P L A Y E R • SIX

82 11 2
                                    

Sorak sorai para mahasiswa yang berhamburan keluar kelas. Akhirnya, ujian akhir sudah selesai. Masa mati-matian belajar berakhir sudah. Sekarang menyambut liburan semester. Sena cs keluar dari ruang kelas, mereka berempat langsung menghampiri kafetaria dan memesan minuman.

"Kita harus merayakannya!" pekik Woo Young kegirangan. Sorakan setuju diberikan teman-teman perempuannya. "Benar. Kita harus merayakannya. Rasanya lelah berhadapan dengan buku-buku itu. Kepalaku tidak kuat jika harus mengingat siapa itu Morgenthau ataupun menganalisis kasus dengan menggunakan teori Liberalisme!"

Suara dering panggilan yang berasal dari smarthphone Sena, mengalihkan obrolan mereka berempat. Sena pun melihat layar tersebut yang menampilkan nama pemanggil, yang ternyata adalah ayahnya.

"Hello, Dad. Ada apa?"

"Apakah kau masih berada di kampus?" tanya ayahnya.

"Masih. Aku baru selesai keluar kelas dan sekarang berada di kafetaria. Ada apa, Dad?" mata Sena menatap tajam ke arah Ri Chan dan Woo Young yang tiba-tiba memperhatikannya. Kedua sahabatnya itu adalah fans berat dari ayahnya, Kim Geun Suk.

"Bagus, kalau begitu. Bisakah kau menemui Jong In dan menyampaikan sesuatu padanya," perasaan Sena berubah tidak enak ketika ayahnya itu menyebut nama pria itu. "Sampaikan padanya, jika ayah ingin mengundang makan malam bersama kita, lusa."

"WHAT?!" pekik Sena. "Daddy ingin mengundang dia untuk makan malam bersama kita? Yang benar saja, Dad!"

"Your language, princess!" Geun Suk memperingati anak semata wayangnya itu. "Katakan saja padanya. Awas saja jika kau tidak menyampaikannya. Uang jajanmu tidak akan Daddy berikan!" Sena memutar kedua bola matanya kesal mendengar ancaman ayahnya itu.

"DADDYYY!"

TUUUT

"WHAT THE FFFU..." Umpat Sena tertahan. Hampir saja ia keceplosan mengumpat ayahnya yang seenaknya memutuskan telepon secara sepihak. "AARRGGHHH.. SIAL!"

Ri Chan dan Woo Young hampir saja lompat dari kursinya ketika Sena membanting benda persegi panjang itu ke atas meja. Cheonsa hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu. Cheonsa kenal betul dengan sifat Sena yang seperti bom, sering meledak-ledak. "Ada apa lagi, Sena? Kau bertengkar dengan ayahmu, hm?" tanya Cheonsa.

Sena lagi-lagi memutar kedua bola matanya. Kebiasaan yang tidak bisa ia hilangkan. Gadis itu mendengus kesal, "Ayahku menyuruhku agar mengajak Kai untuk makan malam bersama."

Woo Young menutup mulutnya yang terbuka. "WOOWW.. OH MY GOSH.. AJAK AKU KE RUMAHMU, SENA-YAA!" Sena menyingkirkan tangan Woo Young yang menggoyang-goyangkan badannya.

"Shut up!"

Sena benar-benar jengkel saat ini. Semua itu disebabkan oleh pria tengil bernama Kim Jong In, alias Kai. Semenjak ada pria itu, hidupnya menjadi tak tenang. "Kau mau kemana?" tanya Ri Chan. Ketiga temannya itu memperhatikan Sena yang beranjak berdiri dari kursinya. "Ke Fakultas Manajemen."

"Untuk apa kau kesana?" pertanyaan bodoh yang dilontarkan oleh Ri Chan. Gadis itu cantik, namun terkadang otaknya berjalan dengan lambat. Terkadang Tuhan itu adil.

"Tentu saja menemui pria tengil itu!" serunya. "Aku pergi dulu."

Cheon Sa menggelengkan kepalanya melihat kepergian Sena. "Aku khawatir padanya," ucap Cheon Sa yang masih menatap kepergian temannya itu. Perkataan gadis itu membuat Ri Chan dan Woo Young menoleh ke arahnya.

"Apa maksudmu? Memang, apa yang kau khawatirkan?" dahi Woo Young berkerut heran.

"Aku tidak tahu pasti, tetapi perasaanku berkata 'itu tidak bagus'. Jika Kai sunbaenim berhasil mendapatkan Sena," jawab Cheon Sa. "Kai sunbaenim adalah seorang player. Di dalam kamus player, tidak ada kesetiaan dalam menjalani hubungan mereka. sedangkan Sena, teman kita itu masih menyukai pria itu. Sementara, gadis itu polos. Kalian mengerti maksudku, kan?" Cheon Sa menatap kedua temannya itu.

P L A Y E R (THE HANDSOME BOYS SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang