04

9.7K 1.3K 151
                                    

Tok, tok, tok. Bangchan seketika mengalihkan pandangannya dari laptop, saat mendengar suara pintu ruangannya diketuk.

"Masuk," ucap Bangchan.

Tak lama pintu ruangannya terbuka, menampakan seorang gadis dalam balutan rok span berwarna krem selutut, serta kemeja warna baby pink.

"Aku kira kau tidak akan datang." Ucap Bangchan sembari tersenyum, pada gadis yang tak lain adalah Lyla itu.

"Eum, karena Bapak atasan ku, bukankah keterlaluan kalau aku tidak menuruti perintah mu?"

"Yah, padahal kau pasti tahu aku memanggil mu bukan untuk membahas soal pekerjaan."

Lyla hanya diam tidak merespon. Tubuhnya pun enggan untuk memasuki ruangan Bangchan lebih dalam. Jadi dia hanya berdiri di ambang pintu.

"Masuklah, kalau orang lain lihat tidak enak." Kata Bangchan. "Jangan lupa tutup pintunya."

Lyla akhirnya menuruti titah Bangchan, untuk masuk dan menutup pintu, meskipun dia tetap tidak beranjak dari depan pintu.

"Apa yang mau Bapak bicarakan?" tanya Lyla.

"Apa kau sudah memikirkan tawaran ku?"

"Aku selalu memikirkannya, sejak Bapak memberi tawaran itu. Tapi apa harus sampai bilang ke Kakak ku? Bahkan Bapak berbohong ke Kakak ku, kalau anda menyukai ku."

Bangchan beranjak berdiri dari kursinya, kemudian berjalan menghampiri Lyla, yang otomatis bergerak mundur sembari menyembunyikan kedua tangannya ke belakang.

"Aku benar-benar minta maaf soal itu, aku sudah tidak tahu lagi, bagaimana caranya agar kau bisa bekerjasama dengan ku." Tutur Bangchan.

"Persyaratannya yang aku minta sebenarnya mudah. Bapak hanya perlu, tidak berhubungan sementara dengan pacar anda sekarang. Meskipun yang akan kita jalani pernikahan kontrak, yang namanya pernikahan, tetap harus dihormati. Kita bersumpah di depan Tuhan."

"Tapikan-"

"Tapi kan apa? Kalau syarat itu tidak bisa dipenuhi, aku tidak mau membantu. Bapak mau menjaga perasaan pacar Bapak? Atau Ayah Bapak sembuh?"

Bangchan terhenyak, ia tidak menyangka Lyla tidak selugu perkiraannya. Bahkan terkesan licik.

"Kalau aku menuruti persyaratan mu, kau akan membantu ku?" tanya Bangchan.

"Tentu saja. Tapi jangan melanggar di belakang ku, bagaimana pun aku akan tahu." Balas Lyla.

Bangchan tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Lyla, membuat Lyla tersentak.

"Tapi aku harap kau juga tidak merencanakan sesuatu." Kata Bangchan.

Lyla mendengus, sebelum berdecih. "Merencanakan apa? Anda pikir pikiran ku selicik pikiran Bapak?"

"Aku harap kau hanya menganggap pernikahan ini, sebagai bisnis, tidak ada yang lain." Kata Bangchan.

"Kenapa sih? Bicara Bapak itu, seolah mengatakan Bapak akan jatuh cinta dengan ku."

Bangchan melebarkan matanya sesaat, kemudian dengan sesaat sorot matanya berubah jadi tajam.

"Jangan bercanda," ucap Bangchan.

"Jadi sekarang gantian Bapak yang harus pikir-pikir untuk menerima syarat ku."

"Aku tidak perlu pikir-pikir, aku akan terima tawaran mu."

"Jangan gegabah, anda bahkan belum diskusi dengan pacar anda."

Bangchan mendengus. "Aku akan menghubungi mu nanti malam, dia pasti akan setuju. Karena dia tidak rumit seperti mu."

"Anda ini sedang minta tolong kan? Kenapa cara bicara mu kini tidak seperti orang yang sedang minta tolong? Aku memang menyukai anda, tapi aku tidak bodoh, dan mau begitu saja jadi budak."

Bangchan akhirnya tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Aku permisi." Ucap Lyla sembari membuka pintu. Ia menatap sekilas Bangchan, sebelum benar-benar keluar dari ruangan Bangchan.

•••

"Apa?! Apa-apaan dia itu?! Sudahlah Chan, cari saja wanita lain!" Tania, atau yang tak lain kekasih Bangchan, hampir saja melembar gelas yang sedang ia pegang, setelah mendengar penuturan Bangchan.

"Mau bagaimana lagi?" balas Bangchan.

"Cari wanita lain!"

"Kau pikir mudah mencari wanita lain hah?! Kau juga sama sekali tidak mau membantu."

"Jadi kau lebih memilih putus dengan ku, untuk wanita itu?!"

"Bukan demi wanita itu, tapi demi Ayah ku!"

"Pikirkan perasaan ku juga dong."

"Aku selama ini selalu memikirkan perasaan mu, memangnya kau begitu huh?"

"Terserahlah! Kalau kau memang ingin kita putus, baik, kita putus!"

Bangchan menghela napas gusar, ia meraih kedua tangan Tania, kemudian menggenggamnya.

"Ini hanya sementara Tania, tolonglah. Aku tidak mau benar-benar berpisah dengan mu. Setelah semua masalah selesai, kita akan bersama lagi."

Tania mengerucutkan bibir. "Percuma juga kalau kita bersama, orang tua mu tetap tidak akan setuju."

"Apapun caranya aku akan mengusahannya supaya hubungan kita direstui. Yang penting kau jangan menyerah dulu."

"Tapi bagaimana kalau kau akhirnya jadi jatuh hati pada wanita itu?"

Bangchan menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Aku sudah mengenalnya sejak lama, bahkan dia sudah dua kali menyatakan perasaan pada ku. Tapi sampai sekarang aku tidak tertarik padanya, jadi kau tenang saja. Kau percaya pada ku kan?"

Tania menganggukan kepalanya, membuat Bangchan tersenyum lebar, dan segera merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.

•••

From: Pak Bangchan
Pacar ku sudah menerima persyaratan mu.

Lyla langsung berlari keluar dari kamarnya, dan bergegas ke ruang tengah, di mana semua anggota keluarganya sedang berkumpul.

"Ayah, Ibu, Kakak, Jeongin! Aku mau menikah!"[]

"Ayah, Ibu, Kakak, Jeongin! Aku mau menikah!"[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Husband 365 days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang