Chapter 1. IQ ?

78 7 3
                                    


Jam menunjukkan pukul lima kurang lima belas menit. Aku bangkit dari kematian sementara yang disebut tidur. Seperti biasa pagi adalah hal yang sangat membosankan walau setiap waktu itu membosankan.

Kesunyian menyambut awal hariku. Hanya hening dan sepi, itu adalah teman setia di pagi hari. Bangun dan bersemangat itu bukanlah aku. Bangun dan berjalan ke kamar mandi seperti mayat hidup itu baru gayaku. Jika aku jadi aktor film mungkin aku akan menjadi yang terbaik untuk memerankan peran menjadi mayat hidup.

Di kamar mandi hanya ada aku dan bayangan mayat hidup pada cermin di hadapanku. Hanya berdiam diri di kesunyian yang bahkan hantu pun takut untuk mengalaminya. Tapi aku sudah terbiasa.

Melihat sesosok manusia ini terkadang aku merasa muak. Kenapa ada manusia seperti ini. Neo oh Neo, kenapa kau hidup? Apa alasanmu untuk hidup?. Itu hal yang sering kutanyakan pada diriku.

Kadang aku berpikir apa takdirku bisa dirubah, seperti aku mati lalu hidup kembali. Aku punya orang tua yang 'bagus' tak seperti dua manusia itu yang hidup di dunia lain. Memikirkan hal itu hanya membuatku lelah. Tapi entah mengapa aku tak pernah bosan memikirkannya dan berharap agar bisa menjadi kenyataan.

Menghayal dan terus menghayal. Itulah nikmatnya pagi, menghayal di kamar mandi membayangkan kejadian yang tak akan pernah ku alami. Karena semua sama hanya ada hitam dan putih di hidup ini.

5 menit sudah kuhabiskan untuk menghayal hal mustahil di hidupku. Kesadaran kembali bersemayam di jiwa. Aku mandi sekitar 5 menit dan kembali ke kamar. Dengan sebuah handuk melilit di badan, ku ganti baju seragamku. Sebuah kemeja putih pendek dengan celana panjang abu abu khas anak SMA.

Sarapan hari ini, seperti hari hari yang lain. Sendirian. Hanya dengan sebuah roti dan selai coklat ditambah " Sendirian " Itu sangatlah nikmat. Ya aku tinggal sendiri. Di apartement kelas atas yang tak pernah kusukai. Kalau bisa aku ingin tinggal di sebuah rumah kecil ditemani sesuatu, tapi aku tak tahu 'sesuatu' apa itu?. Karena dalam hidupku saat ini hanya ada sepi dan sunyi yang merupakan teman terbaik.

Dimana orang tuaku? Mereka sibuk dengan dunia mereka. Dunia yang disebut dengan karir, bisnis dan hal hal bodoh semacam itu. Dunia yang mereka tempati sampai lupa bahwa aku ada di dunia, oh mungkin mereka sudah lupa kalau merekalah yang membawaku ke dunia ini. Entahlah itu juga bukan urusanku.

Sudahlah sekitar pukul setengah tujuh, aku turun menggunakan lift di apartement ini. Kamarku ada di lantai 12 jadi harus pake lift. Aku berangkat ke sekolah di salah satu SMA elit yang ada di kotaku. Itu juga karena terpaksa. Aku berjalan menuju sekolah, bukannya aku tak memiliki transportasi tapi aku lebih suka berjalan sendiri. Karena kesendirian adalah sahabatku beberapa tahun ini jadi aku telah terbiasa dan akrab dengannya.

Berjalan ke sekolah hanya menghabiskan waktu sekitar 10 menit dan ini masih sangat pagi. Aku langsung menuju kelasku di XII IPA A yang merupakan kelas unggulan di sekolah ini.

Di kelas masih banyak anak yang sedang mengerjakan tugas, baca buku, ngobrol dan sibuk dengan ponselnya. Walau ujian akhir hanya beberapa minggu lagi. Apa peduliku?

Saat aku masuk ke kelas, itu seperti hari lainnya. Sambutan yang sangat hangat. Hanya tatapan acuh tak acuh yang mereka berikan kepadaku. Ya itu karena aku tidak ingin menonjol di sekolah jadi aku bersikap low profile. Di SMA ini rata rata merupakan anak dari orang yang berpengaruh, jadi mereka hanya acuh pada orang yang tak memiliki latar belakang yang kuat. Sungguh menjijikkan... Para manusia penjilat.

My SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang