About Time

460 86 14
                                    

kringggg.... kringgg.....

Nada ponsel Seungyoun terdengar nyaring, membuat sang empunya terpaksa harus membuka matanya untuk menemukan letak ponselnya.

" Hm? Eomma.. " Seungyoun masih terpejam.

" Seungyoun oppa.. " suara perempuan yang asing di telinga Seungyoun terdengar. Seungyoun membuka matanya, mencoba mengingat suara itu lagi.

" Yoojin? Ahn Yoojin? " tebak Seungyoun.

" Um. " suara perempuan disana membenarkan.

" Ada apa? Ini ponsel eomma. "

" Apa kau belum melihat berita terkini? "

" Ada apa? "

" Yak! Ayah dan Ibumu terlibat kecelakaan mobil! Apa kau bodoh?! "

Seungyoun terdiam.

Dia bangkit membenarkan posisi duduknya menghadap ke layar televisi.




" Direktur utama Cho. Corporation dinyatakan meninggal dunia bersama sang isteri tercinta di New Zealand. Kecelakaan tunggal diduga disebabkan karena kesalahan pengendara. Kini keduanya tengah ditangani Rumah Sakit New Zealand dan jenazah akan segera dikirimkan kembali ke Korea Selatan tanpa autopsi "





" Seungyoun oppa.. Yak! Cho Seungyoun!!!! " suara itu kian terdengar jauh sesaat setelah Seungyoun menjauhkan ponsel dari telinganya.

Matanya masih tak bergeming melihat bagaimana layar televisi itu memperlihatkan kedua foto orang tuanya bersama dengan laporan-laporan yang sayup terdengar begitu menyakitkan bagi Seungyoun.
Ponselnya terus berdering bergantian, sebagaimana Hangyul dan Dohyon juga mencoba menghubungi ponsel Seungyoun.

" Jangan kemari. Biarkan aku sendiri "

Hanya itulah kata yang mampu Seungyoun ucapkan saat ini pada Hangyul di telpon. Menandakan bahwa dia memang membutuhkan waktu untuk menyendiri.
Seungyoun menarik kembali selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Dia menangis keras.

Seungyoun sama sekali tak pernah membayangkan kematian siapapun di dalam hidupnya. Kini dia merasakannya. Betapa menyakitkan kematian. Tubuhnya tak kuasa menahan bagaimana ia terisak. Seungyoun merindukan orang tuanya. Sungguh. Orang tua pekerja keras yang tak pernah membiarkan Seungyoun merasa kekurangan sedikitpun. Orang tua yang selalu Seungyoun rindukan hadirnya.
Seungyoun yang malang ini bahkan tak akan pernah lupa bagaimana perpisahan dia dan kedua orang tuanya 3 tahun lalu, selepas mereka memutuskan untuk meninggalkan Seungyoun sendiri.
.
.
.
.
.
.

Seungyoun mengenakan rapi kemeja hitamnya. Matanya masih sembab, semalaman dia tak tahu sampai kapan dia menangis. Dia menatap dirinya di cermin besar, menghembuskan nafasnya berat. Seungyoun merogoh ponselnya.

" Tidak ada liputan media. Tidak ada informasi pribadi tentangku. Kau sudah lakukan itu? "

" Sudah Tuan.. "

Seungyoun menutup telponnya. Dia berjalan ke mobil dan melajukan mobilnya segera.

Suasana penghormatan terakhir berlangsung khidmat. Beberapa kolega dan kenalan keluarga Seungyoun menyambutnya dengan pelukan.

" Oppa.. " seorang gadis memeluk Seungyoun. Dia menangis di dada Seungyoun.

" Terimakasih.. " ucap Seungyoun seraya mengelus lembut punggung gadis itu.

" Maafkan aku. Harusnya aku juga sering mengunjungi Paman dan Bibi. Tapi sekolahku.. "

" Ssst.. Aku tahu. Setidaknya kau ada disana melihat bagaimana kedua orang tuaku di kremasi " Seungyoun tersenyum kecil, mengusak rambut keponakannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lacuna ( Seungyoun X Wooseok )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang