5

10.3K 1.1K 22
                                    

Pukul enam pagi, Reno sudah siap dengan setelan kerjanya. Rambutnya dia sisir rapi ke belakang. Sepatu hitam berkilat sudah terpakai di kakinya. Anin yang baru masuk ke kamar Reno keheranan. Jelas, niatnya mau membangunkan Reno. Dan ternyata, anaknya itu malah sudah rapi.

"Ren? Kamu mau pergi ke mana sepagi ini? Mama pikir kamu masih tidur," ucap Anin keheranan. Dia berjalan mendekati Reno yang sedang membenahi penampilan di depan cermin.

"Kerja lah, Ma," jawab Reno simpel. Dia tersenyum puas melihat penampilannya sendiri di cermin.

"Kantor kan dimulai pukul delapan, Ren. Ngapain kamu berangkat sepagi ini?" tanya Anin heran.

"Aku ingin melihat-lihat suasana kantor dulu, Ma. Aku hanya pernah berkunjung dua kali ke sana," jawab Reno. Anin menghembuskan nafas pelan mendengar itu. Menggelengkan kepala dan berlalu pergi dari sana.

"Terserah kamu saja deh," ucap Anin masa bodoh. Dia berjalan mendekati pintu hendak keluar dari kamar Reno. Namun, pertanyaan Reno menghentikan langkah Anin. Keriput di keningnya semakin terlihat jelas kala keningnya berkerut heran mendengar pertanyaan dari putra satu-satunya itu.

"Ma, Gea tinggal di mana?"

***

Jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Memasang alarm, Gea pun terbangun saat jam beker di samping tempat tidurnya berbunyi. Dengan malas, tangannya bergerak mematikan jam beker itu. Setelah beberapa menit, Gea baru bangun. Dia menguap dan menutup mulutnya dengan telapak tangan. Rambutnya yang berwarna kecoklatan terlihat acak-acakan walaupun hanya sedikit.

"Huh. Kuharap aku bisa pulang dengan sehat nanti," gumam Gea saat sadar kalau hari ini adalah hari di mana Reno bekerja menjadi bosnya. Yang Gea khawatirkan adalah kesehatannya sendiri. Kesehatan fisik maupun mental. Berharap dia diberi kekuatan lebih untuk menghadapi manusia semacam Reno yang anehnya kelewatan.

Beranjak bangun, Gea pun berniat menuju kamar mandi. Belum juga sampai di kamar mandi, Gea mendengar suara ketukan pintu yang sangat kuat. Itu membuatnya terlonjak kaget.

"Siapa sih yang datang sepagi ini?!" gerutu Gea kesal. Dia merapikan rambutnya asal dengan jari. Lalu berlari masuk ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah mengeringkan wajah dengan handuk, Gea pun berjalan cepat keluar dari kamar.

Suara ketukan itu masih terdengar. Membuat Gea kesal karena ketukan itu tak berhenti walau hanya sedetik. Padahal, seingat Gea dia tak punya hutang atau tunggakan apapun. Semuanya sudah dia bayar tuntas. Tapi, orang yang mengetuk pintu seperti orang penagih hutang saja.

"Tunggu sebentar!" seru Gea. Dia berjalan mendekati pintu dan memutar kunci. Meraih gagangnya lalu menariknya. Pintu pun terbuka lebar. Mata Gea membelalak kaget melihat orang di depannya. Seperti melihat penampakan di pagi hari seperti ini.

"Apa yang-"

"Kamu baru bangun tidur, Gea? Ck, memalukan sekali. Seharusnya kamu sudah siap sekarang." Reno, orang yang datang secara misterius itu langsung bicara dengan nada menjengkelkan. Membuat pagi Gea hancur berantakan seketika.

"Anda sudah gila? Ini masih jam enam pagi!" seru Gea kesal. Reno mengangkat sebelah alisnya lalu bersedekap dada.

"Lalu? Aku ini bosmu. Dan kamu harus mematuhi perintahku," ucap Reno. Lagi, dia memakai kekuasaannya untuk mengancam Gea.

"Anda belum menjadi bos saya. Dan Anda harus ingat, kalau ini di luar jam kerja dan di luar lingkungan kantor. Anda tidak berhak mengatur-atur hidup saya!" bentak Gea kesal. Dia mendorong pintu berniat untuk menutupnya. Namun, Reno menahannya. Dengan mudah, dia menyelip masuk membuat Gea menggeram kesal.

"Baiklah. Aku beri keringanan. Kamu punya waktu setengah jam untuk mandi dan bersiap. Aku tunggu. Jangan lama. Karena kamu harus banyak melakukan sesuatu hari ini." Reno bicara tanpa menghiraukan wajah Gea yang sudah merah padam. Dengan santainya, dia malah duduk di sofa.

"Kenapa masih diam! Cepatlah. Aku tak punya banyak waktu hanya untuk melihatmu diam seperti itu," ucap Reno. Gea menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar. Dia tak mau otaknya bekerja banyak di hari yang masih pagi ini. Lebih baik dia menenangkan diri dengan mandi. Mengabaikan kehadiran makhluk asing di ruang tamu apartemennya.

Gea beranjak meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. Mengingat kelakuan aneh bin menjengkelkan Reno, Gea pun mengunci pintu kamarnya. Tak mau sampai Reno yang tak punya sopan santun masuk ke kamarnya. Itu sangat berbahaya.

Tak mau mendengarkan perintah Reno yang hanya memberi waktu setengah jam, Gea pun mandi dengan santai. Berendam dan menikmati hangatnya air yang menyentuh kulitnya. Memanjakan tubuhnya sebelum dipakai untuk bekerja hari ini.

Selesai mandi, Gea segera berpakaian. Lagi, dia melakukannya dengan santai dan tak buru-buru. Memoleskan make up natural di wajahnya dan menyisir rambutnya dengan perlahan juga hati-hati.

Saat sedang menyisir rambut, suara ketukan kembali Gea dengar. Dan sudah bisa di pastikan itu adalah Reno. Yang mengetuk pintu kamarnya dengan keras sekali.

Gea mendesah pelan dan menatap pantulan dirinya di cermin. Bagaimana hidupnya ke depan? Apa dia mampu bekerja menjadi bawahan Reno? Sedangkan Reno sendiri memiliki watak yang jauh lebih menyebalkan dari Marwan. Contohnya, lihatlah sekarang. Belum jadi bos sudah semena-mena. Meminta Gea bersiap sepagi ini dan mengetuk pintu tanpa memikirkan kenyamanan Gea sebagai penghuni apartemen.

Selesai mematut diri di cermin, Gea pun melangkah mengambil tas kerjanya. Dia pun segera mendekati pintu dan membukanya. Wajah jengkel Reno yang pertama kali dia lihat saat pintu terbuka.

"Lama!" ucap Reno kesal. Gea mendelik tajam mendengar itu. Kemudian dia mendengus kasar.

"Terserah saya lah. Ini juga apartemen saya," balas Gea sewot. Tanpa banyak bicara lagi, Reno langsung memegang tangan Gea. Dia menarik Gea keluar apartemen dengan cepat. Jika tidak di tahan dulu, Gea bisa saja lupa mengunci apartemennya.

"Kamu membuatku menunggu lama untuk hal yang tidak penting!" Reno terus saja menggerutu marah. Gea hanya memutar bola mata bosan. Siapa suruh datang ke apartemennya dan menunggunya? Padahal, jam kerja dimulai satu jam lagi. Dan Reno ribut membawanya ke kantor sepagi ini.

Di dalam lift, mereka sama-sama terdiam. Gea menjaga jarak dari Reno. Takut kalau Reno kembali berulah saat mereka hanya berdua di dalam lift.

Selama dalam lift, Gea berpikir banyak hal. Terutama tentang pekerjaannya sekarang. Mendapatkan bos super aneh seperti Reno membuat Gea malas bekerja. Tetapi, dia juga butuh uang. Jika pun mengundurkan diri, belum tentu akan bisa jadi sekretaris lagi.

Dan yang membuat Gea semakin bingung adalah, kenapa Reno bisa tahu apartemennya? Dan untuk apa juga pria aneh itu datang menjemputnya?

_______________________________________

Hai hai....
Selamat pagi semuanya😊
Jangan lupa vote dan komennya ya. Biar aku tambah semangat😁😁

Crazy Boss!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang