Hadirmu selembut kapas
Terhuyung rapuh pada tiap hela nafas
Aku mendekap tubuhmu, merundung pilu batinmu, merengkuh erat jiwamu
Hingga kita terhanyut ilusi laut yang biruPerihal kaum adam yang telah merengkuh hatimu
Dengan wajah kecewa, kepalamu bersandar dibahuku
Sembari merintih air mata, kamu mulai bercerita
dan berkata;"aku... Masih sayang sama dia,aku gabisa lupain dia.."
ucapmu padaku sambil terbata
Ku hapus tanpa ragu air yang mengalir dari mataTersirat keinginan jadi penawar atas luka hatimu
Agar kiranya tak lagi terurai air matamu
Betapa diriku berharap hadir senyum tawamu
Bukan sendu akibat khianat sang pejantan yang jadi cintamuDan kian kamu bersandar, kian jua buatku tersadar
Bahwa bukan hanya bahuku yang jadi tempat sandaranmu
Ada sesuatu yang mengganti sepi
Berawal dari bahu ini, kini segelintir rasa manis semerbak mewangi
Menghias hari demi hariDuh, rupanya kaupun telah bersandar pada hati ini
Mengapa kala aku usaha keras obati nestapa,
Justru sanubariku kau hujam dengan bilah kecewa?
Padahal bahu ini baru saja menggiring hangat ke kalbu
Saat kau sandarkan jenuhmu.Ah, biar saja..
mungkin memang Tuhan tidak pernah menulis kamu dan aku bersatu,
mungkin saja Ia hanya menulis bahwa aku adalah; bahumu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan pulang
Poetrykehidupan ini jalan menuju pulang. perjalanan satu arah, yang tidak akan bisa kita mengulang selain mengenangnya. lalu, kemana kita akan pulang?.