Sweet

152 8 0
                                    

Meskipun gak sweet. Tapi kuharap kalian suka😊😊😊😊💕💕💕

Enjoy!!

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

"Tadaima..."

"Okaeri."

Mafu tersenyum menatap gadis yang duduk sambil bersandar di atas kasurnya. "Aku mau pelukan," pinta Mafu sambil berjalan dan merentangkan tangannya. Mika, nama gadis yang terduduk lemas itu. Tidak menolak permintaan kekasihnya.

"Bagaimana harimu kemarin? Apa pembuatan lagunya lancar?"

Mafu mencium dalam-dalam aroma rambut Mika, "seperti biasa. Aku dan Soraru benar-benar menghabiskan waktu di dalam rumah untuk membuat instrumen. Maaf aku meninggalkanmu saat kau sakit."

Mika tersenyum. Dia tidak mempermasalahkan itu. Dia tahu kekasihnya orang yang sibuk dan nomor satu di kalangan remaja jepang sekarang.

"Aku sudah baikan sekarang, lihat suhu tubuhku juga sudah turun," Mika menuntun tangan Mafu untuk menyentuh dahinya, "aku sehat. Meskipun terlihat pucat. Aku kira kau akan pulang nanti sore. Ternyata kau pagi sudah pulang."

"Aku tidak kuat jauh darimu."

Mika memutar bola matanya malas. Sungguh alasan yang membosankan di saat mereka sudah tinggal satu rumah seperti sekarang. Bertemu hampir setiap hari. Makan selalu semeja. Tidur juga di tempat yang sama tapi alasan tidak bisa jauh tetap di ucapkan oleh Mafu. Sungguh membuatnya ingin tertawa, tapi  Mika tidak tega.

"Kau sudah sarapan?" Mika melepas pelukannya dan menatap mata Mafu.

"Terbalik. Harusnya aku yang tanya. Tadi Soraru sempat masak untuk kami. Aku yakin kau belum memasukkan apapun ke dalam perutmu pagi ini."

Mika tidak bisa berbohong. Meskipun dia malas makan. Tapi Mafu pasti akan tetap memaksannya.

"Tunggu di sini. Sebentar saja. Aku akan membuatkan sesuatu untukmu."

Saat Mafu hendak beranjak dari duduknya, Mika tiba-tiba memegang salah satu lengan bajunya, "kumohon jangan tambahkan sesuatu yang aneh pada makananku. Jika aku menemuka rasa yang salah. Maka aku tidak akan makan sampai habis."

Rika harus mengatakan itu. Pasalnya, Mafu termasuk orang yang suka memasukkan bahan aneh pada makanannya dengan alasan yang terkadang lebih aneh lagi. Jadi tidak masalah jika Mika was-was.

"Tenang sayang. Makanan ini akan seperti masakanmu seperti biasanya."

"Ku pegang ucapanmu. Tolong buatkan sesuatu yang enak."

Mafu tersenyum, "baik tuan putri."

Tiga puluh menit Mika menunggu dengan sabar. Sambil memainkan beberapa game mudah di ponsel Mafu. Lalu sang pemilik ponsel tiba dan merebut ponselnya. Mengganti dengan nampan bubur telur beraroma lezat.

Dari aromanya Mika tidak mencium bau yang aneh. Kali ini masakan kekasihnya normal. "Beberapa hari sakit ternyata membuatku rindu masakan rumahan dengan bumbu kuat," mafu hanya terkekeh mendengarnya, "aku hanya menambahkan bawang dan shouyu sayang. Sudah cepat makan lalu minum obatmu."

"Itadakimasu!!"

Mafu bisa melihat Mika sudah sembuh di lihat dari cara makannya yang begitu bersemangat. Kekasihnya itu memang jarang sekali pilih-pilih makanan. Makanan yang dia suka hanya pare. Itupun jika ada suguhan pare dia juga tetap memaksa untuk makan meskipun tidak suka.

"Ah! Makasih! Aku kenyang sekali!"

Mika menatap Mafu dengan senyum bahagianya. Matanya sudah terlihat lebih bahagia daripada hari kemarin yang terlihat sangat lemah.

"Entah jadi apa aku tanpamu."

Mika terkejut mendapat pelukan tiba-tiba dari Mafu setelah laki-laki itu menyingkirkan nampan bubur ke atas nakas, "bukankah harusnya keu bersyukur pada Soraru-san? Aku hanya kekasih yang datang saat namamu sudah besar. Aku tidak ada apa-apanya." Mafu menggeleng, dia semakin mengeratkan pelukannya. Mika rasakan jika punggungnya sedikit basah. Mafunya menangis.

"Memang Soraru-san memiliki andil yang besar. Tapi kau juga. Kau datang sebagai pelengkap dari semua kekosongan di hatiku." Mafu mentap dalam-dalam mata Mika, mencoba menyalurkan perasaannya, "kau tahu? Aku tidak pernah berfikir untuk menikah dulu. Semuanya aku berikan untyk musik dan juga penggemarku. Tapi saat melihatmu di konbini dengan semua pekerjanmu." Mata Mafu seakan menerawang hari di mana mereka bertemu. Senyum juga tidak luntur dari wajahnya.

"Kau bekerja sangat keras. Itu yang membuatku menyukaimu. Bahkan saat sekarang aku bisa menjamin kebutuhanmu, kau juga tetap bekerja. Aku kagum dengan kerja keras dan kesabaranmu."

Mika terkejut mendengar semua penjelasan Mafu tentangnya. Termasuk saat kesan pertama Mafu terhadapnya. Jujur dia tidak tahu, karena Mafu memang tidak pernah menceritakan itu bahkan untuk mengungkitnya pun tidak pernah. Membuatnya sangat terharu.

"Kau tahu? Aku adalah salah satu fansmu. Saat tidak sengaja melayanimu di konbini aku benar-benar menahan semua teriakan dan perasaan bahagiaku. Aku mencoba bersikap profesional." Mika menahan air matanya, "lalu saat kau datang di malam penuh salju dua tahun lalu dan kau menyatakan perasaanmu, aku merasa menjadi fans paling beruntung sedunia. Di saat banyak wanita yang ingin bersamamu."

Mika menatap dalam mata Mafu, "kuharap kau tidak menyesal memilihku. Aku menyukaimu. Dirimu, baikmu, burukmu, lagumu, semua tentangmu aku suka." Mafu tertawa lalu kembali meraih Mika ke dalam pelukannya. Gadisnya yang manis, itu yang ada di pikirannya. Semua ucapan mereka pagi ini bagaikan pengakuan dosa. Tapi tetap hangat tanpa ada yang di tutupi atau di lebihkan.

"Nah... Ayok sekarang kita tidur. Kau masih perlu banyak istirahat. Besok aku libur dan kita akan jalan-jalan."

Mafu membaringkan tubuhnya lalu menarik Mika untuk berbaring di lengan sebelah kirinya. "Tapi aku sudah sembuh. Aku ingin jalan-jalan sekarang."

"Tidak! Kau belum sembuh. Sudah ayok tidur. Apa mau aku nyanyikan?"

Dengan sigap Mika menutup kedua telinganya, "jangan, aku ingin istirahat dari lagu hebohmu. Baik aku akan tidur, Oyasumi."

Setelah mencium kedua pipi Mafu, Mika memejamkan matanya dan berusaha pergi ke alam mimpi. Meskipun dirinya tidak mengantuk sama sekali. Tapi ucapan Mafu ada benarnya juga. Dia juga tidak kuat beraktivitas terlalu lama.

"Oyasumi. Mimpi indah. Aku akan selalu di sini."

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang