Kumpulan bintang yang selalu mengiringi tidur ku, mereka berdoa dan mengharapkan aku tidur nyenyak.
Setelah melepas rasa lapar, aku beranjak dari kursi putih yang selalu ku duduki saat sedang makan. Aku berjalan menuju kamar ku. Seperti kemarin, appa juga belum bisa bergabung dengan makan malam kami. Ia masih di luar kota, mengurus pekerjaan nya sebagai direktur utama di sebuah perusahaan. Perusahaan milik keluarga kami.
Lagi-lagi, pikiran ku terfokus pada appa. Sebenarnya aku benci memikirkan tentang dia.
Aku dan eomma terkadang hanya bisa makan malam bersama dengannya 1 kali dalam seminggu, bahkan tidak pernah.
Sambil berbaring, aku berusaha menjernihkan pikiran ku. Aku berbaring cukup lama. 2 menit aku habiskan hanya untuk berbaring. Pada akhirnya aku beranjak menuju meja putih di samping ranjang.
Tepat di depan meja tersebut, terdapat kursi kayu yang terlihat manis. Aku duduk dan mulai menatap ke arah rak yang berada tepat di sebelah kiri meja putih.
"Ah, merch Bangtan. Kapan aku bisa mengikuti fansign?" gumam ku menatap setiap sudut rak kayu tersebut.
"Sepertinya tidur akan lebih baik," ucap ku yang di sertai langkah gontai menuju ranjang.
Tak lupa sebelum tidur, aku menatap ke arah jendela dan bergumam,
"Bintang-bintang, tolong pertemukan aku pada Bangtan, Makasih," kalimat tersebut adalah kalimat terakhir yang aku ucapkan sebelum benar-benar terlelap dalam tidur nyenyak. Bukan mati:)
- - - - -
Kembali lagi di pagi hari.
Dentingan alarm lah yang telah membuat ku terbangun. Dibantu juga oleh sinar matahari yang menyelinap masuk ke dalam kamar ku lewat jendela.
Tanpa banyak basa-basi, aku pun turun dari ranjang dan menyiapkan pakaian untuk ku pakai ke kampus. Selalu dengan pakaian simple dan tak lupa di padu dengan cardigan.
Merasa telah menghabiskan banyak waktu hanya di satu tempat, aku pun mulai beranjak menuju kamar mandi. Untuk apa? Tentunya untuk mandi.
Setelah lewat 15 menit, aku keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang rapi, namun belum berdandan.
Dengan segera, aku duduk di kursi yang berada tepat di depan meja rias. Hari ini aku tak memakai tas punggung, melainkan tas selempang. Mata kuliah untuk hari ini pun tak terlalu banyak.
- - - - -
Ternyata bis sudah menunggu di halte. Aku tak tau bis itu sudah menunggu berapa lama di situ, yang jelas beberapa detik setelah aku masuk bis langsung berangkat.
Bis tersebut sampai dengan selamat di halte tujuanku. Aku turun dan berjalan ke gerbang kampus. Kali ini, tidak ada lagi gerombolan manusia seperti kemarin.
Setelah bersusah payah menaiki beberapa anak tangga, akhirnya aku sampai di kelas. Kondisi kelas belum terlalu ramai dan tentunya dosen juga belum berada di kelas.
Aku duduk di kursi ku. Pada awalnya aku hanya mendengar musik, tapi perhatian ku teralihkan oleh keributan di luar kelas.
"Aaa Oppa!" terdengar teriakan para ciwi-ciwi.
Kali ini, aku mencoba untuk menguasai tubuh ku sendiri. Ku tepis semua rasa malas dan mager dalam list ku hari ini. Karena itulah aku keluar melihat keramaian.
"Berisik banget sih!" gumam ku diiringi langkah kecil keluar kelas.
Persis seperti kemarin pagi, pusat perhatian selalu dikerumuni oleh orang-orang. Kali ini aku berusaha menyelinap dari celah-celah yang tersisa. Dengan penuh susah payah, aku berhasil berdiri di antara kerumunan orang-orang ini.
"Permisi, aku mau lewat," ucap lelaki tersebut. Ia tidak berteriak, tapi ia hanya menunduk. Untuk beberapa saat aku terdiam memandang lelaki tinggi tersebut.
Sekarang aku tau alasan gadis-gadis ini histeris. Lelaki yang mereka kerumuni sedari tadi itu adalah salah satu member IKON, Koo Jun-Hoe. Awalnya aku ingin berteriak bersama mereka, namun setelah ku perhatikan beberapa saat, sepertinya Junhoe terlihat tidak nyaman dengan perlakuan ciwi-ciwi ini.
Pada akhirnya, aku berani bersikap bodoh. Aku mengeluarkan masker hitam dari kantong rok ku dan dengan cepat ku gantungkan di kedua telinga ku.
Tanpa banyak bicara, aku berlari ke arah Junhoe dan menggenggam pergelangan tangannya.
"Permisi semua! Saya manajernya Junhoe, mohon berikan jalan untuknya, ia juga harus ke kelas," teriakan tersebut adalah paksaan. Aku juga manusia, setidaknya aku bisa merasakan yang di rasakan olehnya. Ditarik-tarik orang, pasti tidak nyaman.
Mereka pun memberikan jalan untuk kami dan mulai bubar dari kerumunan. Sedangkan aku? Aku sedang menarik idol ini ke tempat yang lebih sepi. Aku pun tak tau bagaimana reaksi darinya.
Sampailah kami di salah satu koridor belakang gudang. Tempat yang sangat sepi, pas untuk menyembunyikannya.
"Ma-maaf, maafkan aku. Aku memang tidak sopan," ucap ku sambil terus membungkuk kan badan berkali-kali. Ia hanya menatap kosong ke arah ku.
"Sekali lagi..maaf,"
"Gwaenchanha. Makasih," ujarnya sembari menepuk pelan punggung ku yang masih menunduk. Bodoh, Miyoung memalukan. Aku malah menunduk di saat seperti ini.
Kalimatnya membuat tubuh ku berdiri. Seketika aku berdiri tegak dan melepas masker ku. Dan untuk kesekian kalinya aku menunduk lagi.
"Ah, terima kasih kembali,"
Entah ini hanya mimpi atau apa, tapi aku benar-benar merasa sentuhan darinya di pipi ku. Aku terdiam di tempat, benar-benar mematung. Bahkan seorang Miyoung yang selalu ceroboh ini tak bisa berkata-kata lagi.
"Siapa namamu? Aku benar-benar berterima kasih. Sebelumnya tidak pernah ada wanita seperti kau. Kau pemberani," katanya.
Masih mematung. Aku tak tau harus bicara apa.
Seketika aku jatuh berjongkok di hadapannya. Melipat kaki dan menenggelamkan kepalaku diantara lipatan kaki. Kenapa dia tiba-tiba seperti itu padaku? Apa itu fanservice? Tidak, aku bukanlah fansnya, maka dari itu aku berani menariknya kesini.
"Hei, maaf. Siapa namamu?" tanya lelaki tampan ini padaku.
"Jung Mi Young. Panggil saja Miyoung," menjabat tangan Junhoe dengan segala keberanian.
"Koo Jun-Hoe. Junhoe atau June, panggil aku jika kau butuh," ucapnya yang disertai gerakan naik turun tangan nya. Kami berjabat tangan.
TRRIING
Tentu saja itu bel mulainya pelajaran pertama. Spontan aku melepas jabat tangan kami dan kembali menunduk.
"maaf, bila kau masih ada kepentingan denganku, aku di kelas**" ucap ku di sela-sela kegiatan menunduk. Ia hanya mengangguk sedangkan aku berusaha menyembunyikan masker hitam yang tadi ku pakai.
Aku berlari menuju kelas. Di perjalanan menuju kelas, aku bertemu dengan dosen yang akan mengajar di kelas ku. Dengan sisa tenaga ku, aku berlari sangat kencang bahkan telah mendahului dosen tersebut.
Tepat di tikungan koridor, aku mulai berjalan santai. Ia tampak sudah jauh dari tempat aku berdiri dan itu membuat ku sedikit tenang.
Intinya, hari ini adalah hari yang lumayan spesial untuk ku. Mungkinkah ini pemanasan sebelum bertemu Jimin? Ya, semoga saja begitu.
This is the beginning of all my special days.
- - - - -
N: kalo ga tau artinya cari di gugel translate aja:> [vote+share+komen+follow]
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose⋆jímín⋆
Fanfiction"Aku akan memilih apabila kedua pilihan tersebut tidak akan ter sakiti di akhir cerita. Jujur, aku butuh mereka dan tak ingin membuat mereka kecewa. Aku hanya ingin kebahagiaan di masing-masing pribadi kami. Maka dari itu, untuk kali ini saja aku ta...