih mengedip-ngedipkan matanya.

" Dohyon-a, untuk kali ini aku akan percaya padamu " Hangyul menidurkan dirinya di samping Dohyon.

" Kau memang harus percaya padaku hyung.. "

" Kali ini saja. Aku hanya tidak mau menakuti diriku sendiri "

" Kau takut? " Dohyon menatap Hangyul.

" Aish. " Hangyul memutar tubuhnya, menutup kepalanya dengan bantal. Dohyon hanya terkekeh.

" Lagipula hyung itu manis. Melihat bagaimana tubuhnya lebih kecil dari anak SMA sepertiku adalah hal yang lucu " gumam Dohyon.

Lacuna ( Seungyoun X Wooseok )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang