Hinata menatap rembulan yang bersinar terang malam ini. Tatapannya memancarkan kesedihan yang begitu mendalam. Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Naruto tidak kunjung pulang. Hinata sangat merindukan suaminya itu. Sudah hampir sebulan Naruto tidak memberi kabar. Info yang ia dapat dari asisten pribadi Naruto hanya sekedar 'Naruto sedang sibuk'. Sesibuk itukah? Bahkan untuk memberi kabar saja tidak bisa.
Hinata menatap perutnya yang sudah sangat besar itu dengan raut wajah muram. Ia kemudian mengelusnya dengan sayang.
"Bersabarlah, Ayah pasti pulang." Ucap Hinata. Seakan akan bayi yang ada dikandungannya sudah paham dengan apa yang ia katakan.
Usia kandungan Hinata sudah menginjak akhir bulan ke-9. Menurut prediksi dokter kandungannya ia seharusnya sudah melahirkan sejak hari kemarin. Tapi kenyataannya, sampai sekarang pun ia belum merasakan gejala-gejala yang dokternya itu beri tahu tentang pertanda seseorang akan melahirkan.
"Ne.. Kau ingin Ayahmu ada di saat kau pertama kali melihat dunia ya Nak? Jadi kau tidak keluar-keluar?" Ucap Hinata. Ia tersenyum karena candaannya sendiri. Tapi itu hanyalah sekedar senyum pahit.
Sepergian Naruto, Hinata dirawat oleh nenek yoo. Nenek Yoo adalah orang yang ditugaskan merawat Naruto ketika kecil dulu oleh orang tua Naruto. Nenek Yoo sudah dianggap Naruto sebagai nenek kandungnya sendiri. Nenek Yoo juga menganggap Naruto sebagai cucunya sendiri, begitupun juga ia menganggap Hinata.
Hinata dan Nenek Yoo hanya tinggal berdua ditemani oleh 2 orang penjaga serta 1 orang pelayan di Mansion Uzumaki yang super luas ini. Nenek Yoo lebih suka menghabiskan waktunya untuk merajut di dalam kamarnya. Namun sering kali ia berbincang dengan Hinata. Meskipun begitu, Hinata tetap merasa kesepian. Karena.. Tidak ada Naruto.
.
Hinata beranjak menuju kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam tepat dan Orang yang ia tunggu ternyata belum juga kembali malam ini.
Hinata turun dari tangga lantai dua mansion dengan perlahan karena cukup berbahaya jika ia berjalan cepat dengan kondisi perutnya yang rawan. Baru beberapa anak tangga yang ia turuni, tiba tiba perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Hinata merintih kesakitan. Ia rasa ia tidak melakukan apa apa di tangga yang dapat menimbulkan rasa sakit semacam ini. Hinata kemudian mengingat-ingat lagi pesan dokter kandungannya. Apakah Ia akan melahirkan... Malam Ini?
Hinata berusaha untuk tetap melanjutkan perjalanannya menuju lantai 1 mansionnya. Rasa sakit yang ia rasakan makin menjadi-jadi. Kini rasa sakit itu menjalar hingga ke bagian pinggang. Tiba-tiba ia merasa basah di pangkal paha nya.
"Darah?!" Sahutnya kaget. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Keringat mengalir di sekujur tubuhnya. Ntah tubuhnya yang memang berat atau kekuatannya yang melemah, ia jatuh terduduk sambil memegangi perutnya yang terasa begitu sakit.
"Ne.. Nek.. Nenek! Tolong aku! Tolong.. Siapapun Tolong! Hiks.. S-sakit.." Rintih Hinata dengan nada suara yang naik turun mencoba melawan rasa sakit di dadanya yang membuat nafasnya menjadi terengah-engah.
"Siapun tolong aku!" Teriak Hinata lebih keras.
"N-Naruto tolong.." Ucap Hinata lirih. Air mata mengalir deras di pipinya menyaksikan aliran darah yang tak henti mengalir dari pangkal pahanya.
"Hinata?!" Sahut Nenek Yoo terkejut melihat keadaan Hinata.
"Shiroi! Kuroi!!! Kemarilah cepat!!" Teriak Nenek Yoo sekuat mungkin.
Setelah itu dua pengawal muncul dari arah yang berbeda, satu dari pintu belakang dan satu lagi dari pintu depan.
"Cepat bopong Hinata! Ayo segera ke rumah sakit terdekat! Cepatlahhh!!!" Teriak Nenek Yoo. Ia terlihat begitu khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Both
FanfictionPernahkah kalian membaca banyaknya cerita tentang 'Cinta Segitiga' di luaran sana? Cerita cerita dengan alur dan jalan cerita berbeda tetapi memiliki arti yang sama, dimana tiga orang yang terperangkap dalam cinta segitiga itu, pada akhirnya, satu d...