pertemuan dengan pria idaman

5.8K 124 3
                                    

Jam kerja sudah habis dan aku membereskan barang-barang yang berantakan disebabkan oleh konsumen, lalu membersihkan diri dan mengganti ke pakaian biasa. Menyusuri lorong menuju pintu keluar ternyata aku masih mencuri perhatian setiap orang yang berpapasan denganku.

Aah ... entahlah, mungkin memang ada yang salah denganku. Aku berjalan menundukkan wajah karena begitu malu, dipandangi dengan seksama oleh orang lain ternyata membuat tak nyaman. Akupun berlari dengan tergesa hanya karena ingin menghindari tatapan yang mengerikan bagiku.

Sesampainya di halte Bis, aku duduk menanti bis  kearah tujuanku. Namun lagi-lagi, setiap orang memandangiku dengan pandangan yang entah lah. Hingga seorang pria tampan duduk disebelahku tanpa sungkan. Membuatku menggerakan badanku kesamping. Melihatku bergeser pria itu menatapku tajam. Ach salah lagi niih, pikirku.

"Saya enggak jahat koq mbak!" Ucapnya membuatku melirik kearahnya.

"Kamu ... Kamu ngomong dengan saya?" Tanyaku tergagap.

"Emangnya disamping saya selain mbak ada lagi?" Tanya yang menjengkelkan keluar.

"Ough, maaf." Jawabku.

Lalu aku menyibukkan diri dengan bermain game di ponselku. Hingga ada Bis yang berhenti tepat di depan halte, dan itu bis yang ku tunggu. Aku berlari kecil menuju Bis dan menaikinya, untung saja penumpang hari ini tak begitu ramai jadi leluasa duduk dimana saja. Baru saja kusandarkan punggungku dengan nyaman seseorang duduk disebelahku. Ternyata ...

"Hei ... cantik, jumpa lagi kita." Sapa seorang pria. Setelah ku melihatnya ternyata ...

"Kamu, kamu mengikuti aku?" Tanyaku spontan.

"Hai Nona ... ini aku mau pulang. Kereta sedang mengalami keterlambatan yang cukup lama, maka akupun memilih naik Bis." Ujarnya membuatku sedikit malu.

Untuk mengalihkan perhatianku, aku kembali bermain game. Saat tengah asyik bergame ria, tangan kekar itu di sodorkan dihadapanku. Aku menoleh kearahnya,

"Aku Iwan, tinggal di ***, kalau boleh kenalan dong?" Sambil menyodorkan lebih kedepan tangannya.

"Sansan." Jawabku singkat tanpa bersalaman dengannya.

"Kamu takut ya dengan saya?" Tanyanya mengelitik, lalu ku lihat tangannya ditarik kembali.

"Enggak biasa aja." Ujarku.

"Oooo ... Kamu kerja di Mall M*** ya, sudah lama kerja disana? Koq saya enggak pernah liat kamu ya?" Tanyanya sedikit membuatku terkejut.

"Emangnya Bapak kerja di M*** juga ya?" Tanyaku serius.

"Baru dipindah tugaskan sih." Jawabnya membuat ku mengingat-ingat seseorang.

"Ooo Bapak manager pemasaran yang baru ya?" Tanyaku lagi.

"Iya, koq kamu tahu?" Ucapnya yang membuatku geli.

"Ya tahu lah Pak, saya kan bawahan Bapak."  Timpalku.

Lalu kami bercerita tentang banyak hal, diluar dugaanku kami bisa akrab dengan cepat. Hingga aku sudah sampai pada tujuan, aku berpamitan padanya.

****

Setelah pertemuan pertama, kami jadi sering mengobrol pada saat makan siang. Pulang pun sering sekali kebetulan dalam satu Bis. Kedekatanku dengan pak Iwan membuat sebagian karyawati cemburu padaku. Mereka bersaing memperebutkan perhatian Pak Iwan yang mempunyai jabatan. Sedangkan aku, tak begitu memperdulikan apapun yang terjadi diantara persaingan karyawati.

Sore ini sepulang kerja, aku membersihkan kontrakanku yang lumayan kotor oleh debu-debu. Saat bebersih aku membongkar Tas kerjaku untuk membuang apa yang tak lagi di pakai. Saat aku menemukan tisu yang pernah diberikan oleh sebapak di dalam Bis, ingin aku membuangnya. Saat aku akan melemparkan tisu ini, tercium harum yang semerbak namun lembut aromanya. Akhirnya ku lipat dan memasukannya ke dalam plastiknya lagi.

Tisu pengasihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang