❌ 4 ❌

1 1 0
                                    






Malam.yang begitu menakjubkan memperlihatkan suatu kesamaan yang tak akan pernah beda. Mengharapkan sejuta perbedaan di malam ini dan sebelumnya. Menampilkan seorang gadis cantik dengan pakaian tebalnya berjalan riang dengan satu tangan nya memegang sebuah benda tajam yang tak tahu asalnya. Di sampingnya tergeletak manja seorang lelaki yang di duga bernama Robert sudah tak lagi bernafas dengan tubuh yang banyak sekali sayatan menempel lekat. Dan jari jari yang sudah terlepas dari asalnya. Jangan lupakan satu mata yang tak lagi bersarang di tempatnya.

Mengerjapkan mata berkali kali. Denagn nafas verat yang terengah engah ditemani tetesan deras keringat yang sedari tadi mengguyur. Mimpi?
Ya itu adalah mimpi. Bagaiman itu bisa terjadi. Alex memimpikan itu. Entah apa yang di pikirkanya mimpi itu sangatlah nyata. Tapi yang menjadi perntanyaanya siapakah gadis di balik itu semua. Memikirkan itu membuat Alex frustasi dan keluar dari kamarnya. Mengambil semangkok popcorn dan soda yang bersarang di tangannya terlebih dahulu.
Menonton film mungkin membuatnya melupakan itu.
.
.
.
.
.

Di sekolah kini sangat ramai dengan berota kematian yang cepat menyebar. Taerin yang melihat itu hanya tersenyum kecil seraya meninggalkan keramaian itu. Dilihatnya sebuah bangku dimana siswa bernama Robert itu selalu duduk dan menikmati pelajaran disitu. Tapi sekarang mungkin tidak akan. Karena semua sudah hancur tak tersisa.

(Flashback on)

Malam yang gelap tepat di belakang gedung dengan jalanan yang sepi. Memudahkan gadis itu menghabisi nyawa tepat berada di depannya itu. Sudah di duga pasti itu Taerin. Mengambil sebilah pisau dengan ukuran yang cukup besar dan melayangkannya ke arah perut sang pria. Robert mangsanya. Melayangkan beberapa sayatan mungkin 5. Membuatnya terkulai lemas dan tak berhenti memegangi perutnya yang tertera darah yang cukup deras. Setelah dikira lemas Taerin kembali memasang pisau nya itu dan membuat jari tangan kanan dan kiri Robert terlepas dengan sekali kibas. Sebelum mencokel matanya dengan garpu yang ia siapkan ia membisikkan sesuatu di relinga kanan Robert yang sudah tak berdaya dengan mulut yang menganga lebar.

"Apakah ini seru? Hahaha... kesalahan yang kau perbuat tak sebanding dengan apa yang kau lihat apakah kau ingat temanku Alice.? Mungkin kau tak akan ingat. Ini kah yang kau perbuat padanya. Sekali lagi bukannya aku psikopat hanya saja ini muncul begitu saja. Setelah semua kesalahanmu, apakah aku harus mempercayaimu. Dengan senang hati ku katakan ya...aku yang membunuh yeri dan yura tohhh itu juga kesalanya. Apakah aku salah?"

"Terima kasih sudah mati untukku"
Dan diletakkanya bunga mawar putih di atas kepalanya. Tanpa basa basi. Mengeluarkan garpu yang sudah di persiapkanya dan lihat matanya terlepas.

(Flashback off )

Berjalan menuju bangku. Dengan perasaan lega. Tapi seperti biasa banyak siswa dengan ocehannya kembali bergeming di kelas ini. Taerin sekali lagi menutupi sepasang telinganya dengan penutup telinga dan menelusupkan kepalanya di tangan yang sedari tadi sudah terlipat rapi.
.
.
.
Alex berjalan menyusuri koridor sebelum mencapai kelasnya. Melihat banyaknya kerumunan manusia yang mengerumuni sebuah papan entah apa informasinya.
Alex berjalan menuju kerumunan itu. Meyakinkan semangat nya untuk mengetahui apa informasinya. Perlahan lahan menerobos setiap siswa dengan menyenggol dikit bahunya. Dan terkejut karena berita yang sama sekali membuatnya bergidik dan heran.

" Telah meninggalnya teman kita yang bernama Robert Alienski tadi malam.
Oleh karena itu kami selaku guru sekolah mohon partisipasinya untuk menggalang dana setiap kelas. Dan semua kelas mendapati jam kosong pelajaran karena guru guru akan takziah ke tempat beliau. Jadi mohon bela sungkawanya. Terima kasih.."

Pengumuman yang membuat orang sedih dan senang tentunya.
Senang?
Ya  karena tertera jam kosong karena semua guru pergi.

Alex berjalan gontai disertai air mata yang mengalir. Alhasil mendapat tatapan heran dari semua siswa.
Ia masih bingung karena kematian kali ini berhubungan dengan mimpi yang tak ia harapkan itu.

"Hei...alex"
Merasa terpanggil Ia menoleh ke sumber suara. Di lihatnya sahabat Robert yang sama sekali tak bersedih.
Apakah dia dalang semua ini. Semua pikiran itu masih kalut melekat di dalam otaknya. Pusing pusing pusing.

"Ya..halo..Jacob"

"Mengapa kau tak ke rumah Robert. Bukankah dia sahabatmu?"
Tanya alex dengan penuh keyakinan.

"Aku?" Tanya nya yang sontak membuat alex kebingungan.

"Ya...kau. ku lihat kau selalu dekat dengannya"

" mari kita bicara di taman saja. Disana udaranya sejuk" ajaknya dan mendapat anggukan setuju dari alex.

❌at taman

👦Alex

"Cepat bicaralah" alex angkat bicara dan bisa dilihat Jacob menghela nafas sebelum bercerita.

Aku bersiap untuk mendengarkanya.walaupun bisa ku pastikan ia tak kuat menhan air mata.

"Huft....baiklah akan ku ceritakan. Seandainya kau tahu. Aku tak pernah dekat dengannya. Memang aku selalu di sampingnya. Tapi ia tak pernah menganggapku ada. Aku berusaha untuk berbicara denganya tapi aku hanyalah di anggap angin lalu yang berhembus. Aku hanyalah anak dari seorang yang mempunyai hutang besar kepada ayahnya. Bisa ditebus jika aku melindungi Robert. Sebenarnya aku tak mau tapi demi keluargaku akhirnya aku setuju. Dan satu lagi sifat yang tak pernah orang tau dari dia adalah dia mempunyai gangguan kejiwaan yang menyebabkan ia di luar kendali. Dulu ...ibunya pernah menjadi korban hingga sekarang ibunya sudah tiada. Setelah mendengar kabar kematian Robert aku sedih benar benar sedih. Tapi di satu sisi aku lega karena aku tak akan ada lagi yang mengekang. Aku bebas dan kelurgaku pun sama. Tapi sebenarnya aku sedih sekali."
Ujarnya panjang sekali.

Aku mendengarnya ikut merasakan kesedihan yang ia alami.
.
.
.

/AUTHOR

Setelah perbincangan hangat dan dilandasi air mata kesedihan. Tapi sebenarnya sedari tadi ada sepasang mata yang tak berhenti mengamati dari kejauhan.

Bel pulang akhirnya menggema. Menyababkan  suasana sekolah ricuh sangat ricuh. Taerin berjalan gontai ke halte bis terdekat menunggu selalu jemputannya itu. Tapi tak disangka sebuah mobil bercatkan hitam berhentu tapat di depan matanya. Tak berkutik. Selalu saja selerti itu.

Di turunkanya kaca mobil dan memperlihatkan pria tampan tamlak memakai seragam sekolahnya.

"Taerin.." ujarnya.

"Hmm" dingin sekali.

" apakah kau mau ikut denganku. Eoh...maksudku pulang bareng tohh rumah kita juga satu arah"
Tawar pria tampan di duga bernama Alex itu.

"Apa jaminanya jika aku pulang bersamamu? Apakah mau mati untukku?" Lirih tapi dapat di dengar.

"Seram sekali kau ini...aku akan membelikanmu eskrim"

"Baiklah.."
Taerin berjalan menuju pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

Hening..
Seperti suasana hatiku.eaaaa

Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut dua sejoli ini. Membuat suasana canggung yang luar biasa. Hingga sampai ke sebuah kedai eskrim di pinggir jalan. Alex turun dan datang dengan membawa 2 eskrim coklat yang di genggamnya. Setelah mereka makan dengan lahap. Mereka pulang menuju rumah Taerin.

"Thanks.." tak ikhlas kah taerin mengucapkanya. Ia mengucapkan tanpa melihat irang yang di beri ucapan itu.

"Eoh...kau dingin sekali.hingga tak menganggapku ada. Sudah aku pergi bye..." ujarnya lalu beneran pergi dengan kendaraan roda 4 nya itu.




































❌CONTINUE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dead To Me 🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang