Prolog

1.8K 73 2
                                    

Kenalkan perempuan yang sedang menarik kedua koper besarnya, Jewel Edward mahasiswi dengan kepintaran di atas rata - rata yang menerima beasiswa penuh di London University.

Ibunya tidak mempunyai uang untuk membiayainya kuliah, uang Mrs. Jessie-ibu dari Jewel habis untuk pernikahan kakak perempuan tertuanya. Jewel berusaha keras mendapatkan beasiswa, and she did. Setidaknya ia meringankan beban Mrs. Jessie, walaupun Jewel merupakan anak perempuan terakhir di keluarganya yang seharusnya Mrs. Jessie membiayai semuanya (Siapa yang dibiayai lagi setelah Jewel? Tidak ada kan?).

Jewel sampai di depan pintu apartemen barunya selama kuliah di sini. Apertemen dari pemberian sponsor beasiswa tentunya. Ia menarik nafas sebelum membuka pintu apartemen barunya.

"Hello?"

Jewel menarik kedua kopernya masuk. Ia melihat seisi apartemennya. Ada dua buah tempat tidur. Tempat tidur yang satu bersih, sedangkan yang satunya lagi dindingnya penuh dengan poster band rock. Jewel mengernyitkan dahinya melihat betapa berantakan tempat tidur teman sekamarnya. 'Sungguh dia perempuan yang sangat jorok!' Batin Jewel.

Ia pun menaruh kopernya di dalam kamar, dan mulai membereskan barang - barangnya. Menaruh fotonya bersama ayah tersayangnya di meja kecil samping tempat tidur.

"Aku di sini, ayah" Jewel tersenyum menatap foto ayahnya.

Setelah selesai membereskan barang, rasa lapar menyerang perut langsing Jewel. Ia menuju dapur untuk membuat croissant, satu - satunya roti yang bisa mengganjal perut Jewel tanpa makan nasi.

Lelaki berambut panjang di atas bahu mengenakan kaos merah marun dan jaket biru dengan tas yang disampirkan di satu bahunya masuk langsung membantingkan tubuhnya ke kasur.

'BRAAK!'

Jewel mendengar suara itu. Ia langsung mengambil panci dari atas kompor. Memeriksa suara yang barusan terdengar. Jewel sangat takut pada setan bahkan suara - suara yang tiba - tiba berbunyi sendiri saat ia sedang sendiri. Mrs. Jessie sebenarnya tidak mengizinkan Jewel mengambil beasiswa ini. Karena Anaknya yang suka paranoid tingkat tinggi ini harus tinggal sendiri. Jewel tidak bisa mengontrol rasa takutnya sendiri.

"Aku benci ini." Rasa takutnya semakin besar saat ia sudah diluar zona dapur dan memasuki ruang tamu. Ia melihat rambut panjang di atas tempat tidur milik teman sekamarnya.

Ia memejamkan matanya. "Hentikan Jewel! Itu hanya sugesti mu saja." Ia memukul - mukul kan pelan panci ke kepalanya lalu berlari ke arah dapur, mematikan kompor yang sudah menyala dan meninggalkan aktivitas memasaknya.

Nafasnya terengah - engah. Jantungnya berdegup kencang. "Di sini tidak ada setan Jewel. Percaya itu." , "Iyah, percaya itu Jewel!"

Rasa takutnya membuat badannya berkeringat. Setelah lumayan tenang dan menyelesaikan masakannya dan menaruh croissant di meja, ia membersihkan tubuhnya.

"Akan ku makan kau nanti crois."

Di apartemen ini hanya ada satu kamar mandi. Tak masalah bagi Jewel untuk berbagi. Mata coklat Jewel membulat melihat alat mandi di kamar mandi. Ia mengambil alat pencukur kumis berwarna hitam. Melihatinya aneh.

"Teman sekamar ku perempuan berkumis, eh?" Tanyanya pada diri sendiri.

***

Harry bangun dari tidur siangnya. Ia melihat jam. "Aku hanya tidur selama 1 jam? Sebentar sekali." Harry memang sangat lelah karena kuliahnya hari ini sangat tidak mengasyikan. Selama 3 jam ia menahan kantuk di dalam kelas fisika.

Harry mencium sesuatu yang membuat perutnya tertarik untuk diisi. Ia berjalan ke dapur dan melihat dua buah croissant di meja. Badannya membungkuk dan mencium aroma croissant.

"Hmmm."

"Enak juga." Katanya di sela - sela kunyahan.

Harry membawa piring croissant menuju ruang tamu. Menyalakan televisi sambil menyantap habis semua croissant. Baiklah hidungnya sekarang mencium aroma wangi seperti bayi.

"Sejak kapan apartemen ku bau bayi?" Harry mengendus. Mata teralihkan pada seorang perempuan yang baru keluar dari kamar mandinya hanya memakai sehelai handuk.

"Who are you?" Tanya Harry.

"Ah Shit! Apa yang kau lakukan di sini, orang asing?" Jewel menyilangkan tangannya di bahu guna menutupi bagian bahunya yang tidak tertutupi handuk.

"Aku? Kau yang orang asing."

"Atau jangan - jangan kau mau mem-"

"Memperkosa mu? Boleh saja, kau mempunyai tubuh yang indah."

Kata - kata Harry membuat mata Jewel terbelalak. Berani - beraninya Harry mengatakan hal seperti itu.

"Keluar orang asing!"

"Tidak mau." Jawab Harry santai sambil mengganti channel tv.

"Keluar."

"Tidak! Ini apartemen ku bodoh."

Harry sukses membuat mulut Jewel menganga. "Tidak mungkin. Kau- teman sekamar ku?"

Harry menyunggingkan senyumnya dan mengangkat bahunya. "Argh!" Jewel masuk ke kamarnya dan menutup pintunya dengan sangat kencang.

***

ahahaha gimana ceritanyaaa?

Karena ini cerita baru aku butuh vomments dari kalian buat tau ada yang minat baca cerita ini atau enggak hehehe

rooMMate // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang