Bagian 4: My Passion

4 2 0
                                    

Alunan musik syahdu dari dentingan piano mengayun mengisi rumah ini. Jari jemari menekan tuts piano dengan cepat. Ayah Venicia duduk di sebuah kursi tanpa sandaran yang ditopang dengan gagang besi metalik yang dibalut busa dengan dilapisi kain hitam. Ayahnya sangat mahir memainkannya.

Setiap nada yang dikeluarkannya begitu merdu, sahut-menyahut dengan lagu yang dinyanyikan Rio, adik Venicia. Mereka begitu asyik menyanyikan lagu "A whole new world".

Kualitas inilah yang menjadikan ayah Venicia sebagai pianis gereja. Bakatnya ini juga ditularkan kepada anaknya, Venicia, yang juga seorang pianis di grup band sekolahnya.

"Treengg", Rio yang sedari tadi berada dipangkuan ayahnya mencoba bermain piano.
"Kamu gak sabar ya Rio mau main piano?", tanya ayahnya
"Iya, paa", sahutnya sambil menekan sembarangan tuts piano.

Dari belakang muncullah Venicia, "wuuiihh, adek mau main piano ya?", kata Venicia sambil mengelus kepala adik satu-satunya itu.
"Iya, kak. Aku juga pengen pandai main piano kayak Papa sama kakak", sahut Rio dengan muka memelasnya yang lalu meluluhkan hati kakaknya yang tidak tahan dengan wajah imut adiknya itu.
"Ihh jangan cemberut gitu dong, kan kakak jadi tambah gemes sama kamu", Venicia tak kuasa menahan tangannya, lalu mencubit lembut pipi adiknya.
"Ihh kakak, sakit tau!", Rio memegang kedua pipinya.

Ayah mereka hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka.
"Rio, kalo kamu mau pandai main piano, kamu pelajari dulu buku ini", lalu ayah mereka mengambil sebuah buku yang ada di rak diatas piano, "kamu pelajari dulu dasarnya, baru kamu bisa memainkan sebuah lagu dengan piano".
Rio menyambut buku yang diberikan ayahnya itu dengan penuh antusias. Ia mulai membalik satu persatu halaman di buku itu.

Setelah membalik beberapa halaman, ia mulai menggerutu, "ahh Papa, buku ini banyak angka-angkanya, aku gak suka matematika. Aku maunya main piano, paaa. Bukan belajar matematika, gimana sih kak, masa papa ngasih aku buku matematika", sembari ia menutup buku itu.
"Rio, kita gak belajar matematika loh, itu buku yang isinya not lagu. Kamu harus menguasainya supaya bisa main piano", jelas Venicia kepada adiknya.
"Lalu, kenapa ayah memberi buku yang penuh dengan angka dan simbol ini, bukankah not itu ditulis do-re-mi-fa-sol-la-si-do?", Rio mulai bertanya dengan wajah seriusnya yang tetap menunjukkan wajah imut.
"Itu bukan sekadar angka. Itu namanya not angka", sembari Venicia membuka kembali buku itu.
"Kalo yang ini namanya not balok", Venicia kembali menjelaskan sembari menunjuk sebuah not balok kepada adiknya, "setiap angka dan simbol ini mewakili setiap tangga nada, yang kamu sebut do-re-mi-fa-sol-la-si-do itu".
Rio mulai mengerti dengan penjelasan kakaknya tadi, "oohhh, jadi itu yang selama ini kakak baca sambil main piano", sambil kepalanya mengangguk-angguk.
"Makanya kamu baca dulu bukunya baik-baik. Kamu sih baca buku cuma sekadar balik-balik halaman aja", Venicia kembali mengelus kepala adiknya itu.

Walaupun masih SD, daya tangkap Rio cukup baik dalam bermain alat musik. Terbukti, ia mampu bermain alat musik drum, yang notabene bukanlah alat musik yang menggunakan tangga nada. Dengan kemampuannya itu, menjadikan ia terkenal di kalangan temannya dalam hal bermain drum.

Melihat tingkah laku mereka, ayah Venicia menceritakan sesuatu.
"Melihat antusias kamu Rio, Papa jadi teringat masa-masa kecil Cia dulu", ayah mereka mulai bercerita, "kala itu, ketika papa baru membeli piano ini, yang paling pertama membukanya adalah Venicia. Waktu itu papa belum semahir ini dalam bermain piano. Ketika papa berlatih, ayah terus diganggu Cia yang begitu penasaran dengan piano ini. Papa bahkan sampai tidak sempat berlatih karena setiap hari Cia memainkannya.  Bahkan pada suatu waktu, Cia sampai tertidur ketika bermain piano hingga larut malam... Pada waktu itu mama sangat khawatir. Mama bilang, kamu kecanduan, sehingga ia menyuruh papa menjual piano itu. Tapi, setelah Cia dapat peringkat 1 di kelas, mama berubah pikiran, gak jadi deh pianonya ayah jual. Dan pada akhirnya, hampir setiap waktu Cia bermain piano, hampir-hampir ayah tidak bisa berlatih.Ayah bisa berlatih piano hanya pada waktu tertentu, ketika Venicia sekolah", suasana kini hening.

Variabel CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang