"Jiakai,ada apa denganmu?" kakak Jiakai yang bernama Dianjia itu melihat adiknya yang seperti dirundung banyak masalah.
[NB:Cuma rekaan semata,jangan dibawa ke kenyataan]
"No.Cuma,aku rasa...Chici masih hidup." Jiakai memijat keningnya pelan,ia benar benar kecewa jika misinya kali ini gagal.
"Ck.Chici hidup ataupun tidak,perusahaan ayahnya masih saja begitu.Entah kapan bangrutnya." Dianjia meneguk air putih yang ada di atas meja.
"Anak itu punya pengaruh besar,jika dia meninggal.Maka seharusnya ayahnya itu bangkrut!Harusnya dia menyerahkan perusahaan itu kepada ayah kita!" Jiakai membanting bantal sofa.
"Huh.Kurasa Chici itu bersembunyi.Lakukan misimu kali ini dengan baik."kata Dianjia.
" Aku harus mengambil alat-alatku."Jiakai beranjak dari sofa,lalu mengambil jaket serta kunci mobilnya.
"Hei,jangan bawa mobil!Ah anak itu!" Dianjia mencebik kesal.
—•Harus apa?•—
"Ming Rui!Ini sudah jam—"Chici berhenti bicara ketika melihat Ming Rui yang turun dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.
" Bagus,hari ini lumayan tepat waktu."puji Chici.
"Hm,kurasa begitu.Kan sudah sebulan aku di rumahmu,masa iya tidak ada perubahan sama sekali." Ming Rui tertawa renyah.
"Iya deh iya,btw firasatku hari ini tidak enak Ming.Aku temenin kamu sekolah ya?" tanya Chici,ia mengingat mimpi buruknya semalam.
"Ha?Tumben nih.Aku oke-oke aja,lagian ada kamu akunya semangat." Ming Rui menampilkan deretan gigi putihnya.
"Ih,gombal.Udahlah,berangkat yuk!" ajakan Chici disahuti anggukan dari Ming Rui,mereka berjalan menuju mobil hitam milik Ming Rui.Ralat.Milik ibu Ming Rui.
"Hei!Are you ready girls?!" teriak Mama Ming Rui dengan semangat.
"Ma,aku cowok." Ming Rui meringis melihat perlakuan ibunya yang gaul ini.
"Ow ya,sorry nih ye,gw lupa.Maklum aje" Chici dan Ming Rui menepuk jidat mendengar penuturan ibu Ming Rui tersebut.
•—Gombal boleh,tapi nanti tanggung jawab kalau aku baper!—•
"Eh,ada apaan.Tiba-tiba distop gini?" Ibu Ming Rui kesal,ia hendak keluar.Namun seseorang menodongnya dengan pistol.
"Turun,nyonya."
"Halo,Chici." suara ini,Chici sangat mengenal suara ini.Sun Jiakai,orang yang mencelakainya dulu.
"Pergi dari sini." ujar Chici dingin.
"Wow,mangsaku ada disini dan aku harus pergi?" Jiakai menarik kerah baju Ming Rui kemudian menghempasnya ke aspal.
"Chici,ini akhir kisahmu."
Bugh.
Satu bogeman mendarat di pipi mulus Jiakai.
"Cih.Musuh dalam selimut." umpat Ming Rui.
"Oh,satu orang lagi di permainan ini?Tak apa,ini seru." Jiakai menarik kerah baju Ming Rui,hendak melayangkan tinjuannya namun sebuah benda keras mengenai kepalanya.
"Akh" rintihan lolos dari bibir Jiakai.
"Lari Ming!" napas Chici terengah-engah,ia melempar kayu yang ada di tangannya.
"Tidak semudah itu,tuan putri." Jiakai menarik kaki Chici.
Ming Rui tak terima jika Chici ingin dihabisi Jiakai,perkelahian pun terjadi.Sampai akhirnya,
"Chi.." Ming Rui mengelap sudut bibirnya yang berdarah.Ia memperhatikan Chici yang masih baik-baik saja.
"Ming...Aku salah."
Dor.
"Chici!" teriak Ming Rui,di depan matanya ia melihat Chici terkena peluru yang tak lain berasal dari pistol milik Dianjia.
"Penggangu,pergilah!" Dianjia menyereh Ming Rui, namun suara seseorang menghentikannya.
"Dianjia,itu kemampuanmu?" tanya Zeyu dengan remeh,ia bersama Shuyang sudah membawa peralatan lengkap.
"Musuh masa lalu,kau disini?"
"Ya,seperti yang kau lihat."
Shuyang menghampiri Chici yang bersimbah darah,kondisinya sangat mengkhawatirkan saat ini.
"Ini akhir bagi kalian semua.Pengganggu."
----
"Chi!Ba-bangun!Bertahan Chi!"
....Goodbye,Ming.....
Tinggal beberapa langkah lagi menuju ending,see you!
Votement!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CHILDISH BOY FRIEND
FanfictionBagaimana ya rasanya...ketemu idol dari China...trus kamu terpaksa ngejagain dia...itu karena kamu sayang:") "Aku rela tinggalkan ini semua,demi kamu.." "Aku rela kehilangan ini..demi kamu.." "Aku rela dihapus dari dunia ini...asalkan kau ada dengan...