BAB 3

24 4 11
                                    

Michelle membuka matanya dan dia segera mengecek kembali hpnya, berharap sudah ada balasan dari Luvi. Tapi nyatanya, harapannya tidak sesuai dengan fakta yang ada. Tidak ada pesan sama sekali, malahan yang ada satu panggilan video tidak terjawab dari Radit, orang yang selama ini mendekatinya. Michelle lalu melihat kapan terakhir kali Luvi online. "Kemarin ternyata" ucapnya pelan. Namun beberapa detik kemudian dia melihat bahwa Luvi sudah online, namun pesannya belum di balas.

"Kalo lagi gak bareng, cuek banget. Kayak orang asing, nyebelin. Mandi ajalah" dengus Michelle sebal.

Michelle pun bergegas mengambil pakaiannya dan segera mandi, Michelle membawa hpnya ke kamar mandi, ia berjaga-jaga barangkali Luvi akan membalas pesannya.
Ketika Michelle sudah selesai mandi dan berkemas ingin berangkat kerja, ada satu pesan dari Luvi.

"Selamat pagi sayang, semangat kerja ya. Ohiya, nanti kita gak bisa ketemuan ya, soalnya aku ada janji sama Dinar" .

What? Bukannya minta maaf, Luvi malah mengatakan hal yang membuat emosinya naik. Dinar lagi, Dinar lagi. Pikirnya. Michelle dan Luvi memang sudah setahun berpacaran, tapi tidak ada yang mengetahui hubungan mereka. Termasuk Dinar. Luvi mengatakan jika ia belum diijinkan pacaran oleh orangtuanya, meskipun dia sudah berumur 23 tahun. Berat rasanya bagi Michelle untuk tetap diam, apalagi jika Luvi mengatakan hari ini akan bertemu dengan Dinar, rasanya api cemburu sudah membara di hatinya. Tapi Michelle tidak bisa berkata apa-apa, semenjak awal berkenalan dengan Luvi, Luvi sudah mengatakan bahwa ia sangat menyayangi Dinar, Michelle boleh cemburu kepada siapapun, asalkan jangan kepada Dinar. Mendengar itu jelas saja ada sayatan perih di hati Michelle. Bayangkan, kekasihnya memintanya untuk tidak cemburu pada satu wanita yang malah sejatinya selalu menyebabkan perih di hatinya, bukannya apa, Michelle selalu melihat perlakuan khusus dari Luvi kepada Dinar. Dari mengantar dan menjemputnya, mencari tempat kerja yang sama,  melakukan travelling, dan pernah di saat penting dalam hidupnya, saat mereka akan merayakan anniversary mereka yang pertama, Luvi malah mengajak Dinar, dan mengatakan hari ini ada bonus dari kantor dan Luvi ingin mentraktir makan Michelle dan Dinar. Lebih dari situ, ketika ingin pulang, Luvi malah mengantar Michelle terlebih dahulu dan mengajak jalan-jalan Dinar. Hari itu menjadi kenangan paling buruk bagi Michelle, ingin sekali dia menyudahi hubungan mereka, namun perasaannya lebih kuat.

Michelle mencoba menelepon Luvi, tapi malah ditolak.
"Maaf sayang, aku lagi sama Papa, kenapa?" Pesan dari Luvi.

"Gapapa, jam berapa ketemu Dinar? Bukannya hari ini libur kerja? Kan udah setiap hari ketemu dia, kenapa harus ketemu lagi" Balas Michelle.

"Iya sayang, soalnya ada hal yang mau dikerjain sama Dinar, dia gak tau, dan dia minta bantuanku, gak mungkin kan gak ku bantuin" Balas Luvi.

"Bebas" balas Michelle singkat.

Dan dia bergegas berangkat kerja, ini hari Sabtu, Di tempat kerja Luvi setiap hari Sabtu selalu libur, tapi tidak dengan tempat kerja Michelle, setiap Sabtu mereka harus kerja setengah hari, Padahal Michelle berharap hari ini bisa bertemu dengan Luvi, karena dia hanya kerja setengah hari. Tapi apa mau dibuat? Luvi lebih mementingkan Dinar.

"Baru kemaren ngerayain hari jadi yang ke 15 bulan, ini udah buat kesal, padahal kemaren aku udah rela bolos biar bisa ada waktu buat kamu, untuk ngerayain hubungan kita. Biasanya Sabtu juga kita jalan, ini enggak jalan cuma karena Dinar" katanya sambil memandang foto Luvi.

Michelle pun berangkat kerja, dia mencoba untuk melupakan rasa cemburunya, berharap suatu saat nanti Luvi sadar, bahwa menjaga perasaan pasangannya itu penting.

Siang harinya, saat jam kerja sudah usai, langit sedang menunjukkan isi hatinya, langit mendung dan sepertinya hujan akan turun. Michelle pun pamit kepada teman-temannya, ternyata saat dia ingin berjalan keluar, dia melihat Luvi.

Michelle senang, dia berpikir bahwa Luvi akan mengajaknya pergi.
"Hey, aku baru inget kamu kerja setengah hari, makanya aku ijin bentar sama Dinar, buat nganter kamu pulang, soalnya aku liat ini hujan. Tapi aku gak bisa lama ya, aku ada acara sama dia" Kata Luvi setelah Michelle mulai mendekatkan jarak mereka.

"Gak usah, aku bisa jalan kaki, urusin aja Dinar, tadi katanya ngerjain tugas sekarang ada acara" jawab Michelle ketus.

"Hari ini ulangtahun Chika, kami mau buat acara lagi nanti malam" Kata Luvi.

"Yaudah, urusin aja dia, kalo sama dia aja bisa acara sampe malem, sama aku?" Kata Michelle dengan suara keras.

Lalu Michelle melangkahkan kakinya, dan Luvi mengikuti Michelle dari belakang dengan mobilnya.

"Ayo naik!" Teriak Luvi dari dalam mobil.

"GAMAU, AKU BISA JALAN!" Teriak Michelle.

Sementara gerimis mulai turun dan Luvi pun menarik tangan Michelle.

"AYO!" Bentak Luvi kepada Michelle. Dan menarik tangannya untuk segera menaiki mobil.

"Kamu itu kayak anak kecil tau gak! Gak malu apa diliatin orang, tinggal naik aja susah, aku udah jujur sama kamu, tapi kamu marah, kamu tau semuanya dari awal, seberapa dekat aku sama Dinar, tapi kamu malah masih bersikap kayak gini, lama-lama gak tahan aku liat sikap kamu!" Bentak Luvi.

"Kenapa diam? Jawablah. Jangan nanti di chat kamu marah-marah, sekarang malah diam, aku udah ngeluangin waktu buat kamu, biar bisa nganter kamu pulang, biar masih bisa ada waktu ketemu, walaupun sebentar tapi kamu kayak gini" Ucap Luvi kembali.

Sementara Michelle hanya diam, emosi Luvi pun semakin menyulut, dia membawa mobilnya dengan sangat kencang.

Sesampainya di depan rumah Michelle, Michelle langsung turun dan Luvi pun pergi begitu saja. Seketika airmata Michelle bercucuran. "Apa cemburuku terlalu berlebihan? Ya Tuhan.. kenapa sesakit ini mencintai ciptaanMu" ucapnya sambil berjalan gontai.

Jam menunjukkan pukul 19.00 wib tapi tidak ada pesan dari Luvi, itu semakin membuat hatinya bergetar. Tapi tiba-tiba ada telepon masuk, dia pikir Luvi tapi ternyata Radit.

"Hallo.. Dimana Chell? Ayok makan malam. Kamu belum masak kan? Eh makan kan?" Kata Radit.

"Belum" jawab Michelle.

"Ayok makan" Kata Radit.

"Ayok" Jawab Michelle

Sebenarnya Michelle ingin menolak, Luvi bisa marah jika mengetahui hal ini, tapi hatinya begitu sakit. Jika Luvi bisa kenapa dia tidak bisa. Pikirnya.

Saat Michelle dan Radit makan, hp Michelle bergetar, ternyata panggilan dari Luvi. Michelle sengaja tidak mengangkatnya, hatinya masih merasakan sesak karena Luvi tadi membentaknya.

"Kok gak di angkat?" Kata Radit.

"Gapapa" Ucap Michelle sambil memasukkan hpnya ke dalam tasnya.

Story Of MLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang