Fun

8 3 0
                                    

  Sinar matahari yang selalu setia bersamaku, selalu menyelimuti ku dengan kehangatan nya.

   Lima hari setelah kejadian hari itu, Ju Ne dan aku mulai dekat. Kami sering bermain bersama di jam kosong atau pun jam istirahat. Koridor belakang gudang adalah tempat terbaik bagi kami.

  Saat ini aku masih di dalam bis. Bis yang akan turun di halte kampus ku.

  Kalian tahu? Aku ingin libur lagi. Menurutku 2 hari sangat singkat. Bahkan, selama libur akhir pekan ini aku belum mengerjakan apa-apa. Termasuk jalan-jalan.

"Dia menelepon?" ucap ku setelah melihat layar ponsel. Benar-benar mengganggu. Dasar anak itu, aku sedang mendengar lagu dia malah menelepon.

"Yeoboseyo,"

"ah..ya sudah kau masuk duluan saja. Aku masih sedikit lama.."

"Jangan menunggu ku, --tut--tut--" ucap ku mengakhiri panggilan telepon tersebut. Tentu kalian tahu itu dari siapa. Ya, itu Ju Ne.

- - - - -

  Aku melepas earphone dan segera turun dari bis. Perjuangan ku tak berhenti di situ, aku harus naik lagi menuju kelas ku. Melelahkan bukan? Karena itu aku agak malas dan jarang ke kantin.

  Koridor belakang gudang adalah salah satu tempat strategis untuk kami bermain. Letaknya sangat dekat dengan kelas ku dan sangat jarang ada orang yang lewat koridor tersebut. Lagi pula koridor ini menuju tembok yang halus nan bersih. Yang berarti buntu. Tentunya tidak ada orang yang mau menghabiskan tenaganya hanya untuk menyusuri koridor ini, kecuali orang bodoh seperti kami.

  Jujur saja, yang selama ini mereka bilang kalau Junhoe adalah seorang idol yang kasar dan tidak nyaman dengan keberadaan fans hanyalah kebohongan. Dia sangat baik. Bahkan selalu perhatian.

  Di koridor depan ruangan rektor, aku melihat Ju Ne yang nyaris masuk ke dalam kelasnya. Yah, kelasnya bersebelahan dengan ruangan rektor.

  Aku ingin saja berteriak memanggil namanya dengan bangga. Seakan mengatakan, " INI TEMANKU, SEORANG IDOL! " Tapi tidak bisa. Karena ia memiliki banyak fans di sini.

  Ju Ne adalah mahasiswa pindahan dari universitas lain. Dia baru bergabung dengan kampus ini seminggu yang lalu. Tepatnya hari dimana aku melihat kerumunan manusia di depan gerbang waktu itu.

  Dengan perasaan tidak enak, aku melewati depan kelasnya begitu saja. Sejauh ini aku belum merasakan perasaan yang lebih terhadap Ju Ne. Ia masih kuanggap sebagai 'teman baru".

- - - - -

  Jam istirahat pun tiba.

  Para mahasiswa berhamburan keluar kelas dengan wajah yang segar nan gembira. Tentu saja, jam ini adalah jam spesial bagi mahasiswa yang terlalu bosan dengan dosen. Begitu pun aku. Wajar halnya jika pelajar sangat menyukai jam istirahat.

  Seperti hari sebelumnya, aku selalu membawa bekal dari rumah untuk ku makan bersama Ju Ne di jam istirahat. Ia juga begitu. Terkadang kami saling barter makanan. Tak ketinggalan, ia juga selalu membawa topik-topik yang menurutku tidak penting.

"Hai," sapa ku pada Ju Ne yang sudah duduk manis di lantai koridor. Ia hanya melempar senyum simpul ke arah ku.

"Cepat duduk," perintahnya untuk ku. Aku pun mengikuti instruksi dari nya dan segera mengambil posisi duduk di hadapan nya.

  Hari ini Ju Ne tampak beda. Dia membawa satu tas yang berukuran agak kecil di samping kanan nya.

"Kenapa matamu melihat ku terus?" tanya Ju Ne dengan nada ge-er nya. Hal itu berhasil membuatku tertawa.

Choose⋆jímín⋆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang