Aku seperti menimbu luka-luka, yang mungkin akan meledak kapan saja.
Pembicaraan singkat tentang kegiatan sehari-hari, atas nama perhatian hanyalah omong kosong.
Agar tak ada lagi ruang sunyi antara kita, agar detik-detik waktu bisa masuk dan menari bebas didalamnya.Aku menjalani hari-hari kosong tanpa tujuan.
Catatan yang berisi resolusi tahunan hanyalah sampah.
Agar laku pena-pena yang dijual di toko kelontong.
Tak ada kemajuan, aku melihat kemunduran pemikiran dan perasaan.Atas dasar krisis-krisis hidup dan masalah-masalah yang timbul.
Kita melaju cepat, tanpa melihat apa yang kita capai.
Tidak ada sayang.Buku-buku bacaan yang dibeli dengan semangat, tertumpuk berhubungan badan dengan debu-debu dan sarang laba-laba.
Bunga-bunga pasar malam yang harum semerbak, layu dan kering disamping baju pada lemari pakaian.Kita hanya berusaha hidup, tapi tidak tahu apa arti hidup. Yang sesungguhnya.
Canda tawa yang dibuat dengan senyum-senyum tulus untuk menutupi beban pikiran, pada masing-masing kita.
Tidak ada keterbukaan.
Semua hanyalah kata-kata yang kita buat, sewaktu dimabuk asmara.Mungkin hanya waktu yang bisa menjawab.
Bergerak didalam kumparan kesakitan, yang terus kita obati.
Fana._remuk.redam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan pulang
Poesiekehidupan ini jalan menuju pulang. perjalanan satu arah, yang tidak akan bisa kita mengulang selain mengenangnya. lalu, kemana kita akan pulang?.