Happiness

174 10 0
                                    

Yeay!! Update !!

Semoga kalian suka dengan cerita Ours ini minna😭😭😭😭

Enjoy part ini.

Makasih 💕💕💕💕










"Aku pulang!"

Shima berteriak lantang di dalam apartemennya. Sambil melepas sepatu kedua matanya mencari-cari seseorang yang paling ingin dia lihat jika dia sampai rumah. "Aku pulang!" Dia teriakkan kata itu lagi dua kali masih tidak ada jawaban.

"Aku pu...."

"Berhenti berteriak di dalam rumah Mashi! Aku di sini!"

Seorang gadis berwajah imut keluar dari kamar mandi. Dengan menggunakan kaus yang begitu besar di badannya. "Teruskan berteriak!" Tantang gadis itu sambil memberikan wajah garangnya, "maka akan aku cubit bibirmu!"

Bukannya marah. Shima malah mengeluarkan tawanya. Gadis di depannya benar-benar menggemaskan. Badan yang mungil, wajah yang terlihat segar, kaus yang tampak besar di badannya sungguh pas. "Kenapa kau memakai bajuku Rika-chan? Kau terlihat semakin kecil." Bukan Shima jika yang keluar dari mulutnya adalah sebuah pujian.

"Apakah salah aku memakai baju kekasihku?"

Shima tertawa dan meraih Rika ke dalam pelukannya. Begitu mereka menempel, aroma sabun yang masuk ke dalam penciuman Shima.

"Kau begitu sibuk hari ini Mashi, sampai tidak sempat menelfonku. Aku rindu jadi aku memakai bajumu. Aku suka aromamu."

Shima tersenyum. Gadisnya merajuk. Hal yang sangat dia senangi, "maaf aku tidak bisa mengabil libur saat kau libur kerja. Begitu banyak rekaman yang harus di ambil." Rika mengangguk dalam pelukannya. Yah mau bagaimana lagi? Memiliki kekasih yang notabennya sibuk di dunia hiburan. Rika harus pasrah.

"Aku mencium aroma masakan. Apa kau membuat sesuatu?" Shima mengarahkan penciumannya ke dapur. Mengendus seperti anjing lucu. Rika tertawa di buatnya, "aku membuat kare. Kau pasti lapar kan."

Shima mengikuti langkah Rika yang berjalan menuju dapur. Dia duduk menunggu di meja makan. "Semoga kau cocok dengan rasanya."

"Baunya enak. Itadakimasu!"

Rika menunggu dengan harap-harap cemas, menunggu Shima menelan makanannya. "Bagaimana? Apa ada yang kurang?"

Shima nampak senang dengan wajah penasaran Rika, membuatnya ingin lebih lama menggoda gadis itu. Dia pejamkan matanya rapat-rapat seolah-olah ada yang aneh di masakan Rika, "tunggu aku merasakan ini... Hmmm.. apa yaa?"

"Apa? Apa ada yang kurang? Beritahu aku! Ayok!"

Shima makin senang melihat wajah panik Rika, sekarang gadis itu duduk tepat di sebelah Shima. Memukul pelan lengan laki-laki yang masih setia mengunyah kare di mulutnya.

"Ini enak! Aku bohong." Tawa Shima lepas sedangkan Rika di sampingnya semakin menekuk wajah imutnya. "Jahat! Mashi jahat!" Shima semakin tertawa mendapat pukulan di lengannya. Menggoda Rika memang tidak ada kata bosan untuknya.

"Sudah. Aku mau makan. Kalo kau memukulku aku akan lama. Aku juga belum mandi."

Rika masi diam. Dia membuang wajahnya.

"Masakanmu sudah enak. Hanya saja terlalu manis untukku yang suka kare sedikit pedas. Kau sudah makan malam?" Rika mengangguk, "mau makan lagi?" Tawar Shima degan wajah jail tapi bukan Rika jika dia menolak. Saat suapan itu hampir masuk ke mulutnya. Dengan cepat Shima membalikkan itu ke mult dirinya sendiri.

"Maaf sayang, tapi ini milikku. Aku tidak akan membaginya." Ucap Shima sambi tertawa lepas.

"Berhenti menggodaku Mashi! Aku mau ke kamar dulu."

"Ya aku akan habiskan ini dan mandi. Setelah itu aku akan menyusul."

Tanpa protes Rika masuk ke kamar Shima. Dari tadi dia memang sudah mengantuk. Shima dengan cepat menghabiskan makannya lalu mulai membersihkan badan seperti ucapannya tadi.

****"**

Seorang gadis tampak seperti udang rebus di atas kasur. Shima hanya bersyukur kasurnya berukuran besar jadi dia tidak perlu memindahkan Rika yang tertidur pulas di tengah kasur.

"Mimpi indah kekasih imutku."

Merasa ada gerakan aneh di sebelahnya Rika terbangun. "Kau lama. Aku merindukanmu," dia langsung masuk ke pelukan Shima yang nampak segar setelah mandi.

"Hari ini sangat lelah. Apalagi aku tidak melihatmu sama sekali," Shima mengecup ujung kepala gadis yang di peluknya, "lalu saat pulang dan melihatmu menggunakan bajuku. Entah kenapa semua lelah itu hilang sudah, entah bagaimana aku tanpamu."

Rika mendongak. Menatap Shima, "kau tahu. Aku sibuk di kamtor. Kau juga sibuk rekaman. Kita hanya bertemu saat akan tidur di malam hari lalu berbincang sejenak kemudian tidur seperti biasa."

Shima menyetujui ucapan Rika. Terlalu sibuk membuat mereka jarang menghabiskan waktu berdua. Hari minggu saja Shima selalu sibuk dengan semua pekerjaan hiburannya. Rika tidak pernah protes Shima sadar itu. Tapi dia tahu, di lubuk hati kekasihnya itu juga ingin seperti kekasih normal lainnya.

Pergi jalan-jalan. Nonton film. Makan malam romantis atau hal-hal manis berhubungan dengan pasangan lainnya. Tapi kembali lagi ke kendalanya. Sibuk.

"Hari minggu ini aku akan mengosongkan jadwalku bersama USSS. Lalu kita pergi jalan. Ku dengar ada film bagus yang akan tayang. Bagaimana?"

Rika tampak berpikir, "kau sibuk dengan konser Mashi. Aku takut menganggu jadwalmu. Belum lagi kau ada projects besar. Lain waktu saja. Jika kau ingin waktu berdua, kita bisa menghabiskan waktu di rumah. Menonton film di televisi sambil memakan banyak makanan."

Entah Shima harus bersyukur atau bagaimana lagi. Rika selalu baik seperti ini padanya. Selalu paham jika Shima adalah orang yang sibuk. Dan tidak pernah menuntut hal-hal yang tidak masuk akal di hubungan mereka. Semuanya di jalani dengan sederhana. Tapi penuh kebahagiaan.

"Sudah ayok tidur. Besok kau masi ada acara dengan grupmu kan. Aku tidak mau kau lelah. Kerjaan di kantor juga begitu menumpuk besok."

"Ya. Jadi hari minggu aku tidak akan ambil libur. Tapi aku akan menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin lalu pulang menemuimu."

Rika tersenyum, "itu lebih baik. Oyasumi."

Shima menarik selimut untuk menutupi kedua tubuh mereka. Memeluk Rika dengan lembut sesekali mencium keningnya.

"Oyasumi. Terimakasih sudah sangat mengerti diriku."

Rika mendengar semua itu. Dia membalas pelukan Shima dan memposisikan dirinya senyaman mungkin di pelukan kekasihnya itu.


OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang