tangan pemuda manis itu menyusup masuk ke sela sela rambut pemuda tampan, membelainya dengan lembut, sesekali menabrakan pandangan satu sama lain dengan sudut bibir terangkat.
keduanya berbatin merasa bersyukur karna memiliki satu sama lain, mencapai perasaan yang dulu hanya angan angan.
mereka berdiam beberapa menit dengan kepala jeno di paha renjun.
"lee jeno, aku punya pertanyaan," renjun membuka suara memecah keheningan, membuat atensi pemuda di hadapannya mendongak.
"apa? tanyakan saja, sweetheart." lalu tersenyum jahil.
renjun memerah, "apa apaan itu?"
"tentu saja panggilanku untukmu, masa kau lupa?"
dasar lee kardus jeno, jelas akan terasa berbeda bagi renjun.
"eum, bagaimana kau memilih orang sepertiku? maksudku, menyukai pemuda yang bahkan dianggap remeh satu sekolah," ujar renjun dengan kekehan miris di akhir kalimat.
"hey dengar," jeno ngisyaratkan agar renjun menatapnya. "aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangmu, aku adalah orang yang tidak akan terpengaruh dengan ucapan orang lain yang belum tentu benar, termasuk tentangmu. entah seberapa banyak gosip dan fakta yang beredar tentangmu, aku tetap yakin bahwa kau bukan orang yang seperti mereka ucapkan."
renjun merasa terhenyuk saat mendengar tuturan jeno—namun bukan itu jawaban yang sebenarnya ingin renjun dengar.
"lalu, bagaimana kau bisa-menyukaiku? jujur, aku masih tidak percaya lee jeno menyukaiku, aku sedikit ragu tentang-hubungan ini," ucap renjun menunduk menatap ke arah lain, enggan menatap mata pemuda di hadapannya.
hening beberapa detik, sampai renjun terpaksa menoleh karena tekuknya ditarik pelan oleh pemuda di hadapannya—yang entah sejak kapan sudah merubah posisi menjadi duduk—menariknya lebih dalam sampai kedua belah bibir mereka bertemu.
jeno memejamkan matanya, sedangkan renjun masih syok karna ciuman tiba-tiba ini. namun renjun yang mulai mengerti maksud jeno, mulai ikut memejamkan matanya.
tidak ada nafsu di ciuman mereka, hanya menempel—seolah-olah memberitahu perasaan tulus masing-masing.
sebelum menyudahinya, lee jeno membasahi bibir manis renjun sekali lagi, mengecap rasa manis alami yang akan menjadi favoritnya.
"hey, kau tahu? dulu, aku juga menyukai seseorang," jeno menjeda, menatap renjun yang masih merona merah—lantas tertawa kecil. "tapi aku gagal menjaganya."
"bagaimana bisa?" tanya renjun spontan.
jeno beralih menerawang jauh ke arah atas—menatap langit, "ia dibully, jauh sebelum kita berpacaran. saat itu, aku tidak tahu kalau ia dibully, aku begitu bodoh," jeno terkekeh pelan, namun tersirat sorot sendu di matanya—ia terpuruk.
"sampai suatu saat, ia dibully habis-habisan lalu jatuh dan kepalanya terbentur."
"apa dia baik-baik saja?"
jeno tersenyum tipis, "dia koma."
renjun menutup mulutnya, menatap jeno tidak percaya.
"dulu kita pernah berjanji, bahwa saling percaya satu sama lain dan tidak akan pergi tanpa pamit," ujar jeno lagi. "aku percaya saat itu, aku percaya ia akan membuka matanya lagi—tapi..ia memilih tetap memjamkan matanya, memilih tidur untuk selama-lamanya, pergi meninggalkanku tanpa pamit."
kalimatnya tertahan di tenggorokan, dadanya sesak mengingat hari itu, "aku..a-aku—"
"sudah-sudah, tidak apa-apa..aku disini," renjun mengusap lembut kepala belakang jeno, mendekap erat pemuda itu di dekapannya, berusaha memberikan ketenangan.
pertahanan jeno runtuh, air matanya lolos begitu saja, ia mengalungkan lengannya pada pinggang renjun, mempererat pelukannya sekaligus menyalurkan emosinya yang meluap-luap.
setelah dirasa isakan jeno mereda, renjun melepaskan pelukannya, mengusap pipi jeno yang basah karna air mata.
sungguh, jeno terlihat lucu dengan air mata tersisa di matanya dan jangan lupakan hidungnya yang merah. ingatkan renjun agar tidak tertawa karna momen nya yang sangat tidak tepat.
"hey, would you be promise with me?" jeno menempelkan keningnya dengan kening renjun. "don't go, don't leave me for the second time, please. aku menyukaimu, aku tidak ingin kehilangan lagi, aku berjanji akan melindungimu."
renjun tersenyum, meraih tekuk tegas jeno, mengecup bibir tipisnya singkat. "tentu saja, aku berjanji jeno-ya. terimakasih..terimakasih telah menyukaiku."
jeno ikut tersenyum, saling menatap dengan jarak yang minim, saling bertukar nafas masing-masing.
perlahan tapi pasti, mereka mengikis jarak masing-masing, saling memejamkan mata, namun seseorang yang tiba-tiba datang mengejutkan mereka, reflek renjun mendorong tubuh jeno menjauh.
"apa yang kalian lakukan disini?" tanya penjaga sekolah penuh selidik.
kedua pemuda itu saling melempar pandangan.
"jam pulang sekolah sudah lewat sejak tadi, kalau mau berbuat mesum lebih baik jangan di sekolah," ujar si penjaga.
dengan tergesa kedua pemuda itu berberes, lalu bergegas pergi turun dari rooftop setelah menunduk mengucapkan kata maaf pada penjaga sekolah.
setelah dirasa sudah jauh dari sana, mereka saling melempar tawa—dengan tangan yang saling bertaut.
kini, tidak ada lagi keraguan diantara keduanya.
semuanya akan baik-baik saja jika kita tetap bersama.
langit cerah di sore hari menjadi saksi bisu resminya hubungan dan juga perasaan mereka.
- e n d -
a/n
allhamdulillah..akhirnya selese ugha.
pas edit bio aku kaget ternyata nyelesain book ini cuma sebulan, padahal aku ngerasain nulis ini tuh lamaaaa banget 😁😂
pokoknya makasih buat kalian yg udah baca sampe akhir, ninggalin vote, komen, dan makasih juga yg sider, tanpa kalian aku gk bakal bisa sampe sejauh ini. sayang banget sama kaliaaann pokoknyaa♥♥♥
maaf juga buat keterlambatan update selama ini, maaf kalo chapnya pendek (aku lupa ingetin ini bakal shortstory ):), maaf kalo endingnya gak sesuai ekpetasi kalian ya )): jujur aku sendiri udah cukup puas sama endingnya, sesuai sama apa yang aku pengen dari awal.
so, sampai jumpa di lain waktu dan sampai jumpa di book aku lainnya! ✨
salam sayang,
—pay♪
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Mr. Unknown! ✓
Fanfictionft. noren ╰ tentang renjun yang mempunyai penggemar rahasia. #4 in jenoxrenjun [21.01.03] #8 in jenorenjun [21.01.03] start : Nov '19 finish : Des '19 [revisi✔] warn! bxb; bahasa; R15