2. Kantin

34 31 2
                                    

Setelah pelajaran matematika yang membosankan, dan bahasa inggris yang membingungkan, kini Andre tengah duduk bersama dua kawannya di salah satu tempat duduk yang saling berhadapan di kantin. Jam istirahat selalu menjadi yang paling menyenangkan selain jam kosong. Hari itu begitu ramai dengan murid-murid yang memenuhi kantin.

Kini Andre, Bagas, serta teman mereka dari kelas sebelah yang agak tomboy, Vita tengah sibuk menyantap jajan mereka. Bukan jajan yang muluk, hanya semangkuk bakso dengan segelas es teh yang sederhana. Mereka menyantap makanan itu lahap, dengan sesekali bercanda dan mengobrol. Bagas seringkali akan berceloteh menjahili mereka, dan akan direspon dingin oleh Andre dan Vita yang begitu jengkel, Bagas seperti kegirangan mengganggu mereka.

"Eh, gua denger dikelas loe pada, ada murid baru ya?" Vita bertanya disela-sela akan memasukkan tusukkan pentolan kedalam mulut.

"Owh.. iya, dan loe tau nggak orangnya kayak apa?" Bagas balik bertanya, membuat Vita menebak-nebak.

"Gimana?" Ia jadi penasaran.

"Ngeri abis". Bagas berucap dengan ekspresi yang dibuat cukup lebay.

"Hah? Ngeri gimana maksudnya?" Vita mulai bingung.

"Ya, loe bayangin aja Vit, masa pas disuruh ngenalin diri, doi malah ngucap yang aneh-aneh kayak gak jelas gitu". Bagas makin bersemangat.

"Lah, aneh gimana maksud loe?"

"Vit, dia bicaranya kaku, kayak lagi baca mantra-mantra kek di film". Bagas menjelaskan berdasarkan apa yang ia pikirkan.

"segitunya?" Vita seolah tidak menyangka dengan raut wajah yang sedikit terkejut.

"Beneran ndre?" Ia menanyai Andre, untuk memastikan.

"Hmm, gitu dah". Andre hanya mengiyakan malas sambil mengedikkan bahunya.

"Wah, creepy juga sih". Vita mulai membayangkan jika benar-benar ada orang seperti itu, apalagi kalau dikelasnya terdapat murid dengan lagat seperti itu.

"Terus, perawakannya gimana?" Vita beralih menanyai ciri fisik yang dimiliki oleh gadis misterius yang mereka bicarakan.

"Yah, nggak terlalu cantik sih, biasa aja. Rambutnya panjang banget kek kunti tapi lurus, terus matanya aneh gitu pas natap, kek kosong". Titah Bagas dengan detail menjelaskan ciri-ciri orang yang sedang dibicarakan.

"Benter-benter, maksud loe yang lagi jalan itu ya?" Vita tergesa-gesa bertanya pada Bagas sambil mata dan jari telunjukknya agak menunjuk pada sesosok gadis yang sedang berjalan pelan sambil membawa sebuah bungkusan. Gadis itu berambut panjang nan lurus, serta tatapannya seakan-akan sedang kosong. Yah, benar. Dia adalah Nurmala, gadis misterius yang dari tadi menjadi perbincangan tiga serangkai selagi makan.

"Owh, Shiii". Bagas seakan refleks akan mengumpat, namun ia tahan. Tak sangka saja, murid baru dikelas mereka itu sedang berjalan pelan memasuki kantin dengan wajah datar, sungguh kebetulan.

"Eh, eh, dia kesini, dia kesini". Vita seakan kelabakan karena memperhatikan Nurmala yang berjalan pelan mendekat kearah tempat duduk mereka. Ia seberusaha mungin untuk menghindari kontak mata.

"Eh, anjir iya deng". Bagas juga ikut panik dengan nada suara yang agak berbisik.

Andre hanya diam tidak mempedulikan apapun, masa bodoh siapa yang akan datang. Tidak akan ia gubris sama sekali.

Nurmala tepat berdiri diantara mereka dengan tatapan seramnya itu. Satu tangannya memegang erat bungkusan hijau yang mungkin saja adalah bekal makannya. Sejenak ia diam, sambil memperhatikan ketiga remaja sebaya itu dengan senyum tipis yang paling aneh didunia.

Demoniac GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang