R

856 46 5
                                    

"IKUT CLUB MATEMATIKA? KAU BERGABUNG DENGAN SEMUA NERD ITU, JEWEL?!"

Clifford membulatkan matanya. Sepenuhnya tidak habis pikir dengan pilihan Jewel bergabung club tidak penting baginya— bagi kelompoknya itu. "Harusnya kau ikut cheerleader, menyanyi, photography, teater, band, atau apalah tapi jangan club dengan sekumpulan nerd. Masih banyak club lain dengan orang - orang normal seperti kita."

"Normal?" Tanya Jewel bingung.

Normal? Seperti mereka yang disegani banyak orang karena harta, ketampanan, dan pamor yang amat sangat baik, diidolakan setiap wanita. Mereka bisa mendapatkan apa yang mereka mau detik ini juga— semuanya. Bahkan mereka tidak tahu apa artinya berusaha. Itu yang disebut normal? Ayolah, kehidupan seperti itu sangat tidak normal. Banyak yang bilang, hanya fiktif belaka.

Liam menyilangkan lengannya di dada. "Yep normal. Kami punya banyak teman. Tidak seperti mereka." Niall san Luke mengangguk - anggukan kepalanya seraya setuju dengan perkataan Liam.

"Jangan berteman dengan para anti sosial itu, Jewel. Atau kau tak kan pernah maju." Pekik Zayn.

Pantas sifat mereka begitu menyebalkan, sombong, apalagi dengan orang baru seperti Jewel pada hari - hari pertamanya di sini. Karena mereka sangat memilih teman bergaul. Mencari pergaulan yang pantas bagi mereka.

"Oh Come on guys. Kita yang buat perubahan. Kita ubah mereka. Pikiran mereka. Dari anti sosial menjadi sosial. Kita bantu mereka untuk maju. Tidak meninggalkan mereka, Zayn!"

"Tidak."

"Tidak."

"Tidak."

Ucap mereka bergantian.

"Lihat siapa yang sekarang mengekang ku. Aku seperti Bethany yang dikekang oleh Amber."

Wajah Ashton memerah, ia berdiri menggertak meja dengan keras. Membuat Jewel kaget dengan suara yang ditimbulkan. Pertama kalinya Jewel melihat Ashton marah. Sangat menakutkan.

"SEBUT SEKALI LAGI! KAMI SANGAT BERBEDA DARI JALANG SIALAN ITU, JEWEL!" Pekik Ashton sambil menunjuk Jewel.

Louis menarik Ashton kembali duduk. Meredakan amarahnya dari Jewel. Ashton memang sangat sensitif jika dirinya atau kelompoknya disejajarkan dengan Amber.

Dengan rasa takut Jewel mengeluarkan suaranya. "Lalu mengapa melarang ku? Aku bukan anggota gang mu."

Sekarang Zayn dan Clifford berdiri. "Dan kami bukan gang!" Sekarang Zayn dan Clifford yang sensitif jika disebut mereka adalah sebuah gang.

"Aku minta maaf. Tenangkan diri kalian. Aku mengikuti club matematika semata - mata untuk membantu ku mempertahankan beasiswa ku. Aku minta maaf jika kalian sangat berat hati. Tapi, aku tidak mau beasiswa ku dicabut. Aku masih ingin terus berkuliah di sini. Jadi lebih baik kalian membenci ku yang bergabung klub matematika daripada beasiswa ku dicabut. Sekali lagi aku minta maaf." Jewel bangkit dari duduknya dan meninggalkan mereka.

"Jewel!" Suara Calumn membuat Jewel berhenti melangkah. Ia membalikan badannya menghadap Mereka.

"Jangan pergi, ok? Kau boleh bergabung dengan club aneh itu." Senyum mengembang di pipinya. "Tapi dengan syarat. Jangan berubah menjadi nerd."

Senyumnya makin lebar. "Tidak akan." Jewel berlari ke arah Calum. Memeluknya dan Calum sedikit mengangkat Jewel segingga kakinya tidak dapat menyentuh lantai.

Jewel memeluk semua orang yang ada du ruangan itu. "I love you so much guys."

***

Jam menunjukan pukul dua pagi. Jewel masih berkutat di meja belajarnya. Belajar sampai pagi untuk mempertahankan nilainya di sini. Suara ketukan pintu terdengar beberapa kali.

"Tidak, itu bukan setan Jewel." Katanya mencoba untuk tenang.

Itu juga bukan Harry, ia pergi ke club bersama kelompoknya. Baru berangkat setengah jam yang lalu. Ia akan menginap di rumah Louis sampai besok.

Lagi, suara ketukan itu makin kencang. Bukan ketukan pintu apartemennya. Tapi ketukan pintu kamar Jewel. Pintu kamar. Jantungnya berdegup kencang. Perlahan ia merasakan hawa dingin menjalar di ujung kaki dan tangannya, serta tengkuknya.

Dengan 1% keberanian ia beranjak dari meja belajarnya. Ia membuka pintu. Dadanya sesak. Perutnya mual ingin muntah. Jantungnya berhenti berdetak. Sampai semuanya gelap.

***

"Kau keterlaluan Harry! Lihat apa yang kau lakukan."  Terdengar suara Liam dibarengi dengan pandangan Jewel yang samar - samar. Jewel melihat bayangan hitam duduk mengelilinginya.

"Mana ku tahu ia penderita Phasmophobia!"

"Harry?" Tanya Jewel guna memastikan itu suara Harry. Semua orang melihat Jewel. "Dia sudah sadar."

Liam membantu Jewel duduk dengan menyeka punggungnya dengan bantal. Kening Jewel mengkerut. "Apa yang kalian di sini? Bukan kah kalian ke club?" Tanya Jewel. Tidak ada satu orang pun yang menjawab. Jewel melihat tumpukan kapas kotor berwarna merah dan hitam di meja. Ada pembersih wajah pula di sampingnya.

"Kapas itu untuk apa?" Tanyanya polos.

Semua lelaki itu saling memandang satu sama lain. Tidak mungkin mereka menjawab Oh itu kapas untuk membersihkan wajah Harry yang habis menakuti mu Jewel. Jangan sampai hal gila itu terucapkan.

"Kami habis membersihkan riasan Harry." celetuk Niall.

"Damn!"

"Oh Shut up!"

Jangan katakan itu, Niall bodoh, idiot, jelek, argh! Niall sering sekali keceplosan seperti tadi. Apa yang ia ceploskan selalu saja Harry yang kena imbasnya. Seperti waktu di kantin saat Niall berbicara kencang dan Amber datang. Mau tak mau Harry melayani Amber. Sekarang, si bodoh itu keceplosan tentang kapas. Bodoh bodoh bodoh.

"Riasan?"

Harry berdeham. "Riasan game saat di klub tadi. Aku kalah dalam permainan."

Crap! Jewel mempercayainya. Harry mempunyai mulut semanis madu. Tidak, semua anggota kelompok Harry mempunyai mulut semanis madu. Seperti yang dikatakan Luke pada Jewel.

"Lebih baik kau tidur, sudah jam tiga pagi. Ayo ku antar ke kamar mu." Kata Liam. Ia membantu Jewel berdiri.

"Tunggu sebentar Li,"

Mereka semua takut jika Jewel menyadarinya.

"Aku hanya mau bilang selamat malam, eh? Pagi. Kalian juga harus tidur sekarang."

Semua hanya membalas dengan senyum dan nafas kelegaan bahwa Jewel tidak menyadarinya. Liam sudah kembali dari mengantar Jewel. Louis menjitak kepala Niall. "Bodoh kenapa selalu keceplosan?!"
"Mulut mu harus dioperasi."

"Aku tidak tahu Zayn."

"Kau selalu mebahayakan ku Niall."

"Aku tahu. Maafkan aku Harry."

"Tidak akan." Jawab Harry tak bersemangat masuk ke dalam kamarnya untuk tidur.

Ini short chapter karena akhir2 sibuk hehe jadi belum bisa long chapt So semoga kalian suka ya. Oh iya cast buat Jewel udah ada, Josephine Skriver. Fotonya udah ada di mulmed sebelumnya xoxo.

rooMMate // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang