Bab 1 Rapor Yang Tertukar

10.5K 274 5
                                    

"Astaghfirullah ...!" Humaira menghentikan sepeda motornya mendadak. Ia hampir saja menabrak seorang wanita yang melintas di tengah jalan.

"Maaf, Bu?" ucapnya sambil menunduk. Wanita setengah baya itu mengangguk dengan sedikit omelan.

Jalan besar yang dilalui Humaira ini memang jalan utama menuju beberapa sekolah, termasuk sekolah bertaraf International tempat keponakannya menganyam Ilmu. Namun, sebelum sampai ke kawasan persekolahan tersebut, banyak rumah-rumah mewah berjejer di kiri dan kanan jalan. Salah satunya rumah mewah berlantai dua yang terus dilirik Aira saat melintas di depannya.

Liarnya mata Aira bukan tanpa sebab, semua berawal dari kejadian sehari sebelum libur panjang kenaikan kelas dimulai.

Saat itu Abi membawa pulang sebuah rapor ke rumah. Aira yang baru saja selesai membersihkan luka pasien tabrak lari langsung menyapa bocah itu. Sayangnya, Abi berlalu tanpa menggubris.

"Bi, kamu marah, ya?" tanya Aira saat anak itu meletakkan tas di tangannya ke atas meja.

Abi hanya bergeming dan meneruskan langkah menuju kamar.

Aira yang mendapati sikap acuh sang ponaan ikut menyusul ke kamar. Ia mengetuk pintu perlahan, tapi tak ada reaksi.

Akhirnya Aira mencoba membuka pintu yang memang tak pernah dikunci Abi dari dalam.

"Yah, udah tidur. Nggak pernah dia begini." Aira mendekat dan mengelus puncak kepala Abi.

"Coba kamu ada disini, Kak?" lirih Aira sembari bangkit dan mencoba membuka rapor yang diletakkan Abi di samping kepalanya.

"Sudah kelas dua, tiap tahun dapat juara satu. Pasti kali ini juga sama," gumam gadis itu pelan. Namun, saat Aira membuka buku berhard cover itu, matanya justru membelalak.

"Astaghfirullah ... nggak mungkin! Kok bisa merahnya?" Aira bergumam tak percaya, "pasti ini yang membuat Abi diam."

Karena terlanjur dibungkam sesal, Aira lupa meneliti lebih lanjut, pun untuk sekadar membuka lembaran semester sebelumnya. Satu hal yang ia pikirkan saat itu hanyalah meluncur langsung ke sekolah.

Meminta pertanggungjawaban wali kelas atas berubahnya nilai keponakannya.

***

Siang itu, Aira langsung meluncur ke sekolah Abi. Semua tampak sepi. Di parkiran hanya tersisa beberapa kendaraan bermotor. Bersamaan dengannya, berhenti juga di halaman sekolah sebuah mobil Camri berwarna hitam. Aira hanya menoleh sekilas.

Gadis itu terus berjalan melewati beberapa ruang, hingga sampailah ia di kelas Abi. Bu Siti tampak tengah merapikan beberapa kertas dan berniat keluar ruangan. Aira segera menghampiri wanita berkaca mata itu dan mencegahnya keluar dari ruangan.

"Assalamualaiku, Bu Siti." Suara Aira mengagetkan wali kelas Abi .
"Waalaikumsalam. Wah, ada Ibu Humaira. Silahkan masuk, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" jawab wanita itu sembari kembali duduk di bangku guru.

"Maaf Bu, saya baru bisa datang sekarang. Kebetulan tadi ada pasien kecelakaan di depan rumah," ucap Aira sambil ikut duduk di hadapan Bu Siti.

"Ah tak apa, Bu Aira ... Oya, selamat ya Bu, Abi juara satu lagi di kelas."
Aira terhenyak kaget.

"Juara? Tapi kenapa nilainya menurun drastis begini, Bu?" tanya Aira sambil menunjukkan rapor yang ada di tangan.

Bu Siti kaget bukan kepalang, ia mengucek-ngucek matanya setelah menaikkan kacamata.

"Kok bisa begini? Bisa saya minta sebentar Bu, rapornya?"

Aira menyodorkan rapor di tangan pada wanita itu. Bu Siti mulai menutup lembaran yang telah dibuka dan tertawa terkekeh.

Humairah (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang