Happy Reading.
+
"Pergi!" Kalista terus saja mendorong Jimin yang mendekat padanya. Mencoba memeluknya, hanya saja Kalista terus saja menolak dan memberontak. Kalista tidak mau.
"Kalista dengarkan Oppa!" Bagi Kalista Jimin masih salah. Sangat bersalah, tidak ada yang benar yang dilakukan Jimin dengan seperti ini. Jimin lari layaknya pengecut. Dan Kalista benci itu.
"Kalista Oppa mohon, sekali saja. Biarkan Oppa menjelaskan semuanya. Kau pasti tau jika keadaan Oppa yang dulu tidak sama dengan yang sekarang. Oppa ingin merubah nasib kita dan semuanya. Mengertilah!" Bentak Jimin yang emosi karena keras kepala adiknya. Jimin sudah lelah bertengkar dengan Aliya dan sekarang dengan adiknya juga. Jimin tidak mau.
"Merubah nasib dengan pergi begitu saja. Hanya sebuah surat sialan, kau fikir semua selesai setelah ini. Kau tidak memikirkan Aliya Eonni dan anakmu. Kau egois" bentak Kalista emosi.
"Oppa memang egois tapi apa yang bisa Oppa lakukan dengan keadaan yang tidak punya apa-apa dulu? Oppa tidak bisa melakukan apapun. Mengertilah sedikit. Yang terpenting Oppa akan bertanggung jawab atas semuanya. Dan kau tidak perlu khawatir Oppa akan lari. Oppa bukan pengecut!" Teriak Jimin keras.
"Aku tidak peduli. Lebih baik kau pergi sekarang. Pergi Park Jimin. Pergi!" Kalista mendorong Jimin dengan kasar. Memaksa Jimin untuk keluar dari rumah ini. Jimin harus keluar. Kalista tidak ingin bertemu Jimin. Tidak ingin.
"Kalista!"
+
"Bagaimana?" Jimin menggeleng lesu dan duduk lemas di ranjang. Mengusap wajahnya dengan kasar. Kepala Jimin pusing.
Aliya yang melihat itu sudah tau jawabannya. Pasti keduanya masih bertengkar dan Aliya sudah bisa menebak itu. Kalista sangat sulit ditaklukkan apalagi dengan karakternya yang keras kepala. "Dia marah?" Anggukan lemah dari Jimin membuat Aliya diam.
Kalista memang sudah ditaklukkan dan itu berlaku bagi Jimin juga. Aliya tau semarah apa Kalista pada Jimin. "Dia hanya terkejut. Biarkan dulu dia menenangkan diri. Aku akan bicara dengan dia jika waktunya tepat!" Jimin menatap Aliya dengan sorot lelahnya. Memeluk pinggang Aliya dan menyandarkan kepalanya di dada Aliya.
"Aku lelah sayang. Setiap detik dalam 2 Tahun terakhir ini hanya kalian yang kuingat. Aku mengingat kalian untuk mencapai tujuan ku. Aku berharap kembali dengan senyum cerah kalian, tapi aku gagal. Aku tidak bisa membuat kalian bahagia walaupun dengan keadaan yang berbeda. Aku kalah!" Aliya mengusap punggung Jimin dengan lembut. Aliya tau apa yang Jimin rasakan.
Dulu sebelum mengenal dirinya, Jimin memprioritaskan Kalista dalam hidupnya dan setelah mengenal dirinya Jimin juga masih saja memprioritaskan Kalista. Baginya Kalista yang utama dan Aliya mengerti. Keduanya mengalami masa-masa sulit berdua dan Aliya tidak tau Apa yang mereka alami. Aliya hanya orang baru yang masuk kedalam hidup Jimin.
"Oppa tenanglah!" Jimin mengeratkan pelukannya pada pinggang Aliya. Hanya Aliya sanggahannya saat ini.
"Hiks!" Aliya melepaskan pelukannya saat mendengar tangisan Ji Hyun. Menoleh kebelakang dimana Ji Hyun sudah menggeliat tidak nyaman diatas ranjang.
"Aku bahkan tidak menyapa jagoanku!" Aliya tersenyum mendengar suara pelan Jimin. Aliya juga lupa jika anaknya belum bertemu ayahnya. Tadi Jimin langsung mengejar Kalista.
"Ada Mama sayang!" Jimin memperhatikan Aliya yang akan menyusui Ji Hyun. Hati Jimin menghangat melihat itu. Kebahagiaannya ada disini. Anak dan calon istrinya. "Maafkan Papa sayang!" Jimin mencium sayang pucuk kepala Ji Hyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Sister ☑
Fanfic"Dan pada akhirnya aku harus sadar jika Oppa akan pergi meninggalkan aku, sama seperti Appa dan Eomma!" ~ "Berhenti berfikiran seperti itu, aku tidak mungkin meninggalkan adikku hanya demi seorang wanita. Aku terlalu menyayangimu" ~ Brother Ship.