-3-

428 37 2
                                    

Selama menunggu matkul mulai. Aku ngehabisin waktu di kantin. Ngobrol bareng, Yunanda, cewek jahil dan lebay yang satu fakultas dan jurusan denganku. Tapi selama ngobrol sama Yunanda, aku kepikiran terus sama kejadian tadi. Aku berasa ngga enak hati sama Raissa. Siapa tau aja dia bilang ngga apa-apa padahal lututnya sakit. Karena tadi aku sempat lihat lututnya yang sedikit lecet terkena batu kerikil.

"kenapa Kim? Kaya ngga fokus gitu?" tanya Yunanda heran.

"ngga apa-apa Yun, kita ke kelas yuk. Bentar lagi matkul mulai." ajakku dan di angguki oleh Yunanda.

°°°

Setelah MK selesai, aku segera keluar dari kampus dan mengendarai motor matic besar yang kupunya. Sesampainya di starbucks, aku segera menaruh helm dan kembali memasang topi snapback hitamku lalu masuk ke dalam kafe.

Di meja nomor 3 aku menemukan keberadaan teman-temanku. Mereka serius banget ngobrol.

"pada ngomongin apa sih? Serius banget." ujarku dan langsung duduk di samping Bobby.

"ini Kim, si Fiko yang rencananya mau nembak Atri. Tuh cewek yang ada di hadapan kita sekarang." ujar Iyan sambil tertawa.

"bener Fik? Ntar deh gue kenalin lo sama dia. Gue kenal kok sama Atri." ujarku menambahi.

"apaan sih Kim, gue butuh waktu yang tepat nih." balas Fiko.

"cieeee." ujar kami berempat. Fiko terkekeh.

Aku sedikit melihat ke meja Atri. Disana ada Raissa, mereka ngobrol serius banget. Jangan sampe ngomongin aku lagi yang ngga sengaja nabrak Raissa tadi? Ampun deh kalo emang mereka ngomongin aku.

Akhirnya aku memutuskan untuk mentraktirnya makan besok sore setelah MK selesai. Dan Raissa setuju. Aku ngerasa ada yang aneh sama Raissa tiap kali kita ketemu, dia seperti gugup gitu. Ada apa ya?

°°°

Capek banget hari ini. Pulang dari starbucks sekitar jam tujuh malam. Selesai mandi, aku langsung keluar cari makanan jadi. Lagi males masak. Sampai disebuah penjualan bubur ayam, aku langsung memesannya satu porsi dan dibungkus. Setelah itu, aku balik ke apartemen.

Saat sampai di apartemen, ternyata ada Atri di depan pintu. Langsung saja aku menghampirinya.

"Atri, ngapain? Cari gue ya?" tanyaku. Atri berbalik, gua lihat matanya sembab seperti habis menangis.

"Kim gue boleh minta tolong sama lo ngga? Tolongin gue please." ucapnya panik dengan airmata deras yang keluar dari matanya.

"tolongin apa At?" tanyaku.

"Raissa Kim, Raissa kecelakaan. Gue ngga tau mau minta tolong sama siapa." jawab Atri gemetar.

Gue kaget seratus persen. Baru tadi sore gue minta maaf sama dia ngga sengaja nabrak dia. Dan sekarang dia kecelakaan? What happen?

"yaudah gue siap-siap dulu, lo tunggu disini." ujarku dan cepat-cepat ganti baju. Setelah itu, aku dan Atri segera ke TKP.

Aku kaget banget pas lihat di tempat kejadian itu banyak banget tim kepolisian dan ambulans. Pertanyaan yang muncul dalam benakku adalah 'Raissa dimana?'

"terus? Raissa mana?" tanyaku tanpa basa basi.

"disitu." tunjuk Atri. Benar saja, disana ada Raissa yang tengah berbaring, dan disampingnya ada seorang cewek yang lebih tua dari kami sedang menangis.

"itu siapa At?" tanyaku sambil berjalan.

"itu Kak Lisa, kakaknya Raissa." jawab Atri lalu mempercepat langkahnya, begitu juga denganku.

Setelah sampai disana, aku langsung membantu kakaknya Raissa untuk memopong tubuh Raissa masuk ke dalam ambulans. Sebenarnya aku bisa saja menghubungi teman-temanku yang cowok, tapi kakak Raissa ngga mau adiknya itu dipegangi cowok. Segitunyakah?

Setelah ambulans yang membawa Raissa pergi, aku dan Atri langsung menyusul ke rumah sakit menggunakan mobil Atri, sedangkan kakak Raissa ikut ke dalam ambulans.

Tidak butuh waktu lama, aku dan Atri sampai di rumah sakit dan segera menunggu di depan ruang UGD. Aku melirik jam tangan, pukul 21:30.

"keluarga nona Raissa?" tanya seorang dokter perempuan berkacamata.

Kak Lisa berdiri, diikuti aku dan Atri.

"saya kakaknya dok." ucap Kak Lisa gemetar. Aku sangat prihatin.

"nona Raissa tidak terlalu mengkhawatirkan. Lukanya pun tidak ada yang parah. Cuma kakinya di gips untuk beberapa hari, besok sudah boleh pulang." ujar sang dokter.

"huuhhh... makasih dokter." ucap Kak Lisa. Kami menghembuskan napas lega mengucap syukur.

"yaudah sekarang gue balik duluan ya, At, kak. Soalnya besok ada matkul pagi." pamitku.

"makasih ya Kim. Kalo ngga ada kamu mungkin Raissa ngga bakal ada disini." ujar Kak Lisa. Duh, nggak enak jadinya.

"iya kak ngga apa-apa. Kalo gitu gue duluan ya At." pamitku sekali lagi. Atri mengangguk.

"iya, hati-hati ya Kim." aku hanya mengangguk dan segera beranjak dari sana.

°°°

Setelah matkul selesai, aku memasuki area kantin yang isinya sudah sesak. Aku mengambil tempat yang kosong dan memesan thaitea dan mie ayam. Setelah itu, aku fokus dengan handphone.

"hai Kim." sapa seseorang. Sontak aku menoleh.

"eh, hai At. Raissa udah baikan?" tanyaku spontan.

"udah lebih baik sih, sebenernya dia pengen masuk kuliah hari ini. Cuma gue sama Kak Lisa larang dia." jawab Atri lalu duduk di depanku. "kok tumben lo sendirian?" tanyanya.

"Dani sama Iyan ada kelas. Kalo Fiko sama Bobby ngga ada matkul pagi." jawabku. Atri ber-oh ria.

Beberapa saat aku melihat Atri terdiam. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dia ngga berani bilang.

"Atri? lo kenapa? Pengen ngomong sesuatu?" tanyaku menebak.

"eehh... Ng.. Nggak kok, oiya gue balik duluan ya. Mau nengok Raissa soalnya." ujarnya sedikit gelagapan, aku makin heran, tapi aku mengangguk. Aku rasa ada sesuatu yang disembunyikan Atri. Tapi apa?

Setelah makan siang aku segera mengendarai motorku menuju secret. Tempat teman-temanku berada. Di perjalanan entah kenapa, aku kepikiran Raissa. Kenapa yah?
















Maaf kalau pendek, ntar update..
VOTE YES! YOU NUMBER ONE!

Really Love? [gxg] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang