1O

5.3K 925 11
                                    

renjun berjalan santai di koridor, kedua pasang earphone terpasang di telinganya.

hampir saja ponsel di tangan renjun terpental saat sebuah lengan mengukung lehernya.

"selamat pagi renjun hyung!"

renjun menoleh, menyerngit bingung saat tau siapa yang baru saja memanggilnya, "hyung?"

chenle tersenyum lebar sebelum melepas lengannya dari bahu renjun. "iya, renjun hyung?"

kerutan di kening renjun makin dalan, yang membuatnya bingung adalah, ia dan chenle satu angkatan bahkan satu kelas, kenapa chenle memanggilnya 'hyung?

chenle ngehela nafasnya. "aku sampai lupa kamu anak baru, padahal semua murid disini tau."

"iya, sebenernya chenle satu angkatan denganku, tapi karena otaknya yang encer itu dia jadi mendahului ku."

itu bukan chenle, tapi jisung yang tiba-tiba datang entah darimana.

renjun mengangguk paham, dia baru tau itu. "tapi jangan panggil aku 'hyung, panggil renjun saja, lagipula kita hanya selisih satu tahun."

"okay—"

"BAAAA!!!"

"aAAa kamjagiya," chenle memegang dadanya yang seakan akan hampir saja melompat dari tempatnya.

renjun sama kaget nya, hanya saja dia tak seheboh chenle.

"yak! bagaimana jika aku terkena serangan jantung huh?!" cerca chenle pada si pelaku—lee jeno.

sedangkan jeno hanya tertawa terbahak, menampilkan sepasang eye smile nya.

"hahaha, okay maaf maaf," jeno menyeka air di sudut matanya, lalu melirik renjun yang sedang menatapnya sejak tadi. "hey, renjun." lalu jeno tersenyum lagi.

tolong jelaskan mengapa renjun merasa darahnya berdesir hangat saat ini, dan mengapa ia selalu merasa de javu?

tiba-tiba tiga siswi datang menghampiri mereka, tidak lupa senyum yang menghiasi wajah mereka saat menatap lee jeno.

"hai jeno!"

"selamat pagi jeno-ya~"

"halo jeno!"

jeno hanya tersenyum menanggapi, "ya, pagi~"

lalu detik berikutnya, ketiga gadis itu memekik tertahan saat jeno balik menyapa sambil tersenyum manis—walaupun hal itu sudah sering jeno lakukan karna ia adalah orang yang ramah. sedangkan chenle hanya memutar bola matanya malas saat melihat pemandangan membosankan di depannya—bagaimana bisa ketiga siswi itu hanya menyapa jeno sedangkan ada dia, renjun dan juga jisung disini?!

"hey, aku duluan ya!" lalu lee jeno berlari pergi sembari tersenyum dan melambaikan tangannya ke dua temannya—lebih tepatnya, ke renjun.

sedangkan renjun bertanya-tanya dalam hati,

tidak mungkin lee jeno 'kan?

Hey, Mr. Unknown! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang