Derap sepasang sepatu pantofle hitam itu terdengar di penjuru Bandara. Pria berpakaian serba hitam mulai dari atas hingga bawah itu menjadi sorotan orang-orang yang berada di sana karena wajah tampannya. Ia terlihat berjalan terburu-buru sembari terus mengecek arloji yang juga berwarna hitam yang melekat di tangan kanannya.
Ia lalu segera masuk ke salah satu taxi di antara banyak taxi yang ada di parkir luar bandara.
'Aku pulang, Sayang. Aku pulang.' Ucapnya dalam hati sembari tersenyum.
.
.
"Tadaima, Sasuke-kun." Ucap Seorang wanita paruh baya bersurai biru tua dengan senyum di wajahnya.
"Hn." Pria itu hanya bergumam. Menatap sinis ke arah wanita yang menyambut kedatangannya tadi. Ia lalu bergegas untuk masuk ke dalam kamarnya.
Sesampainya disana, Ia Lalu menghempaskan tubuh lelahnya di atas ranjang king size dengan sepray berwarna putih yang sungguh kontras dengan pakaiannya.
Ia lalu melamun sejenak. Berusaha menghirup nafas sebanyak-banyaknya karena semua yang ia lakukan belakangan ini benar-benar menguras tenaganya.
'Tok tok'
"Ya." Ucapnya ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.
"Ibu memasak makanan kesukaanmu malam ini, Anakku. Semoga kau menyukainya." Ucap Wanita paruh baya yang ternyata adalah ibu dari pria bernama Sasuke itu.
"Hn." Ucapnya acuh.
Ibunya lalu menaruh nampan berisi makanan yang cukup banyak itu di atas meja kerja di samping nakas Sasuke. Ia lalu menatap sedih ke arah Putra bungsunya. Sasuke dulunya adalah anak yang sangat rajin dan ramah terhadapnya, namun semenjak hari pertama ia kerja hingga sekarang, Sasuke mulai berubah menjadi acuh, bahkan terhadapnya. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan Sasuke sendiri yang masih tampak melamunkan sesuatu.
Suara pintu yang tertutup membuyarkan lamunan sasuke. Ia lalu menengok ke arah nampan berisi makanan yang ibunya bawakan. Namun, Ia tiba-tiba terfokus pada sebuah figura berisi foto sepasang kekasih yang ia pajang di atas meja kerjanya. Ia lalu menghampiri meja kerjanya dan menggapai foto itu. Ia bahkan mengacuhkan aroma memikat dari makanan yang ada tepat di hadapannya.
"Maaf. Sungguh Maaf." Perkataan itu sontak keluar dari bibir datar yang sejak kedatangannya tadi memilih untuk irit berbicara.
"Kamu dimana sekarang, Sayang? Maafkan aku." Ucapnya lirih. Dari wajah nya yang sebelumnya tampak sangat datar kini terlihat sangat pilu.
"Aku merindukanmu."
.
.
"Aku merindukanmu."
Naruto yang sedang membaca buku sambil berbaring di atas kasur, dikejutkan dengan kehadiran sang istri di pintu kamar yang tengah menatapnya.
"He? Ada apa sayang? Kenapa tiba-tiba sekali? Bukankah kita baru berpisah 6 jam saja, itupun karena berkerja." tanya Naruto heran. Ia lalu melepas kacamata baca nya dan menutup buku yang tadinya ia baca lalu meletakkannya di nakas cokelat yang berada tepat di samping kasurnya.
Hinata yang tadinya berada di pintu kamar mereka lalu datang menghampiri Naruto. Ia berjalan lucu sembari memegangi perut gendutnya. Hal itu membuat Naruto terkikik geli. Sesampainya di atas kasur, Hinata lalu mendekap Naruto sekuat tenaga.
"Hey, A-ada apa denganmu sayang?" Ucap Naruto terkejut. Ia tersipu malu. Baru kali ini ia merasa, Hinata bersikap imut sekali.
"Aku tidak tahu." Ucap Hinata. Ia lalu menenggalamkan kepala nya di atas dada bidang Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Both
FanfictionPernahkah kalian membaca banyaknya cerita tentang 'Cinta Segitiga' di luaran sana? Cerita cerita dengan alur dan jalan cerita berbeda tetapi memiliki arti yang sama, dimana tiga orang yang terperangkap dalam cinta segitiga itu, pada akhirnya, satu d...