❌ 1 ❌

7 2 0
                                    



Tuk...tuk...tuk...

Bayak sekali disini kaki kaki mungil berlarian tak tentu arah mengaharapkan kedatangan sang ibu tercinta untuk menjemputnya.
Menunggu itulah yang ku lakukan. Datang seorang berjas hitam menghampiriku dengan muka tak terkondisikan . Aku tak raut apa yang sedang terjadi. Aku tak paham dengan apa yang menyebabkan tetesan air mata itu di mulai. Mereka menyuruhku untuk tetap diam dan berjalan menuju mobil. Dan perlahan berjalan menuju rumahku.

Tapi....
Mengapa di sini ramai?
Aku tak mengerti dengan maksud bendera kuning yang sudah tertancap kencang di sudut rumahku. Banyak makhluk bernyawa yang mengenakan pakaian serba hitam. Aku hanya gadis berumur 5 tahun yang masih labil. Tak tahu arti bendera tersebut . Sebuah mobil putih ber lambangkan plus merah datang dengan sirine yang cukup menegangkan suasana. Membuat semua orang berdiri menghampiri dan mengangkat sebuah peti. Aku tak tau apa isi peti tersebut. Hanya saja aku penasaran. Waktu perlahan peti itu dibuka ku harapkan adalah sebuah hadiah yang besar yang di persembahkan untuk ku. Ternyata sossok yang ku cari sedari tadi sedang terbaring manja di dalam peti ditemani wajah pucat yang menghiasinya. Tubuhku tak berhenti bergetar bisa kulihat bekas goresan tepat di leher yang mungkin tebal kembali membuatku penasaran. Aku tak kuasa menahan tangis yang keluar sejak tadi. Ku menelungkupkan wajahku di jas ayah ku dengan menggelengjan kepala tak percaya.

''Ayah ini tidak benar kan ?hiks ....hiks....hiks" ujarku dengan isakan kecil yaang sedari tadi menghantuiku.
Ayah tak bisa menjawab. Hanya membalas pelukan hangatku dan meratapi kesedihannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
(10 tahun kemudian)

Menjalani kehidupan yang cukup rumit seperti ini. Bersikap dingin tak ku hitaukan lagi. Menanti beberapa orang yang akan ku layangjan nyawanya. Semenjak kematian ibuku aku tak tau penyebab kematian ibuku sampai sekarang ini. Kau tak tau bagaimana rasa sakit yang terus menghantui pikiranku. Aku mencoba mengambil nyawa seseorang dengan tangan ku. Tak akan ku pungkiri walaupun aku akan mendekam di balik heruji besi. Tapi akankah itu terjadi? Entahlah. Jika aku tak pernah bahagia jangan harap semua orang dengan santainya tertawa terbahak bahak dan tersenyum ceria. Satu lagi aku tak suka kebisingan.

Di sini. Di sekolah yang tak pernah ku minati sebelumnya menghempaskan tas di atas meja kotak yang tertata rapi di dalamnya. Menenggelamkan pikiranku pada lengkupan tangan yang ku lipat sedari tadi. Yak akan ku jelaskan bagaimana keadaanya. Dengan pisau kecil lipat yang selalu menemani hari hariku. Mengembangkan senyum dalam lengkupan tanganku.

"Apakah kau sudah mengerjakan pr ohh.."

"Ehh..kemaren ku dengar kau menang lomba"

"Aku tak akan mau menyontekmu"

"Pagi semuanya."

Tak bisa kulakukan apa. Ramai? ya tentu saja. Sudah ku katakan aku tak suka akan keramaian. Kenapa tidaj mempedulikanku. Ok ini saatnya.

/brakk!!/

Ku pukul meja dengan sekencang kencangnya. Dan benar saja membuat para murid diam tak berkutik. Aku tak yakin akan bisa melakukan ini. Tapi ini adalh keyakinanku.

Ku berjalan menuju meja salah satu siswi yang sedari tadi tertawa dengan tak memperhatikan keadaan. Semakin dekat dan dekat.
Mengambil pisau lipat yang terselip di saku jasku.

"Apakah kau bahagia eohh..." tak berkutik. Diam dan diam tak ada kata yang ia lontarkan. Bisa kulihat badannya bergetar ketakutan. Aku suka pemandangan ini.

"Ku tanya mengapa tak menjawab? Ohh aku paham apakah kau mau aku menghabisi mu sekarang? Apakah kau bosan hidup? Ayolah yeri aku tak akan menyakitimu." Ucapku dengan smirk andalan yang ku lontarkan.

Tak ada jawaban hening dan hening. Tentu saja membuatku sedikit ragu akan tindakanku. Tapi toh ini juga salahnya.
Menggoreskan sedikit demi sedikit goresan di pipinya. Membuat semua orang menganga lebar. Darah segar bisa kulihat dari pipi gembulnya. Membuatku tertawa receh yang diyakini semua orang menakutkan.

Setetes air mata lolos dari mata cantiknya yang kini sedang kutusuk dengan bolpoin yang ku genggam sedari tadi. Membuatnya tak sadar diri. Ya...itulah keinginanku.





















❌CONTINUE

Dead To Me 🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang