02

876 135 23
                                    

Xiao Zhan menghapus air matanya dan tersenyum. "Jangan takut, aku ini dewa. Aku tidak akan menyakitimu."

"Dewa? Dewa apa? Bagaimana kamu sampai di sini?"

"Tentu saja terbang."

"Jangan berbohong padaku. Kamu pasti pencuri. Aku harus memanggil polisi." Wang Yibo dengan marah menunjuk ke objek itu.

"Apa itu polisi? Apa artinya pencuri? Aku bukan pencuri, aku dewa. Namaku Xiao Zhan." Xiao Zhan berdiri dan berjalan menuju Wang Yibo.

"Menjauh. Kamu pikir aku anak tiga tahun. Omong kosong. Jika kamu benar-benar seorang dewa, maka buktikan. Tunjukkan kemampuan terbangmu." Wang Yibo menantangnya.

"Mudah." Xiao Zhan tersenyum dan melompat. Tapi bukannya melayang malah kakinya jatuh lagi menginjak tanah. Dia mencoba lagi dan lagi-lagi gagal. "Celaka, kenapa aku tidak bisa terbang."

Dia lalu mengarahkan tangannya dan mencoba mengangkat pot bunga yang ada di depannya, tapi pot itu tidak bergeming.

Mata Xiao Zhan membesar menunjukkan ekspresi panik. "Kenapa kekuatanku hilang?"

"Dasar sakit jiwa. Beraninya kamu menyusup ke rumahku dan mengarang cerita aneh seperti itu." Wang Yibo membentaknya.

Xiao Zhan menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan mengerucutkan bibirnya, siap untuk menangis. "Aku benar-benar seorang dewa."

"Aku memberimu kesempatan untuk pergi dari sini sekarang juga, atau kau akan kulaporkan ke polisi." Wang Yibo menatapnya dengan tatapan aneh sebelum berjalan ke dalam rumahnya. Dia membanting pintu di belakangnya, meninggalkan si dewa yang tengah kebingungan itu. Xiao Zhan merasa sedih atas reaksinya. Dia tidak pernah tahu bahwa manusia bisa sedingin ini. Dia pikir manusia semua baik seperti dewa. Tapi pria yang ditemui Xiao Zhan ini benar-benar tidak berperasaan dan tidak sopan. Dia bahkan tidak membiarkan Xiao Zhan masuk.

Xiao Zhan berjongkok ketika dia memeluk lututnya dan terisak. "Ayah, Xun Xian Ge, Wu Chen, Zhan-zhan takut."




Keesokan harinya

Wang Yibo terbangun oleh suara nyaring ponselnya. Tangannya meraba-raba meja samping tempat tidurnya, dia mengambil benda itu dan menekan tombol jawab.

"Halo?" dia bertanya, suaranya parau.

"Di mana kamu, kawan?" dia mendengar suara sahabatnya bertanya dari ujung telepon, "Kita ada pertemuan penting dengan model hari ini. Apa kau ingat?" lelaki itu mengingatkannya.

"Ya, aku tahu, kamu pasti tidak sabar untuk melihat model-model sexymu itu, kan." Wang Yibo bernada ketus.

Seungyeon, temannya, tertawa di seberang sana, "Sialan! Ngomong-ngomong, kamu pasti datang atau tidak?"

Wang Yibo menghela nafas, "Aku akan ke sana sebentar lagi, sampai jumpa."

Dia menutup telepon dan melemparkannya ke ranjang.

Terlalu dini di pagi hari untuk menerima pekerjaan ini. Tetapi dia bersyukur bahwa setelah ini dia bisa mengambil off selama seminggu sehingga dia bisa tidur sepuasnya nanti. Wang Yibo bangkit dari ranjang dan mengambil handuknya. Dia akan berjalan ke kamar mandi tapi kemudian berhenti. "Rasanya aku melihat pria aneh tadi malam. Atau itu hanya mimpiku. "

Wang Yibo lalu berjalan ke jendela dan mengintip ke luar jendela. Tidak ada apa-apa di sana.

"Hm .. Mungkin kemarin aku hanya bermimpi." Pikir Wang Yibo dan ketika dia hendak berbalik ke kamar mandi, tiba-tiba dia mendengar sesuatu menabrak jendela. Wang Yibo berbalik dan tersentak. "Wooaaa ..."

Fallen AngelWhere stories live. Discover now