12

5K 902 3
                                    

pemuda manis itu duduk termenung di bangku taman yang terdapat jauh di pinggir lapangan, menatap serius ke satu titik, lalu memikirkan banyak hal yang menurutnya tidak masuk akal.

"tidak mungkin 'kan," pemuda itu bersuara setelah beberapa menit menutup rapat mulutnya. "tidak mungkin 'kan lee jeno?"

renjun hanya masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri, biasanya pemuda itu sulit jatuh cinta, tapi mengapa sejak hari itu, sejak dirinya ditarik-tarik oleh chenle ke kantin dan bertemu pemuda tampan dan populer di sekolahnya itu, ia merasa sesuatu yang aneh pada dirinya?
tidak biasanya ia seperti ini, bukan hanya hari itu ia bertemu dengan lelaki tampan, lalu mengapa harus lee jeno?

entahlah, renjun merasa bahwa jeno sangat familiar, cara bicaranya terutama.

pemuda itu—lee jeno—sedang bermain bola basket di lapangan outdoor, lengkap dengan para fans yang mengerubungi pemuda itu.

renjun seketika mengalihkan pandangannya saat matanya tidak sengaja bertabrakan dengan mata lee jeno. masalahnya, jeno justru melemparkan senyum padanya, dia tidak suka itu, dia tidak suka melihat eye smile pemuda itu yang membuatnya jatuh lebih dalam ulah lee jeno si populer.

"renjuuunn~!"

terlihat pemuda zhong yang sedang berlarian ke arah renjun lengkap dengan cengiran khasnya yang tidak pernah terlupakan.

renjun tersenyum tipis, semenjak hari dimana orang misterius itu memberikan bekal lewat perantara chenle, ia jadi dekat dengan pemuda zhong, tentu saja ia senang. terlebih lagi chenle adalah orang cina, sama sepertinya.

tapi detik selanjutnya, senyum manis di bibir renjun luntur saat mendengar bisik-bisik di sekitarnya—ah ralat, omongan orang-orang di sekitarnya.

"hey, itu zhong chenle? aku tidak salah liat 'kan? mengapa ia akrab dengan renjun? sejak kapan?"

"kau tidak tahu? mereka mulai akrab akhir-akhir ini. cih, menyebalkan."

"kukira renjun itu anti sosial."

"kurasa ia sengaja mendekati anak seorang pemilik yayasan sekolah ini."

"cih, dasar matre."

"ku yakin chenle hanya dimanfaatkan."

"kasian chenle."

renjun diam, menautkan jari jari mungil nya, menunduk dalam saat tatapan-tatapan tajam orang disekitar terasa akan menusuknya dalam-dalam, menahan mati-matian air yang memaksa meloloskan diri keluar dari matanya.

chenle tentu saja sadar itu, dia bisa saja membiarkan orang-orang itu bungkam seketika dan tidak menggunakan mulutnya sembarangan lagi, tapi itu nanti, karna renjun lebih penting menurutnya sekarang.

"gwaenchana, aku itu temanmu, dan kamu temanku. tidak perlu mendengar perkataan dari mulut-mulut sampah di sekitarmu. aku sangat tau kamu tidak seperti itu, renjun-ah."

lalu pelukan hangat di dapat renjun setelahnya.

Hey, Mr. Unknown! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang