PROLOG

69 7 13
                                    

Ketika aku mencintaimu, harusnya aku lebih memahamimu, dan lebih lagi belajar mengetahui semua tentangmu.

Ketika aku mencintaimu, harusnya aku sudah siap menerima apapun yang akan ku alami, cerita bahagia, cerita sedih seperti patah hati, cemburu, dan rasa lainnya.

Sekali lagi ku katakan, mencintaimu itu mudah, memahamimu saja yang sulit.
Memahami kondisimu, memahami sifatmu, dan memahami siapapun yang ada dalam lingkaran hidupmu.

Entah aku yang terlalu keterlaluan atau kau yang terlewat tidak paham.

Tapi mencintaimu, membuatku hanya ingin jadi satu-satunya yang harus ada dalam dekapanmu, alasan yang membuat harimu bermakna, tidak ada yang lain, hanya aku.

Mencintaimu membuatku ingin menjadikan dirimu milikku, dan aku milikmu, satu-satunya milikmu, sampai kadang aku lupa bahwa kau punya dunia selain aku.

Mencintaimu, membuatku tidak bisa mengendalikan diriku, tidak bisa memaknai tentang rasa yang ada, membuatku kadang hilang logika.

"Terimakasih sudah sangat mencintaiku, terimakasih sudah menungguku meskipun aku tak pernah minta untuk ditunggu, terimakasih tetap setia membalas pesan-pesanku yang malah kadang membuatmu kesal karena terlalu lama dibalas" Ucap Luvi sambil mengelus pipi Michelle.

"Maaf sayang, aku terlalu mencintai kesibukanku, maaf karena sudah menomerduakanmu, maaf karena membuatmu merasa hampa dan kesepian, maaf di hari-harimu yang sangat merindukanku, aku malah tidak dapat hadir untuk mengobatinya. Maaf sudah terus membuatmu menangis" tutur Luvi sambil mengecup kening Michelle, sementara Michelle hanya terdiam mendengar pernyataan Luvi.

"Aku mencintaimu, sungguh. Meskipin aku tidak selalu hadir dihari-hari kosongmu, tapi percayalah di setiap waktu luangku, aku mengabarimu, maaf karena mungkin kau melihatku online di sosial media yang lain, itu mungkin karena ada urusan mendadak, dan itu hanya sekedar."  Terang Luvi kembali sambil memegang tangan Michelle. "Tapi kini aku memiliki ketakutan besar" Luvi menghela nafasnya sebelumnya melanjutkan ucapannya lagi "Aku sangat takut" kata Luvi.

"Takut? Kenapa kau takut?" Tanya Michelle.

"Aku takut kau terbiasa tanpa aku, kau terbiasa untuk hilangku yang tiba-tiba, aku takut rasamu luntur karena kebiasaanku, dan yang ku takuti adalah saat kau sudah memiliki kesibukan nantinya, kadang aku takut semua ini berbalas kepadaku, aku yang menunggu kabarmu. Tapi untuk saat ini kondisi tak mengijinkan ku untuk terus ada, tapi percayalah aku tetap mencintaimu walaupun sebenarnya aku sadar, kau butuh komunikasi dariku. Maaf sudah menomerduakanmu untuk kesibukanku tapi ku mohon tetaplah bersamaku" Luvi mengucapkan semua yang ada di hatinya. Ia berkata jujur, Luvi sangat mencintai Michelle, makanya ia tetap bertahan dengan Michelle.

"Maaf karena aku jadi manusia yang tidak tau diri, aku beruntung dicintai wanita sepertimu, kau unik. Aku takut kehilanganmu, aku takut aku tidak akan menemukan cinta seperti ini lagi". Terang Luvi kembali.

Sementara Michelle malah tertawa "Aku agak geli mendengar penjelasanmu, tapi aku percaya hal itu, tidak ada yang mencintaimu seperti aku, memang harusnya kau beruntung, satu hal yang harus kau pahami, aku tetap mencintaimu bahkan saat kau tak ada disisiku. Adakah kau temui hal ini pada yang lain? Bukankah mereka malah meninggalkanmu? " Kata Michelle sambil mengacak rambut Luvi.

"Bersyukurlah sayang, untuk keadaan ini, siapa tau di hari-hari selanjutnya malah aku yang tak sempat mengabarimu karena kesibukanku, bersyukurlah karena ada di kondisi ini, kelak kau pasti merindukan setiap amarahku, setiap pesanku, setiap khawatirku, aku yakini hal itu" ucap Michelle sambil tersenyum.

Luvi merasakan sesak dihatinya mendengar pernyataan Michelle. Entah kapan hari itu tiba, mungkin dia yang tidak siap. Luvi takut Michelle akan menemukan orang-orang baru, kesibukan-kesibukan yang membuatnya melupakan Luvi. Michelle benar, harusnya Luvi bersyukur ada di kondisi saat ini.

Story Of MLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang