Part 2

266 30 0
                                    

Tring.. Tring.. Tring..

Suara jam beker berbunyi tepat pukul 7 pagi waktu KST. Itu berarti waktunya untuk Jihyo memulai pekerjaan, bukan sebagai pembunuh tapi sebagai seorang kakak yang baik.

Terasa lebih baik jika setelah bangun tidur itu mandi, itulah yang di lakukan Jihyo sekarang. Setelah terlihat rapi ia segera menuju dapur dan membuat sarapan. Meskipun Jihyo seorang penjahat ia tidak akan bertindak jahat kepada adiknya sendiri, meskipun Jihyo terlihat cuek kepada adiknya ia tidak akan membiarkan adiknya kelaparan bukan?

"Noona" panggil sang adik yang sudah rapi dengan kemeja dan jas kerjanya.

Memang benar mereka kakak beradik, tapi sifat mereka sangatlah berbeda. Jika bisa di bilang adik Jihyo lebih baik daripada dirinya. Bagi Jihyo ia tidak pantas menjadi panutan sang adik, tapi bagaimana pun ikatan saudara tetaplah yang terpenting. Jangan tanya kemana orang tua mereka? Karena Jihyo dan Jinyoung sejak kecil hanya tinggal berdua setelah neneknya meninggal. Yang Jihyo tahu orang tua mereka dibunuh oleh Mafia kejam, entah apa masalahnya. Yang jelas Jihyo tidak ingin mengingat lagi yang namanya masalalu.

"Duduk dan makan" perintah Jihyo yang langsung dilaksanakan oleh sang adik.

"Noona, aku ingin berbicara"

Jihyo tak merespon dan tetap melanjutkan acara makannya. Jinyoung yang melihat itu sudah biasa, memang sifat kakaknya cuek dan acuh.

"Bisakah kau berhenti dari pekerjaan itu? Aku bisa menghidupi mu dari uang hasil kerja ku. Dan yang pasti lebih baik dari pekerjaan mu" pinta sang adik.

Jihyo lelah mendengar permintaan sang adik yang setiap hari ia ucapkan terus.

"Selesai makan cepat berangkat kalau tidak ingin terlambat dan kehilangan pekerjaan mu, YANG LEBIH BAIK DARI PEKERJAAN KU" ingat Jihyo menekankan setiap kata yang ia rasa perlu di ucapkan kepada adik tercintanya ini.

"Noona" rengek Jinyoung merasa bersalah pada sang kakak.

"Kau sudah dewasa, hilangkan sifat manja mu itu"

"Aish, kalau begitu Jinyoung berangkat dulu. Ingat jangan lanjutkan pekerjaan itu" setelah itu ia bergegas menuju tempat kerjanya.

Tok.. Tok.. Tok..

Sesudah mencuci piring bekas sarapan, Jihyo ingin kembali kekamar. Tapi dia urungkan ketika pendengarannya mendengar suara ketukan pintu.

Ceklek..

"Kau lagi?"

"Hei Lily?"

Jihyo tak menjawab, ia hanya menunggu apa yang akan kliennya ini katakan.

"Bunuh dia, maka kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan. Bagaimana?"

Jihyo terkekeh sebelum akhirnya angkat bicara. "Lee Felix, upaya mu ku akui cukup bagus. Tapi aku tidak ingin membunuh lagi"

"Oh jadi kau sudah pensiun begitu? Hahaha Lily, kau terlalu munafik untuk berkata tidak."

"Terserah anda"

Saat Jihyo ingin menutup pintu, kliennya itu tiba - tiba berlutut di depan kakinya. Seperti tengah memohon padanya.

"Ck, menyusahkan"

"Jadi bagaimana?"

"Berdiri"

"Tidak, sebelum kau membantu ku"

"Aku bilang berdiri!!"

"Ani"

"Katakan mau mu"

"Keinginan ku sama seperti kemarin, bunuh dia. Maka kau akan dapat segalanya."

"Berdiri dan masuklah"

"Benarkah kau.. "

"Cepat, sebelum aku berubah pikiran"

Disinilah mereka sekarang, Ruang tamu. Iya mereka sedang membahas target yang harus Lily bunuh.

"Ceritakan"

"Oke, namanya Suga. Dia mantan anak buah ku, dulu ia seorang Mafia di bawah pimpinan ku. Dia berhenti menjadi Mafia setelah mengetahui semua rahasia kami"

"Siapa maksud mu?"

"Ayah ku dan aku, selain itu ada juga para sekutu yang terlibat dalam rencana ini. Dan aku harap kau bisa membunuhnya, karena selama ini ia dalam pelarian, dan juga sudah banyak anak buah ku yang mati di tanganya. Karena dulu ia petarung yang handal."

"Huh, aku benci Mafia licik seperti mu"

"Jangan lupa kau lebih licik dari ku Lily"

"Oke, Akan ku lakukan semampu ku"

"Kuharap begitu"

***

Seseorang akan tenang jika menjauhi hal buruk, tapi kenyataan tidak begitu bagi dia. Dia yang sudah berusaha untuk berhenti tapi malah dibuat merasa bersalah. Seakan - akan tidak ada keamanan untuknya, sama sekali tidak ada.

Jangankan hidup tenang, berjalan saja ia harus menunduk. Bukan karena ia sopan tapi karena ia butuh persembunyian, apapun yang berkaitan dengan hidupnya harus segera di sembunyikan sebelum pada akhirnya akan menghilang secara perlahan - lahan.

Min Yoongi yang lebih senang di panggil Suga, ia lah yang menjadi buronan Lee Felix. Sebenarnya ia tidak bersalah atas keputusannya untuk berhenti menjadi Mafia dibawah pimpinan Felix, hanya saja waktu ia memutuskan untuk berhentilah yang salah. Karena pada saat itu rencana besar yang dibuat Felix dan Ayahnya bersama para sekutu harus Yoongi ketahui. Rencana pembunuhan CEO perusahan Kim, rencana yang tidak sengaja ia dengar itu membuatnya hidup tak tenang. Padahal tak ada niatan sedikit pun Yoongi untuk ikut campur atau sekedar membocorkan rencana itu. Lagi pun ia tak mempunyai bukti apa - apa kecuali rekaman suara yang selama ini ia jaga. Siapa tahu akan berarti nantinya?

"Nah makan" ucap seseorang yang membuat Yoongi terbangun dari tidurnya.

Yoongi mengacuhkan orang itu dan langsung saja mengambil makanan itu untuk dimasukkan kedalam mulutnya.

"Sampai kapan kau akan bersembunyi? Lihatlah tubuh mu kurus seperti itu dan hanya pipi mu yang menggembung" ledek orang itu.

Acuh, itulah Yoongi. Apapun yang dikatakan orang tentangnya ia akan mengacuhkannya sampai pada akhirnya orang itu akan lelah sendiri untuk mengatainya.

"Dasar kau ini, selalu saja mengacuhkan ku. Jika bukan karena ku kau tidak akan bisa makan" sindirnya.

"Ikhlas tidak?"

"Hanya itu? Huh, kau ini!"

"Hyung, Ku rasa aku butuh pekerjaan. Tapi aku harus tetap aman. Bisa carikan tidak?"

"Emh, bagaimana kalau di cafe ku? Kau bisa jadi bartender disana? Dan pastinya aman"

"Kau yakin itu aman? Aku tidak ingin nantinya mati muda karena pekerjaan yang kau berikan itu" ucapnya angkuh.

"Yak! Kau hanya diam di tempat dan hanya melayani pelanggan yang datang. Mana mungkin kau bisa mati karena itu?"

"Ck, bukan itu. Kau tahu dia kan? Mata - matanya banyak Jin Hyung"

Iya orang yang sedari tadi Yoongi ajak bicara adalah Kim Seokjin sahabatnya yang ia kenal waktu pelarian. Dialah yang menemukan Yoongi yang tergletak dijalanan penuh luka dan darah. Dia jugalah yang memberikan tumpangan gratis pada Yoongi, mulai dari rumah, makanan dan yang lainnya. Maka tak heran Yoongi bisa seakrab itu, melihat Yoongi yang biasanya was -  was terhadap orang baru.

"Ya aku tahu, tapi aku tak mau tahu besok jangan sampai telat" ingatnya dan berlalu pergi.

"Yak! Jin Hyung"

***

Jangan lupa votment..

Typo bertebaran 😘 makasih udah mampir 🙏

Manipulation Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang