six.

641 112 32
                                    




Kemarin malam Seungyoun berakhir menginap dirumah Hangyul. Ada tiga alasan yang mendasari kejadian tersebut,  pertama hujan semakin deras, kedua malam semakin larut, dan yang ketiga adalah Hangyul yang terus merengek meminta Seungyoun untuk menginap dirumahnya. Dan alasan nomor tiga lah yang membuat Seungyoun bermalam disini.



Sungguh, sepertinya Seungyoun harus merapalkan doa saat ini. Bagaimana tidak, pagi ini hal pertama yang Seungyoun lihat adalah Hangyul yang masih terlelap dan meringkuk manis disampingnya. Ia membayangkan betapa indah jika setiap paginya disuguhkan Hangyul yang sebegini menggemaskannya. Tanpa sadar tangan Seungyoun bergerak mengusap pipi Hangyul yang sedikit gembil.

" Kak Seungyoun udah bangun? "

Seungyoun sedikit terkejut, ternyata Hangyul terbangun karena usapan di pipinya. Seungyoun mengangguk samar, tangannya bergerak menuju rambut Hangyul. Merapihkan poninya yang sedikit berantakan.

" Nyenyak tidurnya dek? "



Entah cuacanya yang dingin atau memang Hangyul yang mulai suka bermanja pada Seungyoun, Hangyul pun merapatkan tubuhnya pada yang lebih tua. Memeluk pinggangnya erat, juga menyerukkan kepala disekitar lehernya.

" Nyenyak kok kak. "

Sebenarnya Seungyoun cukup terkejut, karena Hangyul yang memeluknya lebih dulu. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Seungyoun pun balas memeluk Hangyul tak kalah erat.

" Tumben meluk duluan, biasanya malu-malu. "



Bukannya melepas pelukannya, malah Hangyul semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Seungyoun.

" Kak Seungyoun hangat, Hangyul suka. "

Hangyul menatap Seungyoun dengan matanya yang masih sedikit mengantuk, ditambah senyumnya yang walaupun tipis tetapi membuat jantung Seungyoun berdegup tak karuan.
Sialan, Seungyoun gemas setengah mati.






chu~

Dikecupnya pelan ujung hidung mancung Hangyul.

" Ih kak Seungyoun! "

Hangyul memukul kecil pundak Seungyoun, sementara Seungyoun hanya terkekeh melihat wajah Hangyul yang mulai memerah.

" Enggak laper kak? Sarapan yuk, udah jam segini juga. Kak Seungyoun enggak buka cafe emangnya? "

Seungyoun sama sekali tak mempersilakan Hangyul yang mencoba untuk bangun dari ranjang.

" Enggak usah buka cafe aja deh ya, mau disini aja sama kamu seharian. "

Hangyul memukul kepala Seungyoun pelan, yang dipukul pun hanya meringis sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

" Udah ah ayo bangun, laper tau kak. "



Disinilah mereka, berakhir duduk berhadapan di meja makan. Sambil memakan nasi goreng buatan Hangyul. Biasanya Hangyul akan memasak banyak makanan, tapi karena dia kesiangan jadi hanya sempat memasak nasi goreng saja. Lagipula Dohyon baru akan pulang besok dari rumah neneknya, jadi ia tak perlu repot harus menyiapkan makanan untuk adik bongsornya.

" Gimana kak? Enak enggak nasi gorengnya? "

Seungyoun hanya mengacungkan jempol kirinya, dan tangan kanannya terus saja menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Dengan mulut yang penuh dengan nasi goreng, Seungyoun tersenyum hingga kedua matanya menyipit . Oke, Hangyul artikan senyuman itu menjadi kalimat "ini enak sekali". Karena sungguh, Seungyoun benar-benar tak berbicara dan terus mengunyah hingga nasi gorengnya habis tak bersisa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

coincidencia. ¦ seungyul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang