P L A Y E R • TWO

116 23 1
                                    

"Jadi, siapa namamu?"

Raut wajah Sena seketika berubah. Wajahnya berubah datar. Rasanya seperti, sudah diajak terbang ke langit yang tinggi namun seketika itu dijatuhkan ke tanah.

Sakit.

"Huh? Excuse me?"

"Aku bertanya, 'siapa namamu?'" tanya Kai mengulangi.

Sena mengerjapkan matanya. Ia seperti disadarkan oleh sesuatu. "Jadi, kau tidak mengenalku?" tanya Sena memastikan.

"Tidak. Jika aku tahu, aku tidak akan menanyakannya padamu." jawab Kai.

Sena menarik tangannya paksa, sehingga terlepas dari pegangan tangan Kai. Pria itu bereaksi aneh ketika mendapati perubahan sikap dari Sena yang mendadak.

"Maaf, aku tidak bisa berbicara dengan orang asing!" ucap Sena sinis.

Kai menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya. Baru kali ini ia ditolak oleh seorang gadis.

Seorang Kai baru saja ditolak oleh seorang gadis.

Bisa menjadi headline gosip di kampusnya, jika mengetahui dia baru saja ditolak seorang gadis. Karena Kai tidak pernah ditolak gadis manapun.

Kai memalingkan wajahnya dan mendapati tatapan aneh dari ketiga sahabatnya yang sedang menahan tawa.

Ini tidak boleh terjadi.

Ia harus membalikan harga dirinya kembali.

Kai menarik Sena yang hendak pergi. "Don't try to play hard to get. Itu hanya akan membuang-buang waktu saja."

Sena bersedekap dan memandang ke arah Kai mulai jengah atas sikap pria itu.

"Aku tahu, jika sejak tadi kau melihat ke arah ku terus-menerus. Kau tertarik padaku!"

Sena tertawa takjub mendengarnya. "Don't be narcisstistic!"

"Ternyata kau memiliki lidah yang tajam!"

Sena tesenyum mendengar kata sarkas yang keluar dari mulut Kai. "So, what's your name?" tanya Kai sekali lagi.

"Kau perlu namaku untuk apa? Aku tidak bisa sembarang memberitahu kepada orang asing, apalagi sepertimu!"

"Gadis keras kepala!"

Kai pun mengeluarkan spidol permanen dari saku celananya. Ia selalu membawa spidol untuk mendapatkan perhatian dari setiap gadis. Seperti meninggalkan nomer handphone miliknya.

Lalu, pria itu menarik tangan Sena secara paksa. Sena mencoba menarik kembali tangannya namun kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki oleh Kai.

"Aku tidak mempunyai waktu untuk bermain 'menebak siapa namamu'." ucap Kai sambil menuliskan angka yang sudah ia hapal di luar kepala.

Gadis itu berusaha untuk menolak. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini.

"Telpon aku jika kau sudah berhenti untuk bermain denganku!" kata Kai selesai ia menulis nomer handphone-nya.

Dada Sena terlihat naik turun karena menahan emosi. Tatapannya nyalang diberikan kepada pria itu. Dengan seenaknya Kai mencium tangannya dan berlalu pergi meninggalkannya.

Sorakan orang-orang yang menonton drama diantara mereka, kembali bergerumuh. Sena dan Kai sama-sama terkenal sehingga mereka berdua menjadi tontonan yang sangat menarik.

Kai kembali dengan sorakan dari para sahabatnya, kecuali Sehun. Sehun hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tingkah laku sahabatnya itu.

"You are so baddass!" sorakan Jaehyun.

Kai tersenyum miring mendengar pujian dari temannya itu.

Disisi lain, Sena menghampiri sahabat-sahabatnya dengan wajah kusut. Matanya juga menatap tajam ke arah tempat Kai bersama teman-temannya itu. Pria itu sedang merayakan keberhasilannya.

Gadis itu mendengus kesal. Apalagi, ketika melihat nomor yang tertera di tangannya. Rasa sebal makin menggerayanginya.

Kakinya melangkah menjauhi bar tersebut. Cheonsa dan Woo Yeon masih senantiasa mengikutinya hingga masuk ke dalam toilet.

"Aku tidak menyangka jika waktu bisa merubah orang itu menjadi brengsek seperti itu!" ucap Sena marah.

"Jadi benar, Kai adalah cinta pertamamu waktu kecil?" Cheonsa menyenderkan badannya ke dinding ruang toilet.

"Ya benar, tapi itu dulu. Aku berubah pikiran setelah apa yang ia lakukan tadi." Sena menyalakan kran air. Kemudian, mulai mencoba untuk menghapus tulisan spidol yang tercetak di tangannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Woo Yeon menarik tangan Sena.

Sena menarik tangannnya kembali. "MENGHAPUSNYALAH, BODOH! MEMANGNYA APA LAGI?!" Sena meneriakki Woo Yeon.

"JANGAN.. Biarkan aku melihat nomer teleponnya dulu!" WooYeon berusaha menarik tangan Sena kembali. Raut wajahnya berubah ketika sudah berhasil mendapatkan tangan Sena.

Tangan Sena sudah bersih.

Woo Yeon menghempaskan tangan Sena dengan wajah cemberutnya. "Kau pelit sekali. Berbagilah pria tampan denganku!"

"Jika kau mau pria tampan, jadilah cantik sepertiku!" ucap Sena narsis.

"Fuck you, bitch. Aku sudah terlahir cantik!" kata Woo Yeon tak mau kalah.

"Sudahlah.. kalian ini selalu berkelahi." Cheonsa menggelengkan kepalanya kepada kedua sahabatnya itu. Woo Yeon dan Sena tertawa melihat wajah Cheonsa yang kesal.

"Kalau kami tidak berkelahi, berarti dunia akan kiamat!" ujar Woo Yeon yang diberikan anggukan oleh Sena.

"Tidak berkelahi, tidak seru. Kalau kami tidak berkelahi, malah kau akan merindukan kami berdua lagi." Sena memeluk Woo Yeon manja, juga sebaliknya.

Cheonsa memutar kedua bola matanya malas.

"Dimana Ri Chan?" Tanya Sena yang baru saja menyadari jika ia tidak melihat batang hidung sahabatnya itu.

"Mungkin dia sedang berkenalan dengan pria baru," jawab Woo Yeon. "Biarkan dia. Lebih baik kita bersenang-senang dan melanjutkan perayaan ulang tahunku."

Woo Yeon menggandeng tangan Sena dan Cheonsa keluar dari ruang toilet menuju lantai dansa.

TO BE CONTINUED...

7 November 2019

P L A Y E R (THE HANDSOME BOYS SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang