Mcc-1

114 1 0
                                    


Di sebuah perusahaan besar ternama di negara Amerika terdapat banyak kariawan yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.

Sama halnya dengan pemimpin mereka, Wasky Dieglan. Ia terlihat sedang sibuk dengan berkas-berkas yang berserakan di depannya. Hingga ketukan pintupun tak dapat mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas tersebut.

TOK TOK TOk!

"Masuk!" Perintahnya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas di depannya.

Ceklek!

Pintu terbuka dan menampakkan seorang pria dengan style ala kantornya. "Selamat siang tn. Saya hanya ingin memberi tahukan bahwa sekertaris anda yang baru besok sudah mulai bekerja."

Wasky mulai mengalihkan pandangannya ke arah sahabat sekaligus tangan kanannya itu. "Kenapa tidak hari ini saja, aku sudah pusing dengan berkas-berkas ini."

Leo hanya mengedikkan bahunya acuh. "Kau tidak mengatakannya padaku. Jadi, seteleh interview tadi aku langsung menyuruhnya pulang untuk bersiap menghadapi iblis berwujud malaikat sepertimu,"

Wasky melemparkan pena berharga jutaan itu ke arah Leo. Namun naas pena tersebut malah meleset dan mengenai hiasan kaca kecil yang berada di atas nakas sehingga membuatnya jatuh dan pecah.

Leo terpengah melihat pemandangannya tersebut. "Apa kau sudah gila!. Lihatlah, aku bisa membeli sebuah apartmen dengan guci itu." Ucap Leo tak habis fikir dengan sahabat sekaligus atasannya tersebut.

"Biarkan saja, uangku tak akan habis hanya untuk membeli ribuan hiasan busuk itu," Arogan. Ya, itulah sifat yang paling dominan dalam dirinya. Tak hanya itu ia juga memiliki sifat yang biadab, dan yang pasti gengsi yang amat tinggi. Menurutnya harga diri adalah nomer satu.

Leo memutar matanya jengah. Tak perlu ditanya berapa kali ia pernah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri sifat atasannya tersebut. "Ya-ya, ya. Seorang Wasky adalah orang yang paling benar di dunia ini,"

Wasky tersenyum miring mendengarnya."Ofcourse , that's me,"

Leo yang merasa jengah dengan kelakuan Waskypun memilih untuk meninggalkan ruangan tersebut tanpa sepatah katapun. Sedangkan Wasky yang melihat tersebut hanya mengedikkan bahunya acuh lalu memutuskan untuk kembali berkuat pada berkas-berkas di depannya.

↤↤↤↤↤ • ↦↦↦↦↦

Jam pulang kantor pun telah tiba semua kariawan berlomba-lomba keluar dari tempat mereka mencari nafkah dengan langkah semangat.

Namun, hal tersebut nampaknya tak membuat semangat kerja seorang Wasky terhenti. Ya, bisa di bilang dia adalah seorang work workaholik.

Ceklek!

Pintu ruangan tersebut terbuka menampakkan seorang Leo dengan tampilan yang berbeda. Jas yang berada di tangan kirinya, dua kancing atas kemejanya terbuka, lengan baju yang sudah ia gulung hingga ke sikunya, dan tak lupa dasi merah yang sudah melonggar yang masih tergantung di lehernya. Namun bukannya mengurangi ketampanannya, ia malah terluhat lebih hot.

Wasky melirik Leo dengan mata tajamnya. "Apakah kau punya sopan santun?" Tanyanya skartis.

Leo tak mengidahkan ucapan Wasky, ia berjalan menuju sofa di depan meja Wasky lalu menghempaskan tubuhnya di sofa tersebut.

"Apakah kau tidak bosan dengan berkas-berkas di depanmu, aku yang melihatnya saja sudah pusing," Itulah kehidupan seoarang workaholik, ia hanya akan mementingkan tentang pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan. Mereka tak akan bosan dengan kata 'kerja' yang menurut kebanyakan orang terlalu melelahkan.

"Kau terlalu lemah, dude. Kalau kau hanya melihat saja sudah pusing, aku bisa jamin begitu melihat grafik angka-angka di dalam berkas ini kau akan pingsan seketika," Ucap Wasky sambil mengngangkat sebuah map berwarna merah.

"Ooo c'mon, friends. Kau pasti tau apa yang aku suka dan tidak!" Sahut Leo agak sedikit kesal.

Wasky menganggukkan kepalanya. "I know you better than you. Prinsip hidupmu hanyalah santai, mendapatkan uang dan bisa berlibur ke seluruh penjuru dunia dengan jalang-jalang yang siap melayanimu,"

Leo menjentikkan tangannya sambil terseyum lima jari. "Huffff i think you forget about that, setelah hari it--" Leo menghentikan ucapannya saat ia menyadari telah membuka luka lama seorang Wasky.

Leo berdehem cukup kencang agar bisa mencairkan suasana. "Ku lihat kau belum keluar untuk makan siang, mmm bagaimana jika kita pergi makan siang bersama. Ahh, aku lupa mungkin lebih pas disebut makan sore yang hampir menuju malam. Hah, ah masa bodo lah dengan perkataanku, jadi bagaiman?"

Wasky terkekeh mendengar lelucon yang di lontarkan oleh Leo tadi. Ia tahu bahwa Leo hanya tak ingin melihatnya bersedih mengingat masa-masa itu. "Ck, cepat-cepatlah mencari wanita."

Ucapan Wasky tersebut terdengar ambigu bagi Leo. "Hah, wanita? Apa kau tak salah menanyakan itu padaku?. Bahkan aku bisa mendapatkan seratus wanita hanya dengan jentikan tangan."

Wasky memutar bola matanya malas. "Bukan itu maksudku bodoh. Kau fikir hanya kau yang bisa aku pun juga. Tapi, yang tadi aku maksud bukanlah jalang-jalang yang bisa kau dapatkan dengan mudah, namun cinta. Ya, cinta." Wasky berkata lirih saat mengatakan kalimat terakhirnya.

Wasky tersenyum miris lalu beranjak dari kursi kebanggannya lalu membereskan barang-barangnya. "Berubah fikiran tuan?" Ejek Leo tak tahu situasi.

Wasky tak menanggapi pertanyaan Leo, setelah membereskan mejanya ia berjalan menuju pintu keluar. Tapi, sebelum benar-benar keluar Wasky mengatakan sesuatu yang membuat rahang Leo hampir jatuh dari tempatnya.

"Aku pulang, dan kau harus menyelesaikan berkas-berkas di atas mejaku. Aku akan menuggumu malam ini, jika tidak bersiap-siaplah kepalamu akan ku gantung di punjak tertinggi menera efel."

Ingin rasanya Leo menerjunkan Wasky dari bangunan ini. Namun apalah daya, ia hanya sebutir debu di antara tumpukan berlian.

           .o0×X×0o. • .o0×X×0o.

Tbc

My Cold CEO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang