Happy reading.
Thx votmen.✖️✖️✖️
"A-pa aku boleh kesana?"
Plan memberanikan diri untuk bertanya. Lalu mengarahkan telunjuk ke taman bunga yang penuh kupu-kupu berterbangan yang sedari tadi menarik hatinya.
Min mengikuti arah pandang Plan lalu tersenyum. Senyum yang sangat aneh karena terlalu di paksakan.
"Tentu saja. Aku tidak pernah melarang apa yang kamu inginkan..."
Tangan Min mulai mengelus pipi Plan.Plan tersenyum lebar. Namun senyum itu menghilang karena lagi-lagi Min mencengkram leher Plan sangat kuat. Hingga membuat mata Plan melotot.
"A-agrhk, sakit..."
Rintih Plan."Apa sayang? Aku tidak mendengarnya..."
"Maafff..."
"Tidak jangan meminta maaf karena itu hanya akan membuat aku terlihat begitu buruk. Aku akan mengizinkanmu, tapi sebelum itu bagaimana kalau kita bermain sedikit saja?"
Min tersenyum, menampakan senyum iblis yang sangat Plan kenal.Plan hanya mengangguk. Menuruti ke inginan Min.
"Apa kamu merindukan ku sayang?"
Plan menatap mata coklat itu, bahkan sekarang Plan sudah berani menatap langsung tepat pada kedalaman matanya.
Plan tidak menjawab.
"Kenapa, tidak mau mengakui kalau kamu rindu dengan sosok ini?"
Tanya Min menatap tajam.Dengan tidak tahu diri memajukan wajah, Min meraup bibir Plan dan langsung menjilatinya dengan rakus. Bibir Min bergerak turun menelusuri leher, lalu menggigitnya kuat hingga meninggalkan luka memar.
"Kau harus ingat ini, dan aku akan mengatakan hanya sekali..."
Min menarik wajahnya lalu menatap Plan tajam.
"Kamu hanya miliku! Tidak ada yang berhak atas dirimu selain aku, mengerti!"
Imbuh Min lalu mengecup kembali bibir tipis milik Plan dengan ganas.Plan akhirnya bisa bernafas normal saat Min menjauh dari sisinya.
"Habiskan susu mu yang ada di samping itu. Baru kamu boleh bermain di luar sana!"
Plan masih terdiam.
"Kenapa tidak di minum? Are you deaf? Aku berbicara padamu, Nyonya Rathavit!"
Plan langsung menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Min. Tapi seperti nya itu tindakan yang salah.
Raut wajah Min kembali mengeras. Menggeletukan gigi menahan amarah.
Tanpa sadar Plan mencengkram bajunya saat satu tangan Min menarik dagunya kasar.
"Apa kamu tidak memiliki mulut untuk berbicara hah? Atau kamu benar-benar berharap aku akan menghilangkannya?"
Ucap Min semakin kesal.Tubuh Plan bergetar ketakutan. Tapi sebisa mungkin Plan menatap Min tepat pada matanya.
"Ternyata kamu sama saja dengan orang-orang yang pernah aku kenal. Selalu bertingkah ketika aku mencoba untuk berbuat baik..."
Ujungnya bibir Min tertarik memandang Plan yang sudah berani menatap dirinya.
"Apa yang bisa aku harapkan dari lelaki murahan seperti dirimu!!"Min sudah tidak bisa bersabar lagi tangan nya terangkat ingin mendaratkan sebuah tamparan pada pipi putih Plan. Namun gerakannya terhenti, kepala Min tiba-tiba terasa sakit.
"Ah, shit!"
Min tahu, bahwa Mean mencoba untuk bangun dan menguasai situasi. Kekuatan Mean ada pada Plan. Apalagi jika seseorang berusaha menyakitinya. Mean sangat tahu.
YOU ARE READING
𝙻𝚄𝚂𝚃 𝙸𝚁𝙾𝙽 𝙱𝙰𝚁𝚂 (𝙴𝚗𝚍) 𝚂𝙴𝙱𝙰𝙶𝙸𝙰𝙽 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝚄𝙽𝙱𝚄𝙿
RomanceSweet 🎯 Sad🎯 Nafsu 🎯 Posesif 🎯 dissociative identity disorder🎯 Aku bahkan jatuh cinta pada seorang yang aku BENCI!! MeanMin. Dia lelakiku. Phiravich X Rathavit.